Millennials dan Diplomasi: 'Go' Internasional Tapi Tetap Cinta Negeri Sendiri

Kamu yang merasa millennials wajib baca ini

Jakarta, IDN Times - Kecenderungan millennials kini enggan membahas politik, nasionalisme, apalagi diplomasi. Mereka lebih memilih isu seputar hiburan dan gaya hidup. Padahal, tanpa disadari mereka sejatinya diplomat informal Indonesia.

Dalam acara Milennials Gathering yang diadakan di Kantin Diplomasi Kementerian Luar Negeri, lebih dari 200 millennials berkumpul dan berbincang terkait millennials dan diplomasi Indonesia.

“Politik luar negeri adalah cerminan kepentingan nasional,” kata Direktur Jenderal Inforamasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Cecep Herawan dalam acara, Jumat 23 Maret lalu. 

1. Banyak millennials 'berkiblat' ke negeri asing

Millennials dan Diplomasi: 'Go' Internasional Tapi Tetap Cinta Negeri SendiriIDN Times/Margith Juita Damanik

Cecep mengatakan generasi millennials tumbuh dan besar bersama dengan globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin tidak bisa dibendung. Hal ini membuat banyak anak muda lebih bangga fasih berbhasa asing atau menggunakan produk asing dalam kesehariannya.

Menurut Cecep, banyak dari mereka yang tidak perduli apa yang terjadi di negaranya. Tak sedikit pula yang menolak hasil produk negerinya dan bersikap acuh pada politik luar negeri dan dalam negeri.

Pada kesempatan sama, Puteri Indonesia 2013 Whulandary Herman juga mengingatkan, pentingnya mengembalikan moral dan meningkatkan nasionalisme generasi muda, serta membuat mereka bangga sebagai Bangsa Indonesia sebelum mengajak mereka dan membahas lebih jauh mengenal isu diplomasi.

Go global but stay local. Stay Indonesia,” kata Whulandary yang menjadi pembicara acara Millennial Gathering.

Baca juga: Revisi UU MD 3 Tuai Kontroversi, Ini Kata Millennials

2. Millennials adalah sang diplomat informal bangsa

Millennials dan Diplomasi: 'Go' Internasional Tapi Tetap Cinta Negeri SendiriIDN Times/Margith Juita Damanik

Menurut Whulandary, tidak salah jika generasi muda sebagai penerus bangsa mengikuti perkembangan zaman dan bahkan melangkahkan kaki hingga ke dunia internasional. Namun, mereka harus tetap memperhatikan nilai luhur bangsa dan kecintaan pada Indonesia.

Mencari dan membentuk diplomat informal merupakan salah satu hal yang dilakukan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, dengan memanfaatkan dan mendekatkan diri kepada millennials.

“Menciptakan diplomat-diplomat informal yang mampu memberikan inforamasi kepada masyarakat,” kata Cecep.

Generasi muda yang sudah lebih akrab dengan teknologi, media sosial, dan segala perkembangannya, menurut Cecep, menjadi sosok yang tepat untuk menjadi perpanjangan tangan diplomat Indonesia, sekaligus menjadi diplomat informal kebanggaan bangsa.

3. Millennials untuk era masa depan

Millennials dan Diplomasi: 'Go' Internasional Tapi Tetap Cinta Negeri SendiriIDN Times/Margith Juita Damanik

Turut hadir dalam acara ini adalah Djauhari Oratmangun, staf khusus Kementerian Luar Negeri untuk isu stragtegis dan duta besar designated untuk Republik Rakyat Tiongkok. Dia memaparkan beberapa hal terkait diplomasi Indonesia, pengalamannya sebagai diplomat, serta diplomasi yang diterapkan saat ini di Indonesia.

Djauhari mengatakan, pentingnya generasi millennials mulai belajar serta memahami diplomasi Indonesia. “kids 'zaman now' sekarang tapi zaman esok akan jadi hal yang total berbeda. Sekarang ini yang menjalankan diplomasi adalah generasi saya, tapi lima, sepuluh, lima belas tahun mendatang itu era kalian." 

"Era kids zaman now,” kata Djauhari, lagi.

Dia mengatakan untuk menjalankan diplomasi Indonesia hal yang perlu menjadi dasar adalah rasa nasionalisme. Rasa ini dapat mulai ditanamkan terlebih dahulu untuk menjawab pertanyaan: apa yang membuat kita bangga menjadi Indonesia?

“Kita ingin membuat negara kita melangkah maju, dan itu menjadi tugas millennials,” kata Djauhari.

Lantas, apa hal yang membuatnya bangga sebagai bagian dari Bangsa Indonesia, Djauhari mengatakan, “kita ini negara besar, sejarah yang panjang, kemerdekaan yang kita rebut bukan diberikan, budaya yang beragam dari Sabang sampai Merauke,” kata dia.

4. Diplomat yang dulu bukanlah yang sekarang

Millennials dan Diplomasi: 'Go' Internasional Tapi Tetap Cinta Negeri SendiriIDN Times/Margith Juita Damanik

Menurut Cecep diplomat dulu yang terkenal dengan kolesterol, alkohol, protokol berbeda dengan diplomat sekarang. Menurutnya, banyak yang berubah dari diplomat 'zaman old' dan 'zaman now'.

“Diplomat dulu dinilai hidup di Menara Gading,” kata Cecep.

Dulu, kata dia, diplomat dinilai sulit ditemui dan tidak mau tahu apa yang terjadi dengan rakyatnya. Sekarang, sudah tidak bisa. “Handphone gak bisa lepas dari badan kita,” kata Cecep, lagi. Setiap diplomat Indonesia ternyata wajib aktif 24 jam untuk menjawab pertanyaan dan siaga membantu masyarakat.

Dari segi berpakaian pun, kata dia, diplomat dulu dan sekarang jauh berbeda. Kalau dulu, diplomat identik dengan dasi dan setelan rapi, hingga membuat mereka terlihat mencolok ketika hadir di tengah masyarakat yang berpakaian santai.

Sementara, diplomat sekarang sebaliknya. Diplomat sekarang diharapkan dapat berpakaian dan tampil sama seperti masyarakat, agar dapat lebih membaur, diterima, dan tidak ditakuti masyarakat.

Dulu, kata Cecep, untuk menjadi diplomat, tidak ada orang yang benar-benar tahu bagaimana proses terpilihnya. “tahu-tahu ada yang dilantik,” katanya. Kini, semua proses dan seleksi untuk menjadi diplomat terbuka dan dapat diketahu publik.

Dulu, menurut Cecep, mereka yang disebut diplomat juga hanya mereka yang menjadi duta besar, atau staff ahli, dan jabatan sejenisnya. Nyatanya sekarang, millennials juga menjadi diplomat bagi bangsa ini secara informal.

Di tengah perkembangan zaman, teknologi, dan media sosial yang sangat cepat, millennials adalah sosok sebenarnya sebagai representasi bangsa dan juga wakil Indonesia untuk bersuara.

Nah, millennials sadar tidak bahwa sebenarnya kalian adalah diplomat informal negara ini. Ternyata, millennials di Indonesia adalah cerminan bangsa ini, loh.

Baca juga: Doa dan Semangat dari Millennials Mengalir untuk Kesembuhan Habibie di Jerman

Topik:

Berita Terkini Lainnya