BMKG: Ulama Berperan Beri Pemahaman pada Umat soal Mitigasi Bencana

Mayoritas masyarakat Indonesia mendengar kata ulama

Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menjelaskan pentingnya peran ulama dalam memberikan literasi kepada umat terkait kebencanaan. Hal itu disampaikan Rita dalam Rapat Koordinasi dengan Majelis Ulama Indonesia secara virtual pada Senin, 27 Desember 2021 kemarin.

"Hal ini karena pengaruh ulama yang mampu mensyiar dan berdakwah, sehingga dapat memberikan pemahaman pada umat mengenai mitigasi bencana. Mengingat hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah rawan bencana," ujar Rita dalam keterangannya, Selasa (28/12/2021).

Baca Juga: Muncul Siklon Tropis Rai dan Bibit Siklon 97W, Apa Dampaknya bagi RI?

1. Masyarakat sangat patuh terhadap ulama

BMKG: Ulama Berperan Beri Pemahaman pada Umat soal Mitigasi BencanaKepala BMKG Dwikorita Karnawati. (IDN Times/Ilman)

Rita menjelaskan, mayoritas masyarakat di Indonesia, khususnya umat Muslim sangat patuh terhadap apa yang disampaikan ulama. Terlebih, kata dia, informasi yang disampaikan ulama menggunakan pendekatan agama.

"Bencana alam memang tidak bisa dihindari karena merupakan ketetapan Allah SWT, namun manusia bisa berikhtiar dan bersiap dengan segala kemungkinan untuk mengurangi risikonya," katanya.

Rita berharap, ulama dapat membangun kesadaran waspada bencana kepada masyarakat. Sebab, meningkatnya pemahaman kebencanaan dapat mengurangi dan mengantisipasi risiko yang ditimbulkan.

Baca Juga: BMKG: Waspada Potensi Hujan Petir di Wilayah Jakarta Hari Ini

2. Bencana alam di Indonesia terus meningkat

BMKG: Ulama Berperan Beri Pemahaman pada Umat soal Mitigasi BencanaIlustrasi Gempa (IDN Times/Sukma Shakti)

Rita menjelaskan, bencana alam yang terjadi di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Dia menjelaskan, untuk gempa bumi, dalam kurun waktu tahun 2008-2016, terjadi setiap tahunnya sekitar 5 ribu sampai 6 ribu kali.

Namun, jumlahnya meningkat pada 2017 menjadi 7.169 kali. Kemudian pada 2019, gempa bumi di Indonesia terjadi sebanyak 11.500 kali. Selain itu, pada periode 1600-Oktober 2021, BMKG mencatat telah terjadi 264 kali tsunami di tanah air.

3. Suhu bumi meningkat

BMKG: Ulama Berperan Beri Pemahaman pada Umat soal Mitigasi BencanaIlustrasi Puncak Gunung Jayawijaya, Papua (IDN Times/Mardya Shakti)

Kemudian, kata Rita, bumi tercatat mencapai suhu panasnya pada 2016 dengan nilai anomali sebesar 0,8 derajat celcius dalam rentan 1981-2020.

Menurut Rita, pada 2020 suhu bumi tercatat 0,7 derajat celcius dan pada 2019, nilai anomalinya sebesar 0,6 derajat celcius. Tak hanya itu, pemanasan global juga mengakibatkan salju abadi di Puncak Jaya, Papua mencair.

Salju abadi di Jaya Wijaya yang mulanya ada 200 km, kini hanya tersisa 2 km saja. Artinya, salju abadi hanya tersisa 1 persen saja.

Tak hanya itu, dalam kurun 10 tahun terakhir, siklon tropis juga sering terjadi di wilayah Indonesia.

"Kondisi ini harus diantisipasi dengan upaya mitigasi yang kuat oleh semua pihak dan elemen masyarakat, termasuk ulama dan pemuka agama. Jika tidak, maka dampaknya akan semakin luas dan sulit tertangani," katanya.

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya