Sedihnya Curahan Hati Laura Lazarus Mantan Pramugari Lion Air
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Mantan pramugari Lion Air, Laura Lazarus, masih mengingat jelas kecelakaan pesawat yang dialaminya pada akhir November 2004.
Saat itu pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 538 yang dinaikinya tergelincir saat hendak mendarat di Bandara Adisumarno Solo. Akibatnya insiden mengerikan ini 26 orang tewas, 55 luka berat, dan 63 luka ringan.
"Kecelakaan itu cukup parah. Hampir di bagian depan, penumpang, kapten, engineering, teman yang duduk di sebelah saya meninggal," kata Lazarus dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang disiarkan TV One pada Selasa malam (31/10).
1. Dua kali mengalami kecelakaan pesawat
Lazarus mengatakan kecelakaan di Solo bukan kecelakaan pesawat pertamanya. Sebelumnya ia pernah mengalami kecelakaan pesawat di Palembang. Ketika itu, kata Lazarus, "(Pesawat) Keluar landasan, roda depan terbenam lumpur," katanya.
Uniknya, Lazarus menambahkan, "Pesawat yang sama yang terjadi juga di Solo dengan nomor seri yang sama." Hanya saja kecelakaan di Palembang tidak sedahsyat di Solo. Lazarus mengingat dirinya masih berusia 19 tahun saat kecelakaan di Solo terjadi.
Saat itu, kata Lazarus, dirinya mengalami luka yang teramat parah.
"Muka saya hancur, dengan keadaan pipi saya terbacok, tulang pipinya remuk, tangan saya copot, pinggang saya patah, kaki saya patah, betisnya hilang setengah bagian," kata Lazarus.
Akibat luka yang sangat parah itu, Lazarus hingga kini masih harus menggunakan tongkat untuk berjalan.
Editor’s picks
Baca Juga: Lion Air JT 610 Bermasalah Sejak Terbang dari Denpasar?
2. Bolak-balik masuk rumah sakit
Akibat luka yang sangat parah itu, Lazarus harus menjalani perawatan selama delapan bulan di rumah sakit. Berbagai operasi pun dijalaninya. "Sampai tahun kemarin saya masih mengalami operasi di bagian kaki," katanya.
Lazarus mengatakan pada delapan bulan awal setelah kecelakaan, biaya pengobatan masih ditanggung Lion Air. "Mereka lepas (tangan) dari tahun 2007-an. Sejak itu gak ada lagi pertanggungjawaban," kata Lazarus.
Ia mengaku kecewa dengan sikap Lion Air ini. Namun ia tak ingin terus menerus memendam rasa kecewa itu.
3. Lazarus kini mendirikan penerbitan buku
Tak ingin tenggelam dalam keterpurukan akibat cedera dan rasa kekecewaanya terhadap Lion Air, Lazarus kini mendirikan penerbitan buku Growing Publishing. Ia juga menulis buku berjudul "Unbroken Wings" yang kemudian menjadi best seller.
Baca Juga: Airnav Beberkan Keanehan Pada Pesawat Lion Air JT 610