Sekolah Hampir Rubuh, Semangat Anak-anak Palu Tak Mudah Runtuh
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palu, IDN Times - Matahari bersembunyi di balik awan kelabu di Kabupaten Donggala, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (21/11). Untungnya, wajah pelajar SMP Negeri 1 Sirenja, Kabupaten Donggala, Palu, Sulawesi Tengah tak semendung langit siang itu.
Lebih kurang 50 meter dari kelas terujung SMPN 1 Sirenja, bibir pantai Barat Palu sudah terlihat. Sekolah ini sempat turut disambar ombak tsunami ketika bencana gempa dan tsunami Palu terjadi setahun yang lalu.
Meski sekolahnya hampir rubuh, lebih dari 615 siswa masih punya semangat belajar yang tak mudah runtuh. Bangunan gedung sekolah yang ala kadarnya menjadi tempat mereka menjaga asa mencapai cita-cita.
1. Kondisi sekolah yang berlubang dan rapuh
Diempaskan oleh ombak tsunami lebih kurang setahun yang lalu, kondisi sekolah tak lagi selayak dulu. Atap bahkan dinding sekolah banyak yang rusak parah.
Meski dinding-dinding sejumlah kelas tampak bolong, kelas ini tetap digunakan sebagai tempat belajar mengajar. Atap yang rusak dan bolong juga membuat konsentrasi siswa terpaksa terganggu jika hujan membasahi Donggala.
Bocor dari atap yang bolong membuat mereka kadang berlari menyelamatkan barang-barang yang dibawa ke sekolah agar tidak basah.
Beberapa bangunan kelas yang sudah parah kerusakannya bahkan sudah dirubuhkan dan rata dengan tanah. Menurut Kepala Sekolah SMPN 1 Sirenja, Umar, sebenarnya gedung sekolah yang ada saat ini tak lagi layak untuk ditempati jika mempertimbangkan keselamatan peserta didik.
Baca Juga: Korban Gempa Palu: Pak Jokowi Mengapa ke Palu Tapi Gak Tengok Kami
2. Semangat belajar anak-anak SMPN 1 Sirenja masih ada
Editor’s picks
Semangat belajar siswa SMP Negeri 1 Sirenja terlihat tak serapuh gedung sekolahnya. Lebih dari 600 anak belajar dengan aktif di sekolah ini
Sebelum gempa bumi dan tsunami terjadi, sekolah ini berisi 670 siswa. Sebagian memilih untuk pulang ke daerah asalnya ketika tsunami dan gempa bumi melanda Palu dan Donggala.
Mengikuti kelas inspirasi bersama dengan P&G, tubuh-tubuh mungil siswa-siswi SMP Negeri 1 Sirenja menyimpan impian-impian besar.
"Ingin jadi pebalap," tutur salah seorang siswa.
Ada juga yang ingin menjadi pemain sepak bola bahkan Presiden. Menariknya tak sedikit yang memilih menjadi dokter ketika besar nanti lantaran melihat tenaga medis begitu dibutuhkan di Donggala.
3. Kerap berlarian ketakutan kala ada guncangan atau gempa susulan
Bencana alam dahsyat yang terjadi setahun lalu di Palu dan Donggala membekaskan trauma kepada para pelajar. Menurut Umar, belum seluruh anak didiknya pulih dari trauma.
Jika ada guncangan kecil atau gempa susulan terjadi, murid-murid diceritakan kerap berlarian ketakutan keluar dari kelasnya. "Larinya bukan keluar saja, tapi lari sampai pulang," kata Umar bercerita.
Trauma yang dialami para siswa membuat mereka kerap paranoid ketika merasakan ada guncangan. Tak hanya itu, ketika gempa susulan terjadi orang tua siswa juga diceritakan kerap datang segera ke sekolah dan menjemput anaknya pulang.
Meski memberi bekas trauma cukup dalam pada diri para pelajar, siswa SMPN 1 Sirenja punya satu semangat yang sama agar mereka bersama masyarakat Donggala dan palu bangkit kembali.
Baca Juga: Dilibas Tsunami dan Kerap Disapu Rob, Ini 7 Potret Desa Tompe Palu