Nadiem Ngaku Sering Banting-Banting Meja 8 Bulan Terakhir, Kenapa?

Nadiem khawatirkan dampak PJJ pada psikologi siswa

Jakarta, IDN Times - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengaku kerap marah bahkan hingga banting-banting meja dalam beberapa bulan terakhir. Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) jadi sebab utamanya.

"Saya sudah hampir 8 bulan banting-banting meja terus, pergi ke berbagai macam daerah untuk segera melaksanakan PTM dan saya suka marah setiap kali ada berbagai daerah-daerah yang mungkin koneksi internet saja tidak ada, gawai aja tidak ada, dan sekolah-sekolah itu diperbolehkan saja melakukan PJJ, artinya dia tidak sekolah," ujar Nadiem dalam Talkshow Bangkit Bareng yang disiarkan di Kanal YouTube REPUBLIKA Official, Selasa (28/9/2021).

Baca Juga: Ini Kekhawatiran Nadiem Bila Sekolah Tak Gelar PTM

1. Alasan Nadiem marah ada wilayah yang ngotot PJJ

Nadiem Ngaku Sering Banting-Banting Meja 8 Bulan Terakhir, Kenapa?Mendikbudristek Nadiem Makarim dalam Talkshow Bangkit Bareng oleh REPUBLIKA. (youtube.com/REPUBLIKA Official)

Beragam halangan diakui Nadiem membuat pelaksanaan PJJ selama masa pandemik terbilang tak terlalu efektif. Ketimpangan kepemilikan gawai dan jaringan menjadi salah satu sebabnya.

"Harusnya setiap masing-masing daerah tidak pernah melakukan itu (mengizinkan PJJ saat tidak ada signal dan gawai)," ujar Nadiem.

"Kalau sekolah itu tidak bisa atau murid itu tidak bisa melakukan PJJ harusnya dicarikan solusi PTM dari dulu," sambung dia lagi.

Baca Juga: Nadiem Ungkap 3 Dosa dalam Sistem Pendidikan RI, Satunya Bullying

2. Nadiem khawatirkan dampak PJJ pada psikis siswa

Nadiem Ngaku Sering Banting-Banting Meja 8 Bulan Terakhir, Kenapa?Priyo Handoko mengajak anaknya yang masih duduk kelas dua sekolah dasar saat beraktivitas mengatur lalu lintas, agar selalu dapat membimbingnya selama melakukan kegiatan belajar di rumah. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Pelaksanaan PJJ yang tak kunjung usai membuat Nadiem memiliki rasa khawatir. Namun, bukan ancaman learning loss saja yang ternyata dikhawatirkan Nadiem, namun juga peluang dampak permanen dalam diri siswa.

"Banyak anak-anak kita yang kesepian banyak anak-anak kita yang secara emosional trauma dengan situasi ini, orang tua juga stress di rumah," kata Mendikbudristek

"Dampak psikologis, dampak kesepian itu juga menjadi bagian dari pada kemampuan anak-anak kita untuk menjadi terbuka terhadap pembelajaran. Jadi itu sangat berdampak. Kondisi emosional dan kondisi kognitif itu bukan dua hal yang berbeda, itu nyambung dalam anak-anak," ujar Nadiem lagi.

Hal ini juga yang jadi salah satu dasar Kemendikbud Ristek mengimbau tiap daerah segera melakuka PTM terbatas dengan mengikuti standar yang sudah ditetapkan.

3. Sudah 40 persen sekolah gelar PTM terbatas

Nadiem Ngaku Sering Banting-Banting Meja 8 Bulan Terakhir, Kenapa?Ilustrasi pembelajaran tatap muka di sekolah (dokumen/IDN Times)

Untuk mengejar ketertinggalan pembelajaran, Nadiem menyebutkan pelaksanaan PTM terbatas bisa jadi salah satu solusi. Saat ini, sejumlah sekolah sudak melaksanakan PTM terbatas sesuai dengan arahan SKB 4 Menteri yang terbaru.

"Alhamdulillah sudah 40 persen sekolah mulai tatap muka. Tapi itu masih angka yang sangat kecil," ujar Nadiem. "Jadinya kalau kita nggak mau semakin ketinggalan lagi ya anak-anak harus selalu tatap muka dengan protokol kesehatan yang teraman yang bisa kita lakukan di masing-masing daerah," jelas dia.

Baca Juga: 3 Pesan Nadiem saat Pantau PTM di Yogyakarta

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya