Sesalkan Kerumunan saat Pandemik, MUI: Kerja Keras 10 Bulan Hancur

Ada beberapa deretan kasus kerumunan di Indonesia selama ini

Jakarta, IDN Times - Majelis Ulama Indonesia menyesalkan terjadinya sejumlah kerumunan massa sepanjang pandemik COVID-19 di Indonesia. Padahal imbauan dari Satgas Penanganan COVID-19 sudah cukup jelas, agar masyarakat melakukan 3M, termasuk menjaga jarak.

Peristiwa kerumunan ini dinilai MUI memperbesar risiko penularan COVID-19 di tanah air.

“Kita sangat menyesalkan, kerja keras sepuluh bulan dihancurkan oleh kegiatan-kegiatan kerumunan dalam satu pekan terakhir,” ujar Wasekjen MUI Nadjamuddin Ramly seperti dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times pada Senin (23/11/2020).

1. Usaha 10 bulan seolah sia-sia, MUI tetap dukung Satgas

Sesalkan Kerumunan saat Pandemik, MUI: Kerja Keras 10 Bulan HancurWakil Sekjen Dewan Pimpinan MUI, Adjamuddin Ramly (YouTube/tvOneNews)

Dalam Rapat virtual Satgas Penanganan COVID-19 yang diikuti lebih dari 500 peserta, Ramly mengatakan tindakan yang dilakukan massa dalam kerumunan tersebut tak lain seolah hendak menghancurkan kerja keras berbagai pihak yang dalam 10 bulan terakhir berjuang untuk menanggulangi pandemik COVID-19.

Ramly menyebutkan MUI telah berkomitmen untuk terus mendukung dan meminta Satgas tetap mengedepankan aksi penyelamatan jiwa manusia.

“Umat Islam tahu betul, untuk dan atas nama penyelamatan jiwa manusia, yang wajib pun bisa diringankan," ujar Ramly. "Dalilnya pun jelas, baik dalil naqli maupun dalil aqli. Baik yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadis maupun pemikiran ulama,” lanjut dia lagi,

Ramly mengatakan ada sedikitnya 12 fatwa yang telah dikeluarkan MUI terkait situasi pandemi. Antara lain, tata cara salat bagi tenaga kesehatan yang tengah melakukan perawatan terhadap pasien COVID-19. Berikutnya, fatwa mengenai pemulasaraan jenazah COVID-19, lalu salat idulfitri dan salat iduladha di rumah masing-masing, dan banyak fatwa lain.

Baca Juga: Tak Hanya Acara Rizieq, Ini 5 Kerumunan Heboh selama Pandemik COVID-19

2. PBNU singgung sosialisasi harus dilakukan dengan cara lain

Sesalkan Kerumunan saat Pandemik, MUI: Kerja Keras 10 Bulan HancurSeorang warga mengenakan kertas tisu sebagai masker di depan lapak pedagang masker di Limboto, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Senin (20/7/2020). ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin

Perwakilan PBNU M. Makky Zamzami menyampaikan keresahan serupa. Ketua Satgas COVID-19 PBNU ini berharap tidak akan ada kejadian serupa yang terulang.

Makky mengatakan, sebenarnya sudah selayaknya Satgas dan segenap pemangku kepentingan penanganan COVID-19 melakukan langkah kebijakan antisipasi terhadap musim libur akhir tahun 2020, bulan depan.

Menurut dia, dengan mencermati kondisi psikis masyarakat yang berada pada tingkat kelelahan akut menjalani kehidupan sulit di masa pandemi, diperlukan strategi pendekatan yang diperbarui.

“Bila perlu, disesuaikan dengan kearifan lokal. Pesan-pesan protokol kesehatan, lebih baik jika dibuat berbeda antara satu bulan dan bulan yang lain," ujar Makky. Bentuk, cara, dan strateginya berbeda, tetapi tujuannya sama,” kata dia lagi.

3. PP Muhammadiyah sayangkan sikap elite yang justru seolah abai

Sesalkan Kerumunan saat Pandemik, MUI: Kerja Keras 10 Bulan HancurIlustrasi bendera partai politik (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Sekretaris Satgas COVID-19 PP Muhammadiyah Arif Nur Kholis membahas soal grafik perubahan perilaku menuju masyarakat yang disiplin menerapkan protokol kesehatan pada kenyataannya naik-turun.

Menurut dia, semakin tinggi tingkat kepatuhan masyarakat, maka tidak diperlukan pendekatan dengan cara-cara keras dan tegas.

Arif juga menyesalkan perilaku elite yang menurut dia kadang kala justru menurunkan persepsi masyarakat terhadap tingkat kepatuhan menjalankan protokol kesehatan.

Dia menyoroti soal bagaimana saat elemen masyarakat bekerja keras mengubah perilaku masyarakat agar disiplin menerapkan protokol kesehatan, sementara ada elite masyarakat lain yang justru abai, bahkan tak jarang terkesan menabrak.

“Kesan yang timbul di masyarakat bisa sangat keliru. Menduga kalau situasi sudah aman,” kata Arif.

4. Deretan kasus kerumunan di Indonesia sepanjang pandemik

Sesalkan Kerumunan saat Pandemik, MUI: Kerja Keras 10 Bulan HancurTampak Massa Demo Omnibus Law Berkonvoi di Jalan Gatot Subroto pada Kamis (8/10/2020) (IDN Times/Winston Utomo)

Sepanjang pandemik COVID-19 ada sejumlah kasus kerumunan yang terjadi di tanah air. Yang terbaru adalah kasus dari pentolan Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab, yang menghelat dua acara besar yakni Maulid Nabi Muhammad SAW di Bogor dan resepsi pernikahan anak Rizieq, Syarifah Najwa Shihab pada Sabtu, 14 November 2020 yang menjadi sorotan publik.

Kasus lain sebelum kasus tersebut dimulai dari Penutupan gerai McD Sarinah, Demo Undang-Undang Cipta Kerja di depan Istana Negara, Deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi Jakarta, masa-masa calon kepala daerah mendaftar ke KPU, hingga parade 9 ribu Banser di Banyumas.

Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3 M : Gunakan Masker, Menghindari Kerumunan atau jaga jarak fisik dan rajin Mencuci tangan dengan air sabun yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3 M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times

Baca Juga: Doni Monardo Minta Warga yang Pernah Ada di Kerumunan Lakukan Tes Swab

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya