KPAI: Banyaknya Pengguna Medsos yang Tak Beretika Berefek Negatif bagi Anak

Anak kerap mengimitasi sesuatu dari media sosial

Jakarta, IDN Times  - Remaja dan anak merupakan salah satu pengguna terbanyak dari media sosial.

Beragam media sosial yang mudah cara pengaksesannya membuat anak tidak asing menggunakannya. Tidak jarang lebih fasih ketimbang orang dewasa.

Ancaman yang dikeluarkan oleh remaja usia 16 tahun kepada Presiden RI Joko "Jokowi" Widodo dalam akun media sosialnya menjadi salah satu contoh negatif penggunaan sosial media bagi anak.

Dalam mengizinkan anak menggunakan sosial media, banyak hal yang harus diperhatikan.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan tidak ada aturan baku untuk anak-anak dalam menggunakan media sosial. Namun beberapa hal harus diperhatikan ketika mengizinkan anak menggunakan medsos.

1. Banyak pengguna media sosial yang tidak taat etika

KPAI: Banyaknya Pengguna Medsos yang Tak Beretika Berefek Negatif bagi AnakInstagram/@jojo__ismyname

KPAI menilai sosialisasi terkait etika bermedia sudah banyak dilakukan. “Hanya masalahnya kemudian persentase pengguna media sosial yang tidak mematuhi rambu-rambu lebih banyak ketimbang  pengguna yang taat,” tutur Putu Elvina selaku anggota komisioner KPAI. 

Ada banyaknya pengguna media sosial yang tidak taat akan memberi efek negatif bagi anak-anak dalam menggunakan media sosial. Kini media sosial banyak digunakan anak dan remaja sebagai medium untuk belajar.

“Mereka mengaku belajar melakukan sesuatu ketika mereka menggunakan media sosial,” tutur Putu.  

2. Anak kerap mengimitasi sesuatu dari media sosial

KPAI: Banyaknya Pengguna Medsos yang Tak Beretika Berefek Negatif bagi AnakInstagram/@jojo__ismyname

Putu menegaskan terkait penggunaan media sosial oleh anak dan remaja, masyarakat media sosial memiliki peran penting terhadap etika anak dalam menggunakan media sosial. “Misal persentase yang bicara santun di media sosial berapa persen dibanding yang tidak,” tutur Putu.

Tema-tema di media sosial yang menjurus kepada politik dan bully sering terjadi di media sosial. “Komentar-komentar yang berisi cacian, hinaan, dianggap sebagai pembenaran dan kemudian diimitasi oleh anak-anak,” tutur Putu lagi.

Putu mengatakan bahwa edukasi kepada pengguna media sosial harus dilakukan lebih massive lagi sehingga anak dapat mengimitasi sesuatu yang positif ketika menggunakan media sosial. 

3. Rentan melakukan kekerasan karena media sosial

KPAI: Banyaknya Pengguna Medsos yang Tak Beretika Berefek Negatif bagi AnakIDN Times/Sukma Shakti

Putu mengakui tidak ada aturan detail dari KPAI maupun pemerintah mengenai usia berapa anak boleh menggunakan media sosial. Namun, berbagai elemen, misal dunia pendidikan usia dini sudah melarang penggunaan gedget dan sebagainya bisa diusia tertentu. 

“Semakin dini anak menggunakan gadget atau medsos semakin rentan dia melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain,” kata Putu. Hal ini mungkin terjadi karena anak tidak memahami yang terjadi dan mereka tidak mendapatkan edukasi khusus tentang menggunakan media sosial.

4. Anak berhak mendapat informasi yang layak

KPAI: Banyaknya Pengguna Medsos yang Tak Beretika Berefek Negatif bagi AnakIDN Times/Sukma Shakti

KPAI menjelaskan bahwa di dalam regulasi dan undang-undang perlindungan anak jelas diatur bahwa anak berhak mendapat informasi yang layak bagi anak. Salah satu bentuk layak yang dimaksud adalah informasi dari media sosial.

“Layak dalam konteks bahasanya, gambarnya, substansi status dan sebagainya. Harus layak anak,” tutur Putu. Ketika informasi yang diberikan lewat media sosial sudah layak anak, maka dianggap peraturan berdasarkan undang-undang tersebut sudah direalisasikan. 

5. Sosialisasi etika bermedia sosial

KPAI: Banyaknya Pengguna Medsos yang Tak Beretika Berefek Negatif bagi AnakPutu Elvina. IDN Times/Margith Damanik

Peran orang dewasa selama menggunakan media sosial mempengaruhi bagaimana anak menggunakan media sosial. Etika yang ditunjukkan orang dewasa atau masyarakat sosial media itu sendiri yang kelak akan diimitasi oleh anak.

Untuk itu KPAI menilai penting sosialisasi mengenai etika bermedia sosial diberikan kepada masyarakat secara menyeluruh. Agar masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang memiliki etika baik di soial media dan sosial media dapat menyuguhkan informasi yang layak bagi anak.

Baca juga: Pernikahan Usia Anak Kembali Terjadi, Ini Kata KPAI

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya