Pak Anies, Ini Curhatan Emak-Emak di Rusun dan Kampung Pulo

Semoga didengar Pak Anies Baswedan ya!

Jakarta, IDN Times - Warga Kampung Pulo, Jakarta Timur masih mengingat bagaimana perjuangan panjang mereka ketika mempertahankan tempat tinggal di tahun 2015 dari aksi penggusuran petugas. Kini sebagian dari mereka tinggal di rumah-rumah susun yang disediakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 

Namun, kehidupan tidak lantas membaik. Bahkan, beberapa warga merasa kehidupan mereka kian suram saja. 

Tak sedikit warga yang kemudian memilih untuk bertahan di Kawasan  yang bertahan di kawasan Kampung Pulo. Di bangunan yang tak lagi utuh tapi terus mereka tinggali karena berstatus rumah milik sendiri.

1.Warga yang tinggal di rusun mengeluhkan biaya mahal dan banyaknya pengeluaran

Pak Anies, Ini Curhatan Emak-Emak di Rusun dan Kampung PuloWarga korban penggusuran di Jakarta (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Keluhan itu datang dari salah satu warga Kampung Pulo yang kini tinggal di Rusun Jatinegara, Jakarta Timur bernama Dina. Dia mengaku biaya yang harus dia tanggung untuk tinggal di rusun sangat besar. 

“Apalagi sekarang listrik gak disubsidi lagi,” kata Dina saat ditemui IDN Times hari Senin (15/10).

Di rusun, Dina harus menyiapkan dana Rp600 ribu hanya untuk membayar air dan listrik. "Dulu di sini (Kampung Pulo),  cuma bayar listrik doang 50 ribu," tambahnya.

Belum lagi dia harus membayar untuk sewa unit yang dia nilai mahal. Semua biaya ditanggung warga sendiri sehingga membuat warga justru terjerat banyak tunggakan. 

"Unit (Rusun) Rp300 ribu. Listrik Rp100 ribu. Air ya gimana pemakaiannya. Sama denda kalau telat bayar," kata Dina. Menurut dia, listrik kini tidak lagi disubsidi pemerintah.

"Sekarang (rusun) lagi direnovasi. Dengar-dengar akan dinaikkan harga unitnya," tambahnya.

2. Warga kampung Pulo keluhkan KJP dan minta dibangun jembatan

Pak Anies, Ini Curhatan Emak-Emak di Rusun dan Kampung PuloWarga korban penggusuran di Jakarta (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Sedikit berbeda dengan warga di rusun, Hasanah yang memilih tetap tinggal di kawasan Kampung Pulo tak banyak mengeluh. Meskipun, dia tinggal di bangunan sisa rumahnya.

Menurut Hasanah, rumahnya hanya tersisa bagian dapur saja. "Sekarang jadi bagian depan, dapur, semuanya,” kata Hasanah.

Dia hanya berharap agar Kartu Jakarta Pintar (KJP) untuk anak-anak  sekolah jangan sampai dihentikan pemerintah. Dan yang paling penting, imbuhnya, “Jangan sampai ada penggusuran lagi”.

Umumnya, anak-anak warga Kampung Pulo bersekolah di daerah Bukit Duri. Sehari-hari mereka dan warga lainnya beraktivitas menggunakan minibus yang dimodifikasi dan kerap disebut ‘odong-odong’ dan sampan kecil yang disebut ‘eretan’. “Biasanya bayar dua ribu hingga tiga ribu rupiah,” kata Hasanah.

Saat ditanya IDN Times soal mata pencaharian, Hasanah mengakui bahwa penghasilannya ikut berkurang setelah sebagian warga pindah ke rusun. “Jadi jualan juga separuh,” kata Hasanah yang sehari-hari berjualan nasi ulam di depan rumahnya.

Baca Juga: Setahun Jadi Gubernur, Ini 3 Kebijakan Kontroversial Anies Baswedan

3. Berharap Anies mau berkunjung ke Kampung Pulo dan Rusun Jatinegara

Pak Anies, Ini Curhatan Emak-Emak di Rusun dan Kampung PuloDok. IDN Times/Istimewa

Baik Hasanah dan Dina keduanya berharap dapat bertemu Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. “Mau sih mau. Biar keluhannya dapat disampaikan langsung,” kata Dina.

Menurut cerita Dina dan Hasanah, Anies selama setahun menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta belum pernah mengunjungi warga Kampung Pulo. “Kecewa sih,” kata Hasanah. 

Baca Juga: Setahun Anies Baswedan, Ini Janji-Janji dan Realisasinya untuk Jakarta

Topik:

  • Margith Juita Damanik
  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya