Sebabkan Tsunami, Erupsi Gunung Anak Krakatau Ternyata Tidak Besar

Erupsi terbesar justru terjadi di Oktober-November

Jakarta, IDN Times - Bencana tsunami menimpa Banten dan daerah sekitar Selat Sunda, pada Sabtu (22/12) malam. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan tsunami disebabkan karena letusan dari Anak Krakatau.

Tiga kabupaten menjadi wilayah yang paling parah terkena dampak tsunami yakni Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kabupaten Serang.

Namun, menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho erupsi Anak Krakatau ini bukan yang paling besar.

1. Sutopo: erupsinya tidak besar

Sebabkan Tsunami, Erupsi Gunung Anak Krakatau Ternyata Tidak BesarDoc. Susi Air

Dalam akun Twitter pribadinya (@Sutopo_PN) Sutopo menjelaskan bahwa erupsi Anak Krakatau yang terjadi bukan erupsi besar. Hal ini menurutnya terpantau dari pesawat Grand Caravan Susi Air pada Minggu (23/12).

“Hampir setiap hari Gunung Anak Krakatau erupsi sejak Juni 2018,” kata Sutopo.

“Erupsinya tidak besar," lanjut dia.

Status Anak Krakatau kini adalah Waspada (level 2). Zona berbahaya berada di dalam radius 2 km.

Baca Juga: Tangan-tangan Jahat di Balik Banyaknya Korban Tewas Tsunami Banten

2. Update data BNPB terbaru

Sebabkan Tsunami, Erupsi Gunung Anak Krakatau Ternyata Tidak Besar(Seorang warga mencari barang berharga miliknya di puing rumah mereka yang hancur tersapu tsunami di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan) ANTARA FOTO/Ardiansyah

Sutopo mewakili BNPB melakukan update informasi terbaru terkait bencana tsunami yang terjadi.

Data sementara menurut Sutopo, dampak tsunami di Selat Sunda hingga 24/12/2018 pukul 07.00 WIB, tercatat 281 orang tewas, 1.016 orang luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang mengungsi.

Terdapat kerusakan fisik meliputi 611 rumah rusak, 69 hotel-vila rusak, 60 warung-toko rusak, dan 420 perahu rusak.

3. Anak Krakatau meletus hampir setiap hari

Sebabkan Tsunami, Erupsi Gunung Anak Krakatau Ternyata Tidak BesarDok. Susi Air

Letusan dan kegempaan dari Gunung Anak Krakatau terjadi selama tiga bulan terakhir. “Hampir setiap hari Gunung Anak Krakatau meletus,” tulis Sutopo pada akun Twitternya.

Status Anak Krakatau tetap Waspada. “Radius berbahaya 2 km dari puncak kawah. Gunung Anak Krakatau masih dalam tahap pertumbuhan. Tubuhnya tambah tinggi 4-6 meter per tahun,” tulis Sutopo.

Baca Juga: Liburan Pegawai RSUD Tarakan dan Keluarga ke Carita Berujung Maut

4. Erupsi terbesar Oktober-November

Sebabkan Tsunami, Erupsi Gunung Anak Krakatau Ternyata Tidak BesarANTARA FOTO/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat/pras.

Lewat akun Twitter nya, Sutopo menyampaikan bahwa erupsi dari Anak Krakatau bukan erupsi terbesar. Hal ini juga berdasarkan pantauan dari pesawat Grand Caravan Susi Air pada Minggu (23/12).

“Gunung Anak Krakatau erupsi sejak Juni 2018 hingga sekarang. Erupsi kemarin bukan yang terbesar," tulis Sutopo. “Periode Oktober-November 2018 terjadi erupsi lebih besar,” tambahnya.

5. Jokowi tinjau langsung lokasi

Sebabkan Tsunami, Erupsi Gunung Anak Krakatau Ternyata Tidak BesarIDN Times/Panji Galih

Presiden Republik Indonesia, Joko "Jokowi" Widodo tiba di lokasi terdampak bencana di Banten Senin (24/12) siang. Jokowi lantas berjanji akan berikan alat mitigasi pendeteksi bencana.

Anggaran untuk.pengadaan akan segera dilakukan Jokowi. "Yang penting anggarannya tepat sasaran dan tepat guna," kata Jokowi.

Baca Juga: Rawan Tsunami, BPBD Sebut Early Warning Sytem Ada di Daerah Rawan

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya