Yuk, Kenalan Sama Ketua BEM UI Lewat 5 Hal Ini!

Zaadit blak-blakan soal 'kartu kuning' yang diberikannya kepada Presiden Jokowi

Jakarta, IDN Times - 'Kartu kuning' yang diterima Presiden Joko "Jokowi" Widodo ketika tengah berpidato dalam acara Dies Natalis Universitas Indonesia ke-68 menjadi topik perbincangan hangat beberapa hari terakhir.

Muhammad Zaadit Taqwa, ketua BEM UI, yang saat itu bak seorang wasit memberi 'kartu kuning' dan membunyikan peluit menjadi sosok yang paling disorot. Banyak isue yang berkembang sejak terjadinya peristiwa itu, salah satunya isu bahwa Zaadit, begitu ia akrab disapa, merupakan kader satu partai politik. 

Ditemui di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PUSGIWA) Universitas Indonesia, pria bernama lengkap Muhammad Zaadit Taqwa ini berbincang dengan tim IDN Times. Zaadit merupakan mahasiswa Fakultas MIPA, jurusan Fisika angkatan 2014 di Universitas Indonesia. Ia memastikan aksi yang dilakukannya bukan titipan partai politik.

1. Aksi yang dilakukan Zaadit bukan titipan dari partai politik

Yuk, Kenalan Sama Ketua BEM UI Lewat 5 Hal Ini!IDN Times/ Margith ​Juita ​ Damanik

Zaadit membantah keras isu yang beredar bahwa aksi yang dilakukannya merupakan titipan salah satu partai politik di Indonesia. "Ga ada (titipan parpol)," katanya sambil tertawa. "Semua didiskusikan bareng-bareng di sini (ruang BEM UI) sampai tengah malam. Kita siapin semuanya sama-sama. Peralatan, spanduk," katanya menjelaskan.

Zaadit juga memberikan klarifikasi bahwa dirinya bukan kader partai politik seperti informasi yang beredar di masyarakat. "Gak ada. Itu kan mereka menyimpulkan sendiri dari screenshot twitter," kata Zaadit

Atas aksinya itu, Zaadit tidak mendapatkan sanksi akademis dari pihak kampus. Sebab aksinya merupakan aksi damai tanpa disertai kekerasan. Meski sempat diamankan Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres), Zaadit mengaku tidak menerima kekerasan, baik fisik maupun verbal.

Bicara soal partai politik, pria yang hobi menyanyi ini mengatakan tidak berminat terjun ke dunia politik. "Ga jadi ambisi," sambung Zaadit bernada serius. Zaadit sendiri memandang politik Indonesia masih perlu berbenah. "Semoga kedepannya lebih baik lagi," katanya.

Baca juga: Berikan Kartu Kuning ke Jokowi, Ketua BEM UI Tak Bisa Dipolisikan

2. Dua aksi untuk menyampaikan aspirasi pada Presiden

Yuk, Kenalan Sama Ketua BEM UI Lewat 5 Hal Ini!IDN Times/ Margith ​Juita ​ Damanik

"Intinya kita punya satu momen untuk bertemu dengan Pak Jokowi. Kalau biasanya kami harus ke istana, panas-panasaan berjam-jam untuk bertemu padahal Pak Jokowi tidak mau bertemu. Kami maksimalkan kesempatan itu (Jokowi datang ke UI) untuk menyampaikan keresahan kami," kata Zaadit menceritakan awal mula akhirnya aksi dilakukan.

Kepada tim IDN Times, Zaadit bercerita bahwa ada dua aksi yang dilakukan di waktu yang bersamaan waktu itu. Aksi pertama berada di Stasiun Universitas Indonesia, dan yang kedua berada di dalam ruangan.

Aksi di depan Stasiun UI awalnya direncanakan dengan cara mahasiswa yang terlibat akan berdiri menbawa spanduk untuk menyuarakan aspirasi yang ada dan sudah ditampung. "Tapi belum berkibar spanduknya, sudah diamankan oleh petugas keamanan kampus," kata Zaadit bercerita.

Aksi kedua dilakukan sendiri oleh Zaadit ketika Jokowi selesai memberikan sambutan. Zaadit bercerita bahwa aksi ini sudah didiskusikan dan dipikirkan secara matang oleh BEM UI dan Himpunan mahasiswa jurusan lainnya.

"Beberapa hari direncanakan tapi berubah-berubah konsepnya," kata Zaadit. "Gimana caranya bisa masuk dengan pengawasan segitu ketatnya. Lalu ada satu orang nyeletuk. Apa ya barang kecil yang bisa menarik perhatian. Lalu dipilihlah peluit," lanjut Zaadit bercerita. "Tapi gak ada maknanya, gak ada pesannya. Lalu kepikiran, peluit, oh main bola, kartu kuning. Peringatan," kata Zaadit. Buku kuning yang digunakan merupakan buku paduan suara. "MABA UI di tiap tahun pertamanya pasti jadi paduan suara. Itu bukunya berisi lagu-lagu," kata Zaadit.

Ada tiga hal yang menjadi tuntutan BEM UI. Pertama mengenai gizi buruk yang tengah terjadi di Asmat. Kedua, penolakan diberlakukan kembalinya dwi fungsi Polri dan TNI. Dan yang ketiga, adalah penolakan draf mengenai aturan organisasi mahasiswa. BEM UI memiliki sebab tersendiri mengangkat issue tersebut.

"Tuntutan tersebut lahir dari diskusi bersama. Dua tuntutan pertama dipilih karena sedang hangat dibicarakan. Jadi merasa perlu diselesaikan. Yang satu lagi karena berkaitan dengan BEM UI. Jadi supaya tidak dijadikan," kata Zaadit.

3. Siap ke Asmat dengan biaya sendiri

Yuk, Kenalan Sama Ketua BEM UI Lewat 5 Hal Ini!Antara Foto/Indrianto Eko Suwarso

Terkait dengan aksi yang dilakukan Zaadit dan rekan-rekannya, beredar kabar Jokowi akan memberangkatkan BEM UI ke Asmat untuk melihat langsung medan di sana. Menanggapi hal itu Zaadit bersikap serius.

"Kalau mau kirim mending ngirim profesor, tenaga medis, tenaga relawan, pokoknya yang lebih dibutuhkan di sana. Karena itu uang pajak, bukan untuk memberangkatkan mahasiswa. Mahasiswa biar berangkat dengan biaya sendiri saja," kata  Zaadit. Zaadit dan BEM UI sendiri berencana untuk bertemu dengan rektorat UI hari ini 6/2). 

"Rektorat juga ternyata ingin memberangkatkan mahasiswanya ke sana. Untuk kapan dan bagaimana jadwalnya akan dibicarakan," kata Zaadit. Secara pribadi Zaafit sendiri berkeinginan untuk turun langsung ke Asmat untuk melihat situasi yang terjadi di sana.

"Penasaran aja," katanya. "Kita biasa di Jakarta. Seolah-olah Indonesia cuma ini doang. Sementara di sana ada saudara-saudara kita yang mungkin ga pernah rasain listrik. Seperti apa sih sebenernya kondisi mereka di sana dan apa yang harus dilakukan pemerintah," kata Zaadit.

4. Zaadit merupakan Millenials yang tidak takut untuk bersuara

Yuk, Kenalan Sama Ketua BEM UI Lewat 5 Hal Ini!IDN Times/ Margith ​Juita ​ Damanik

Zaadit merasa bahwa Millenials sangat perlu untuk berani bersuara. "Tiap orang punya keresahan. Kalau keresahan itu dipendam dalam diri kita aja, ya gak terjadi apa-apa. Lebih baik disuarakan," kata Zaadit. Hal ini juga yang mendorong Zaadit untuk berani bersuara dan beraksi. Dengan harapan akan ada perubahan yang ditimbulkan. "Tapi, ketika apa yang kita lakukan itu salah ya akui itu salah. Jangan batu. Bersikap objektif," kata Zaadit.

Aksi yang dilakukan Zaadit untungnya tidak membuat pihak kampus memberikan sanksi akademik. Pria dengan moto hidup 'just do it' ini memiliki prinsip untuk tidak takut melakukan apa yang dinilai benar oleh diri sendiri. Zaadit juga berharap agar Millenials semakin berani bersuara dan berekspresi.

5. Zaadit bercita-cita ingin punya sekolah science

Yuk, Kenalan Sama Ketua BEM UI Lewat 5 Hal Ini!Antara Foto/Indrianto Eko Suwarso

Zaadit merupakan mahasiswa MIPA, Fisika angkatan 2014 dari Universitas di Indonesia. Sejak SMA, pria kelahiran Jakarta, 29 Mei 1996, ini memang menyukai fisika. "Kenapa masuk Fisika, karena memang dari SMA sukanya fisika," katanya. Zaadit sendiri bercita-cita kelak bisa punya sekolah sendiri. "Kebayang pengin punya sekolah science," kata Zaadit.

Saat ditanya kenapa ingin mendirikan sekolah science, pria yang mengaku memiliki jiwa sosial ini ingin banyak orang menyukai Science. "Karena gue anak fisika, dan banyak orang yang ga suka dan ga ngerti fisika," kata Zaadit. "Mereka gak suka fisika karena yang mereka tahu fisika itu cuman rumus dan angka. Sementara fisika itu gak kayak gitu. Enak belajar fisika sebenarnya," lanjut Zaadit dengan nada antusias.

Cita-cita Zaadit sendiri kelak disekolah yang dimilikinya murid tidak hanya belajar fisika secara teori, namun juga mengetahui bahaimana caranya untuk menggunakan teori agar tidak jadi sebatas rumus.

Baca juga: Dapat Kartu Kuning, Jokowi: Saya akan Kirim BEM UI ke Papua

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya