Ketua HKTI: Sektor Pertanian Kekuatan Utama dan Benteng Negara
Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Jenderal TNI (Purn) Moeldoko. (Dok.HKTI)
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Jenderal (Purn) Moeldoko menegaskan bahwa sektor pertanian adalah kekuatan utama sekaligus benteng negara dalam menghadapi gelombang pandemik COVID-19 yang melanda seluruh dunia.
“Karena itu, HKTI siap bekerja sama dan bekerja keras membantu petani dalam meningkatkan produksi,” ujar Moeldoko dalam video zoom bertajuk Jaya Suprana Show, Selasa (15/6/2021).
Moeldoko mengatakan, saat ini ada 2 fenomena yang menjadi titik balik bangkitnya sektor pertanian Indonesia. Fenomena pertama adalah banyaknya masyarakat yang sebelumnya bekerja di kota kini kembali ke desa. Mereka mulai bertani dan bercocok tanam sebagai salah satu mata pencarian.
"Berikutnya ada fenomena produk hortikultura, yaitu bunga-bungaan yang memiliki nilai jual tinggi. Hampir setiap rumah memelihara bunga bunga. Ini maknanya bahwa ada peluang untuk bertani. Jadi, menurut saya pertanian dalam konteks pandemik ini cukup bertahan dengan baik," katanya.
1. Budaya bertani harus menerima perubahan
Ilustrasi petani menanam padi di area persawahan. ANTARA FOTO/Arnas PaddaTerkait hal tersebut, Moeldoko meyakinkan bahwa menjadi petani merupakan jalan yang pasti dalam menambah pundi-pundi ekonomi. Apalagi saat ini pemerintah sudah mendorong teknologi dan mekanisasi.
"Saya ingin mengubah cara berpikir masyarakat bahwa petani itu bertanam bukan hanya untuk hidup, tapi untuk mata pencarian. Dan menjadi petani itu bisa kaya, bisa sukses. Untuk itulah, doktrin saya selama ini adalah memberi cara pandang bahwa agriculture atau budaya bertani itu harus menerima perubahan, yakni menggunakan teknologi dan mekanisasi. Jadi, jangan alergi menerima perubahan perubahan itu," ungkapnya.
Baca Juga: Dibantu Alsintan, Pertanian Karawang Diharapkan Lebih Maksimal
2. Sektor pertanian secara kumulatif menyumbang kenaikan tinggi terhadap industri pengolahan
Editor’s picks
Ilustrasi pertanian. (Dok. Kementan)Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis nilai ekspor hasil pertanian selama Januari-Mei 2021 yang mengalami kenaikan tinggi, yakni sebesar 13,39 persen. Kenaikan terjadi karena subsektor tanaman obat, sarang burung walet, dan produk olahan lainya seperti rempah dan kopi mengalami kenaikan permintaan.
Dengan hasil tersebut, maka sektor pertanian secara kumulatif menyumbang kenaikan tinggi terhadap industri pengolahan, yakni sebesar 30,53 persen.
Adapun ekspor nonmigas secara keseluruhan yang dihitung pada Mei 2021 mencapai 94,36 persen. Demikian juga dengan ekspor pertanian yang dihitung secara tahunan (yoy) mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen dengan tanaman obat aromatik dan rempah menjadi penyumbang terbesarnya.
3. Ekspor pertanian diharapkan semakin lebih baik lagi
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memanen buah kakao di Desa Puudambu, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Sabtu (2/11/2019).. (Dok. ANTARA FOTO/Jojon)Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri, menegaskan bahwa capaian tersebut merupakan hasil kerja keras para petani dan berbagai pihak yang mendukung jalannya proses pembangunan pertanian nasional.
Karena itu, kata Kuntoro, pemerintah melalui Kementan akan terus menggenjot peningkatan produksi dan kesejahteraan petani. Selain itu, peningkatan nilai ekspor pertanian juga didorong melalui program yang digagas Mentan Syahrul Yasin Limpo, yakni Gerakan Tiga Kali Ekspor (Geratieks).
"Gerakan itu merupakan gerakan yang akan mengakomodasi semua pemangku kepentingan untuk meningkatkan ekspor produk pertanian. Tentu kita berharap ke depan, ekspor pertanian semakin lebih baik lagi," tutupnya. (WEB)
Baca Juga: Kementan Sebut Chile Pintu Masuk Ekspor Pertanian ke Amerika Latin
Berita Terkini Lainnya
