Cerita Airlangga Masih Garis Keturunan Ulama dan Raja Brawijaya V

Airlangga ogah bahas capres 2024

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Airlangga Hartarto, kembali melakukan kunjungan kerja (kunker) ke sejumlah wilayah di Jawa Tengah (Jateng). Kunker itu dilakukan sejak Kamis, 23 September 2021.

Sejumlah agenda ekonomi hingga ziarah ke makam para ulama pun dilakukan Ketua Umum Partai Golkar itu, saat berkunjung ke Jateng. Saat berada di Solo, Arilangga ditanya sejumlah wartawan terkait isu capres 2024, namun ia enggan menanggapi.

"Ini masih 2021," ucap Airlangga dilansir ANTARA, Jumat (24/9/2021).

Airlangga yang telah diamanatkan partai sebagai capres 2024 juga mengklaim masih memiliki garis keturunan ulama besar dan Raja Majapahit, Brawijaya V. Bagaimana cerita selengkapnya?

Baca Juga: Elektabilitas Pilpres 2024 Rendah, Airlangga Hartarto: Ini Masih 2021

1. Ziarah ke makam Mbah Lim

Cerita Airlangga Masih Garis Keturunan Ulama dan Raja Brawijaya VMenko Perekonomian yang juga Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto saat berziarah ke makam KH Moeslim Rifai Imam Putra atau yang dikenal dengan nama Mbah Lim, di Ponpes Almuttaqien Pancasila Sakti, Klaten, Jawa Tengah, Jumat (24/9/2021). ANTARA/HO.

Airlangga hari ini menyempatkan berziarah ke makam KH Moeslim Rifai Imam Putra atau Mbah Lim di Pondok Pesantren Almuttaqien Pancasila Sakti, Klaten.

Dia mengaku, ziarah ini untuk menyambung silaturahmi dengan anak cucu Mbah Lim. Sebab, dia mengaku masih ada hubungan keluarga dengan Mbah Lim.

"Saya datang ke sini untuk ziarah ke makam Mbah Lim yang kalau dihubung-hubungkan masih ada jalur famili dengan mbah dan buyut saya di Klaten sini. Sekaligus menjalin silaturahmi dengan anak dan cucunya beliau," kata Airlangga.

Baca Juga: Airlangga Hartarto: Kita Kirim 1,5 Juta Dosis Vaksin ke Lampung

2. Airlangga mengaku masih garis keturunan Ki Ageng Gribig, yang memiliki leluhur Raja Brawijaya V

Cerita Airlangga Masih Garis Keturunan Ulama dan Raja Brawijaya VMenteri Koordinator bidang Perekonomian yang juga Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto (kiri) bersama Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf saat mengikuti haul Ki Ageng Gribig, di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (23/9/2021). (ANTARA FOTO/HO.)

Sebelum ziarah ke makam Mbah Lim, Airlangga kemarin juga berkunjung ke Klaten, dan mengaku Ki Ageng Gribig sebagai leluhurnya. Ki Ageng Gribig merupakan ulama besar di Jawa.

"Ki Ageng Gribig atau yang bernama asli Wasibagno Timur adalah ulama besar yang menyebarkan Islam di Desa Krajan, Jatinom, Klaten dan sekitarnya. Beliau juga dikenal masih keturunan dari Raja Majapahit, Brawijaya V," ucapnya saat menghadiri haul Ki Ageng Gribig di Klaten, Jawa Tengah, Kamis (23/9/2021) malam.

Airlangga yang mengenakan baju koko lengan panjang itu tak kuasa menahan air matanya, saat menghadiri acara haul leluhurnya itu. Dia mengatakan, ketokohan dari seorang Ki Ageng Gribig itu harus menjadi contoh dari setiap umat Muslim di Indonesia.

Cucu dari Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit itu merupakan seorang alim ulama yang terkenal dermawan, dan tak pernah pelit membagikan ilmu serta harta yang dimilikinya.

"Saat hidup dia adalah menjadi amir tanah perdikan di Jatinom. Dia adalah penasihat spiritual Raja Mataram Sultan Agung. Atas jasanya Kiai Ageng Gribig dianugerahi putri adik sinuhun bernama Raden Ayu Mas sebagai istrinya," ujarnya.

Selain itu, Ki Ageng Gribig juga diberi kebebasan memilih rumah yang akan ditempati bersama keluarganya. Namun, karena sikap rendah hatinya, dia memutuskan tetap tinggal di Klaten.

"Hanya saja Ki Ageng Gribig memilih tinggal di Klaten untuk mengerjakan kerja dakwah. Ki Ageng Gribig berhasil menjadikan Jatinom pusat penyebaran Islam di Jawa," kata Airlangga.

3. Airlangga sebut kue apem warisan Ki Ageng Gribig yang memajukan ekonomi

Cerita Airlangga Masih Garis Keturunan Ulama dan Raja Brawijaya VIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Menurut Airlangga, Ki Ageng Gribig memiliki ciri khas dalam berdakwah yang hingga kini selalu dikenang masyarakat di Klaten. Salah satu metodenya yaitu membagikan kue sembari mengucapkan kalimat "Ya Qowiyyu" dan seterusnya, sebagai doa untuk meminta kekuatan kepada Allah.

Kue itu dikenal dengan nama kue Apem, saduran dari bahasa Arab, affan, yang memiliki makna dan filosofi sebagai permohonan ampunan kepada Allah.

Tradisi pembagian kue apem inilah yang kemudian secara rutin dilaksanakan Ki Ageng Gribig, dan kemudian dilanjutkan para muridnya dan masyarakat Jatinom sampai sekarang.

Dari penyebutan kata "Ya Qowiyyu" ini pula, tradisi Saparan di Jatinom juga disebut masyarakat dengan nama tradisi "Ya Qowiyyu".

Sebagai garis keturunannya, Ketua Umum Partai Golkar itu mengaku bersama keluarga lainnya, senantiasa menjaga tradisi yang diwariskan Ki Ageng Bribig.

"Sebagai dzurriyah, anak cucu, cicit yang selalu nyadong berkah ke leluhur. Kami rutin mengadakan haul Ki Ageng Gribig, menjalankan amanat ayah saya Pak Hartarto. Harapannya, tidak lain dan bukan kami takzim kepada leluhur. Rasa terima kasih selama hidupnya menyebarkan agama Islam, berjuang melawan penjajahan dan berjuang untuk Indonesia," ujarnya.

Sebagai tuan rumah haul, Airlangga mengklaim dirinya hadir di acara ini bukan sebagai Ketua Umum Partai Golkar dan juga Menko Perekonomian. Dia mengatakan apa yang ia lakukan bersama keluarga sebagai upaya melestarikan tradisi yang diwariskan Kia Ageng Gribig.

Airlangga menyebut warisan tradisi bagi-bagi kue apem kepada masyarakat menurut dia bermakna untuk memajukan perekonomian masyarakat.

Ketua Komite Penanggulangan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KCPEN) ini mengharapkan atas washilah leluhurnya Ki Ageng Gribig, pandemik COVID-19 segera diangkat dan ekonomi kembali pulih.​​​​​​​

Meski demikian dalam dua tahun ini, Airlangga mengaku tidak melakukan tradisi ini, karena masih berasa dalam suasana pandemik COVID-19.

Airlangga juga mengaku, bersama keluarga mendapatkan inspirasi menafsirkan kata apem. A diartikan sebagai akar sejarah yang kuat yakni menjaga tradisi, budaya dan warisan para pahlawan bangsa.
Huruf P diartikan persatuan dan kesatuan yakni menjaga kerukunan, menanamkan toleransi, menjaga kemajemukan dan kebinekaan.

Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan, huruf E berarti ekonomi kerakyatan pembangunan ekonomi harus dipusatkan untuk kemakmuran rakyat dan huruf M diartikan masyarakat yang maju, beragama, ber-akhlakul kharimah (akhlak yang terpuji), terciptanya masyarakat yang maju, berilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan iman dan takwa, berbudi pekerti luhur.

"Nilai-nilai APEM inilah menjadi garis perjuangan saya di mana pun saya berada. Dan ini menjadi amanah keluarga untuk dijaga dan dijalankan," katanya.

Ki Ageng Gribig, kata Airlangga, seorang ulama yang bisa menggabungkan unsur ilahiyah dengan budaya masyarakat dan membantu ekonomi masyarakat. Meski sudah ratusan tahun lalu wafat, dia mengatakan, sampai saat ini bermanfaat membangun ekonomi masyarakat sekitar.

"Semoga tahlil dan doa yang kita panjatkan dikabulkan Allah, semoga washilah Ki Ageng Gribig, pandemi bisa diangkat oleh Allah SWT, rakyat kembali sejahtera," kata dia.

Dalam menutup sambutan, Airlangga memohon restu agar senantiasa selamat dalam menjalankan tugas menanggulangi COVID-19, dan mengembalikan ekonomi agar rakyat kembali menikmati.

"Saya minta restu agar semoga tetap teguh menjaga nilai yang diajarkan si mbah Ki Ageng Gribig dan selamat menjalankan amanah dalam tugas memerangi pandemi COVID-19, mengembalikan ekonomi sehingga masyarakat bisa sejahtera," tutup Airlangga.

Dalam haul tersebut hadir di lokasi diantaranya Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf, Habib Umar Al Muthohar, Rois Syuriah PWNU KH Ubaidillah Shodaqoh, Gus Ghofur Maimoen Zubair, Ketua MUI Jateng dan pengasuh pesantren dari Pati, Kudus, Habib dan Kiai se Solo Raya dan Jawa Tengah.

Peringatan Haul pada momen Saparan ini pula, kemudian pada perkembangannya sekaligus dilaksanakan beberapa rangkaian kegiatan seperti kirab budaya, lomba panahan, dan peringatan haul Ki Ageng Gribig.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya