Prabowo-Surya Paloh-SBY Bersaing Ketat, Sulit Bangun Poros Ketiga

Beberapa parpol saat ini melakukan penjajakan dengan PDIP

Jakarta, IDN Times — Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menilai, ada beberapa faktor yang menyebabkan poros ketiga dalam Pemilu 2024 sulit terbentuk.

LSI Denny JA sebelumnya memprediksi akan ada tiga poros dalam Pemilu 2024. Pertama, poros Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang beranggotakan Golkar-PAN-PPP, poros PDIP, dan ketiga poros yang masih samar antara Gerindra-PKB atau Demokrat-Nasdem.

Direktur CPA LSI Denny JA Ade Mulyana menilai, setidaknya ada empat alasan mengapa poros ketiga tak kunjung terbentuk. Padahal partai politik seperti Gerindra, PKB, PKS, Nasdem, dan Demokrat, memiliki penokohan kuat dan basis massa yang tidak sedikit.

“Memang untuk menjadi poros ketiga terlihat masih rumit, karena ada beberapa hal yang kira-kira bisa mengganjal untuk partai-partai ini membentuk koalisi, di luar dua koalisi tadi,” kata Ade di Jakarta Timur, Rabu (6/7/2022).

Baca Juga: Koalisi Gerindra-PKB Serius, Prabowo Masih Dilobi Jadi Capres

1. Persaingan sengit elite politik

Prabowo-Surya Paloh-SBY Bersaing Ketat, Sulit Bangun Poros KetigaKetum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono didamping Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat bertemu Ketum Nasdem Surya Paloh pada Minggu (5/6/2022) malam. (IDNTimes/Istimewa)

Ade menilai, ada persaingan ketat antar elite politik di kalangan partai politik. Elite politik seperti Prabowo Subianto, Surya Paloh, serta AHY-SBY dinilai belum bisa memastikan siapa yang akan memimpin poros ketiga.

“Sulitnya menentukan siapa leader antara Prabowo, Surya Paloh, dan AHY yang pasti dibelakangnya ada SBY, tanpa mengecilkan peran PKS dan PKB,” ujar Ade.

“Kira-kira dari tiga tokoh ini sulit juga menentukan siapa yang mau mengalah dipimpin salah satu dari tiga tokoh ini,” sambung dia.

2. Masih gamang usung capres-cawapres

Prabowo-Surya Paloh-SBY Bersaing Ketat, Sulit Bangun Poros KetigaGubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan (kiri) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kanan) (Dokumentasi IDN Times)

Selain itu, sisa partai politik yang belum tergabung dalam koalisi juga disebut masih gamang mengusung kandidat untuk maju dalam Pilpres 2024.

Kondisi itu diperkuat dengan kegigihan Nasdem, Demokrat, dan Gerindra, yang masing-masing memiliki calon sendiri untuk maju di kursi pemilihan presiden.

Gerindra contohnya, bersikukuh ingin mengusung Ketum Prabowo Subianto kembali berlaga dalam pilpres. Sementara Demokrat dengan Ketum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Nasdem yang memiliki tiga kandidat yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Andika Perkasa.

“Jadi masing-masing punya capres sendiri. PKB juga pasti akan mengusung Cak Imin. Makanya ini salah satu alasan partai-partai sisa di luar poros PDIP dan KIB sulit membentuk satu poros baru,” ujar Ade.

3. Masih penjajakan dengan partai di poros PDIP

Prabowo-Surya Paloh-SBY Bersaing Ketat, Sulit Bangun Poros KetigaKetum PDIP, Megawati Soekarnoputri di acara Rakernas PDIP pada Selasa (21/6/2022). (dok. PDIP)

Ade kemudian menilai, ada beberapa partai politik yang saat ini masih melakukan penjajakan dengan PDIP seperti Gerindra dan PKB. Sementara Demokrat dan PKS masih mungkin bergabung dengan poros KIB.

“Berdasarkan historisnya, Gerindra dan PKB masih mungkin bergabung dengan PDIP. Demokrat-PKS masih mungkin gabung KIB,” tutur Ade.

Dia juga menilai, ada kemungkinan Gerindra mencari waktu yang tepat untuk menentukan koalisi karena pihaknya hanya butuh satu partai politik untuk bisa lolos presidential threshold (PT).

“Hanya Gerindra yang ada di atas angin. Kalau kita lihat persentase (kursi di parlemen) partai sisa ini, Gerindra memang yang paling tinggi karena hanya butuh 1 partai untuk bertarung di pilpres,” kata Ade.

Baca Juga: PKB-Gerindra Belum Bisa Disebut Koalisi, Arah Politik Potensi Berubah

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya