Merawat Kearifan Lokal, Pemuda Banyuwangi Dirikan Sekolah Adat 

Seni tradisi bukan hanya selebrasi dan pertunjukan

Banyuwangi, IDN Times - Para pemuda yang tergabung dalam komunitas Adat Suku Using khawatir beragam seni tradisi yang sering dikemas dalam pertunjukan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi bisa melunturkan nilai-nilai luhur. Mereka kemudian berinisiatif untuk mendirikan sekolah adat bernama "Pesinauanan" sebagai penyeimbang dan melestarikan kearifan lokal.

1. Bukan hanya tontonan 

Merawat Kearifan Lokal, Pemuda Banyuwangi Dirikan Sekolah Adat Pendirian sekolah adat di Kabupaten Banyuwangi. IDN Times/Istimewa

Sekolah adat Pesinauan di Sawah Art Space, Desa Olehsari, Kecamatan Glagah tersebut bakal mengajarkan budaya adat tradisi, kesenian, pertanian, bahkan hingga tradisional kepada generasi muda.

"Pariwisata Banyuwangi di bidang sosial budaya harus diimbangi dengan pemahaman yang cukup supaya tidak melenceng dari filosofi tradisi itu sendiri. Kami khawatir jika nilai luhur secara turun temurun itu hilang, generasi muda mengenal tradisi hanya sebatas pementasan. Jika itu terjadi maka munculah yang namanya proses degradasi budaya,” ujar Ketua Pengurus Daerah AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) Osing Banyuwangi, Agus Hermawan, Senin (25/1/2021).

2. Ruang merawat adat 

Merawat Kearifan Lokal, Pemuda Banyuwangi Dirikan Sekolah Adat Pendirian sekolah adat di Kabupaten Banyuwangi. IDN Times/Istimewa

Sejak 2012, beragam festival yang digelar pemerintah daerah hingga komunitas masyarakat telah memikat kunjungan wisatawan. Para pemuda menilai, beberapa pagelaran tradisi adat yang sakral harus diimbangi dengan pemahaman, bukan hanya tontonan.

"Berdirinya sekolah adat ini dalam rangka mempertahankan dan melestarikan adat tradisi di wilayah komunitas adat Osing di seluruh Banyuwangi melalui media pembelajaran," katanya.

Sebelumnya, para pemuda komunitas suku Using sudah rutin menggelar proses belajar mengajar membaca Lontar Yusuf, sebuah naskah kuno yang rutin dibaca saat pagelaran adat bersih desa. Selain itu, pelatihan tari tradisional juga diajarkan.

"Sekolah ini sebagai wadah kegiatan yang sebelumnya sudah berjalan oleh sejumlah komunitas dan pemuda," katanya.

Lebih lanjut, sejumlah hal yang berkaitan dengan kearifan lokal akan diajarkan di sekolah adat, termasuk konsep pertanian dengan mengandalkan pupuk organik.

“Misalnya tradisi Kebo-keboan, Seblang ini Anak-anak harus diberi pemahaman, bahwa tradisi itu bukan hanya sekedar pementasan, namun ada nilai-nilai tersendiri. Misal bagaimana kultur masyarakat Osing yang agraris dalam mengelola lahannya,” ujarnya.

Baca Juga: Perempuan Gangguan Mental Banyuwangi Jadi Korban Perdagangan Manusia

3. Komunitas adat saling menguatkan 

Merawat Kearifan Lokal, Pemuda Banyuwangi Dirikan Sekolah Adat Pendirian sekolah adat di Kabupaten Banyuwangi. IDN Times/Istimewa

Sekolah adat ini bakal memanfaatkan potensi masing-masing komunitas adat untuk saling menguatkan. Ruang kegiatan belajar mengajar tidak hanya di Sawah Art Space, namun bisa di kampung adat Using lainnya dengan waktu pelaksanaan fleksibel.

Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Blambangan, Hasan Basri mengatakan, pagelaran festival dengan menjadikan seni tradisi sebagai pertunjukan memang bisa memperkuat eksistensi dan memikat wisatawan, namun jangan sampai nilai nilai luhurnya menjadi bias.

“Banyuwangi Festival berhasil melakukan selebrasi ritual adat yang berdampak positif bagi perekonomian. Namun, di tengah gempuran moderenitas kita tidak boleh lengah untuk juga memperkuat pelaku, nilai, norma, dan filosofinya,” ujar Hasan.

Baca Juga: 5 Fakta Unik Bahasa Osing, Bahasa Asli Kabupaten Banyuwangi

Mohamad Ulil Albab Photo Verified Writer Mohamad Ulil Albab

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dida Tenola

Berita Terkini Lainnya