Tragedi KM Sinar Bangun: Potret Ketamakan Pengusaha dan Abainya Aparat

Simak kisah pilu di balik pencarian jasad korban

Jakarta, IDN Times – Tebaran bunga duka cita mengiringi isak tangis para keluarga korban di pinggir dermaga Pelabuhan Tigaras, di kawasan Danau Toba, Kabupaten Simalungun. Pencarian korban Kapal Motor (KM) Sinar Bangun secara resmi diakhiri pada Selasa (3/7) kemarin.

Pupus sudah harapan bagi keluarga 164 korban tenggelamnya KM Sinar Bangun untuk melihat jasad kerabat tercinta. Sehari sebelum berakhirnya masa pencarian korban KM Sinar Bangun, publik menyaksikan “drama” debat antara aktivis Ratna Sarumpaet yang hadir dalam pertemuan Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Binsar Panjaitan dengan keluarga korban.

Dalam pertemuan yang berlangsung di dermaga Tigaras itu, Ratna menolak keputusan pemerintah pusat yang disampaikan lewat Luhut. Proses pencarian KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba pada Senin (18/6) berlangsung selama 16 hari. 

Baca juga: Heboh cekcok Ratna Sarumpaet dengan Menteri Luhut, ini isi debatnya

Tragedi yang merenggut korban jiwa paling besar dalam rentang waktu Mudik Lebaran 2018 ini menyisakan kisah-kisah pilu.

1. Jornelin pamit tamasya, dan tak pernah kembali

Tragedi KM Sinar Bangun: Potret Ketamakan Pengusaha dan Abainya AparatIDN Times/Margith Juwita Damanik

Jornelin Andreas Purba (25) sehari-hari bekerja di Ibukota Jakarta. Dia berada di kampung halamannya di kawasan Danau Toba untuk menghadiri pernikahan saudara kandungnya yang dilangsungkan pada Sabtu (16/6).

“Keluarga sebenarnya sudah meminta Jornelin segera kembali ke Jakarta usai acara pernikahan,” kata Pandi Pandiangan, sepupu Jornelin, kepada IDN Times.

Senyampang di kampung halaman, Jornelin memilih mengajak tamasya sang pacar. Bersama 10 kawan-kawannya, Jornelin menyeberang dari Simanindo ke Tigaras, naik KM Sinar Bangun. 

Jornelin dan kawan-kawannya ikut tenggelam bersama enam sepeda motor yang mereka gunakan untuk tamasya itu. 

“Keluarga tahu tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun dari televisi dan media online,” kata Pandi.

Keluarga Jornelin sempat curiga karena anak muda itu tak kunjung kembali ke rumahnya. Mereka kemudian mengecek ke pelabuhan Tigaras setelah kabar tragedi KM Sinar Bangun tersiar. 

Sejak Selasa (19/6), keluarga Jornelin menunggu di Tigaras bersama ratusan keluarga korban lainnya menunggu kabar pencarian. Harapan mulai pupus, sehingga Minggu (24/6) mereka tak juga kembali ke rumah. Sedihnya, pada hari minggu itu pula Ayah Jornelin menghembuskan nafas terakhirnya. 

“Ayahnya sempat memanggil nama Jornelin sebelum meninggal dunia,” tutur Pandi mengenai kondisi ayahnya sebelum tragedi yang sebenarnya sehat-sehat saja. 

Sesudah mendapat kabar Jornelin ikut jadi korban, sang ayah sempat mengalami peningkatan tekanan darah dan muntah. Ayahnya begitu terpukul karena ia kehilangan anaknya. Duka mendalam pun menyelimuti keluarga Jornelin. 

2.Boflen Sirait dan risiko sebagai penyelam dalam pencarian korban kecelakaan laut

Tragedi KM Sinar Bangun: Potret Ketamakan Pengusaha dan Abainya AparatIDN Times/Margith Juwita Damanik

Boflen Sirait, seorang instruktur selam dari Batalyon Intai Amfibi bisa disebut veteran dalam operasi penyelamatan korban kecelakaan laut. Sehari-hari Boflen bermarkas di Jakarta. 

Pada Senin (18/6), dia mendapatkan informasi pertama tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, dari media daring. Saat itu Boflen sedang bertugas di daerah.

“Saya dan teman-teman penyelam lantas siap menunggu perintah untuk diterjunkan ke lokasi,” ujar Boflen kepada IDN Times, saat ditemui di dermaga Tigaras.

Boflen dan 12 penyelam menyabung nyawa menelisik ke Danau Toba yang penuh misteri. Targetnya menemukan lokasi KM Sinar Bangun, dan evakuasi korban. Sebuah misi kemanusiaan yang nyaris mustahil.

Boflen sudah 32 tahun bekerja sebagai penyelam. Meninggalkan keluarga untuk bertugas sudah menjadi hal biasa bagi Boflen. Penyelam andal ini pernah ditugasi mencari puing pesawat AirAsia QZ 8501 yang tenggelam di perairan Kalimantan, Desember 2012.

“Setiap ditugasi ke lapangan saya memberi tahu istri, tentu saja,” ujar Boflen.

Kedua orang tua Boflen tinggal di Parapat, tak jauh dari lokasi Posko pencarian korban KM Sinar Bangun di Tigaras. Boflen memilih untuk tidak memberitahukan orang tuanya bahwa ia sedang dalam tugas penyelaman di Danau Toba itu. 

“Gak usah dikasitahu. Sudah tua. Mudah khawatir,” kata Boflen. 

Mata Boflen berkaca-kaca saat mengingat ratusan korban masih belum ditemukan. Bagi Boflen yang berasal dari kawasan itu, misi pencarian kali ini terasa berbeda. Bak mencari kerabat sendiri.

Baca juga: Salah satu penyelam dalam pencarian korban KM Sinar Bangun adalah penemu puing Air Asia

3.Charles Batlajery, anggota Badan SAR Nasional yang siaga 24 jam dalam seminggu

Tragedi KM Sinar Bangun: Potret Ketamakan Pengusaha dan Abainya AparatIDN Times/Margith Juwita Damanik

Anggota grup khusus Badan SAR Nasional ini tak sempat memberitahu keluarganya saat menerima tugas pencarian kapal dan korban KM Sinar Bangun. Sebagaimana banyak orang, Charles Batlajery menerima informasi pertama tragedi ini dari media daring.

“Saya tengah berada di mes di Jakarta. Kami selalu siap 24 jam dalam 7 hari menanti penugasan,” kata Charles kepada IDN Times, di sela operasi penyelamatan di pinggir Danau Toba, pekan lalu. 

Untuk masuk dalam grup khusus Badan SAR, Charley melalui seleksi ketat.

Putra asli Ambon ini bergabung di grup khusus Badan SAR sejak pertama kali dibentuk tahun 2012.

Charles diberangkatkan ke Tigaras tanggal 19 Juni 2018, sehari setelah kejadian.

“Sudah berkali-kali sudah melaksanakan tugas. Memang kerjaan. Keluarga sudah tahu, tanpa dikasih tahu,” ujar dia.

4.Tua Sagala, Nahkoda KM Sinar Bangun ditetapkan sebagai tersangka

Tragedi KM Sinar Bangun: Potret Ketamakan Pengusaha dan Abainya AparatIDN Times/Margith Juwita Damanik

Tua Sagala tercatat sebagai satu dari 18 orang yang selamat dari tragedi Sinar Bangun.

Pemilik yang juga nahkoda kapal naas itu ditetapkan menjadi tersangka, dan ditahan oleh kepolisian setempat. 

Publik mengecam nahkoda yang meninggalkan kapalnya saat ratusan penumpang berjuang melawan maut yang membawa mereka ke dasar Danau Toba. Tua Sagala sendiri mengaku sempat mengalami trauma atas tragedi itu. 

Pada hari Senin, 25 Juni, polisi menempatkan empat orang termasuk Tua Sagala sebagai tersangka tenggelamnya KM Sinar Bangun. Selain Tua Sagala, tiga orang lainnya adalah petugas di Pelabuhan Simanindo, tempat keberangkatan KM Sinar Bangun.

“Tiga orang ini seharusnya bertugas memonitor dan memeriksa kelayakan kapal,” kata Kapolri Jenderal (Pol) Muhammad Tito Karnavian.

5.Keterbatasan alat menambah kesulitan pencarian puing KM Sinar Bangun

Tragedi KM Sinar Bangun: Potret Ketamakan Pengusaha dan Abainya AparatIDN Times/Margith Juwita Damanik

Danau Toba adalah danau terbesar di Indonesia. Gara-gara tragedi KM Sinar Bangun yang menelan ratusan korban hilang, publik jadi tahu bahwa danau ini memiliki kedalaman lebih dari 800 meter.

“Penyelam biasa hanya bisa menyelam sampai 50 meter,” kata kata Boflen Sirait, yang ikut dalam tim penyelam Batalyon Intai Amfibi.

Menurutnya, bahkan seorang anggota grup khusus Badan SAR Nasional pun hanya mampu menjangkau kedalaman 80 meter dengan metode penyelamannya.

“Suhu air di Danau Toba sangat dingin,” tutur Boflen. Ini menjadi salah satu faktor penghambat dalam pencarian korban KM Sinar Bangun. 

Hambatan lain adalah keterbatasan alat pencarian. Alat-alat terbaik berusaha didatangkan untuk membantu proses pencarian. Alat Remotely Operated Vehicle (ROV) yang digunakan tim SAR gabungan sempat menemukan titik obyek yang diduga merupakan bagian dari KM Sinar Bangun.

Obyek tersebut berada di kedalaman 450 meter di perairan Danau Toba. Sampai pencarian dihentikan, belum bisa dipastikan bahwa obyek itu benar bagian dari kapal naas itu.

6.Mengapa pencarian korban KM Sinar Bangun dihentikan?

Tragedi KM Sinar Bangun: Potret Ketamakan Pengusaha dan Abainya AparatIDN Times/Margith Juwita Damanik

Basarnas mengaku telah melakukan segala upaya terbaik dalam pencarian kapal dan korban KM Sinar Bangun. Setelah dua pekan berlangsung, hambatan medan dan keterbatasan alat membuat pemerintah memutuskan pencarian dihentikan.

Tim SAR dan kepolisian setempat berjanji akan terus melakukan pemantauan di Pelabuhan Tigaras untuk melihat kalau-kalau ada jasad yang muncul di permukaan. Pertimbangan lain dari pihak Basarnas untuk menghentikan pencarian adalah karena kemungkinan jenazah tidak akan lagi utuh saat diangkat ke permukaan.

Baca juga: Cari korban kapal tenggelam di Danau Toba, Tim SAR gunakan pukat harimau

7.Doa berbagai agama menjadi tumpuan harapan para keluarga korban KM Sinar Bangun

Tragedi KM Sinar Bangun: Potret Ketamakan Pengusaha dan Abainya AparatANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Sejauh ini, KM Sinar Bangun dikabarkan tenggelam lantaran mengangkut muatan yang lebih dari kapasitasnya. KM Sinar Bangun diketahui mengangkut 221 penumpang dengan sedikitnya 80 sepeda motor di dalamnya.

Namun, masyarakat setempat mempercayai beberapa mitos-mitos terkait Danau Toba. Beredar pula cerita bahwa tragedi ini terjadi karena ada penduduk setempat sempat mendapatkan ikan mas sebesar 14 kilogram namun tidak mengembalikannya ke Danau Toba. Tentu hal-hal seperti ini sulit dipercayai.

Faktanya pemilik KM Sinar Bangun dan petugas di pelabuhan keberangkatan lalai.

Pencarian korban dan kapal KM Sinar Bangun diiringi doa dari keluarga korban dan masyarakat sekitar.

Berulang kali ibadah penghiburan dilakukan dan doa bersama dilakukan oleh jemaat di gereja setempat. Selain itu, warga, tim SAR dan keluarga korban yang beragama Islam juga melakukan salat bersama. 

Semua bersatu dalam doa berharap masih ada titik terang agar kapal dan korban dapat ditemukan dan dinaikkan ke permukaan danau. Tidak hanya doa dan ibadah, ritual-ritual keadatan juga dilakukan. Mulai dari memanggil orang pintar yang oleh sebagian orang dipercaya nasihatnya. Sampai melakukan prosesi mangelek atau yang dalam Bahasa Batak berarti "memohon."

Dalam ritual itu peserta ritual melakukan permohonan kepada penjaga Danau Toba agar mengizinkan korban dan kapal naik ke permukaan dan memudahkan tim SAR melakukan pencarian. 

Beberapa kali dalam ritual ini terdengar seruan, “Paulak ompung. Paulak ompung,” atau yang dalam bahasa batak berarti, “Kembalikan

Ompung (sapaan untuk kakek atau nenek), kembalikan ompung.” 

Segala cara dilakukan mulai dari usaha, diiringi doa bahkan ritual adat juga. Namun semesta berkehendak lain.

8.Pembangunan monumen tragedi KM Sinar Bangun untuk penghibur lara keluarga korban

Tragedi KM Sinar Bangun: Potret Ketamakan Pengusaha dan Abainya AparatANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Karena 163 penumpang dipastikan sudah meninggal dunia dan sulit ditemukan jazadnya, pemerintah akan membangun monumen. Bupati Simalungun, JR Saragih mengatakan akan membangun monumen di Pelabuhan Tigaras. 

Monumen itu nantinya akan ditulisi nama-nama korban tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun.

“Tujuannya untuk memudahkan keluarga korban jika ingin melakukan ziarah,” kata Budiawan, kepala Badan SAR setempat saat dihubungi IDN Times, Selasa (3/7).

Peletakan batu pertama pembangunan monumen dilakukan oleh Bupati JR Saragih, sehari setelah proses pencarian dihentikan. Bupati Saragih juga melakukan tabur bunga diperairan Danau Toba. Menurut Budiawan, keluarga mengaku sudah ikhlas, tak bisa lagi bertemu mereka yang dicintai, yang kini terkubur di dasar Danau Toba.

Begitupun, rasa kehilangan tak akan pernah pupus. Tangis seorang ibu yang memanggil-manggil nama anaknya yang menjadi salah satu korban KM Sinar Bangun menjadi pemandangan yang menyayat hati.

Tragedi KM Sinar Bangun adalah potret nyata ketamakan pengusaha transportasi laut dan abainya aparat dalam keselamatan penumpangnya. Korban hilang dan tewas dalam tragedi ini adalah noda hitam dalam arus mudik 2018

Topik:

Berita Terkini Lainnya