Duh! BMKG Prediksi Es Abadi di Puncak Jayawijaya Hilang pada 2025 

Tahun 2020 menjadi suhu terpanas dalam tiga tahun terakhir

Jakarta, IDN Times - Perubahan iklim menjadi permasalah dunia, termasuk Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta pemerintah daerah melakukan aksi nyata dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

“Aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim butuh komitmen politik karena harus dimulai dari kepala daerah yang diwujudkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD),” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (8/8/2021).

Baca Juga: BMKG: Waspada Bencana di 5 Kabupaten di Jateng Pada Puncak Kemarau

1. Perubahan iklim dapat menyebabkan bencana alam, termasuk hilangnya es di puncak Gunung Jaya Wijaya

Duh! BMKG Prediksi Es Abadi di Puncak Jayawijaya Hilang pada 2025 (Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati) IDN Times/Margith Juita Damanik

Dwikorita mengatakan perubahan iklim dapat menyebabkan bencana alam seperti badai tropis, banjir, banjir bandang, longsor, angin kencang. Kemudian kekeringan panjang juga dapat terjadi.

Selain itu, es abadi yang ada di pegunungan Jayawijaya, Papua, juga diprediksi hilang akibat peruubahan iklim. BMKG memprediksi hilangnya es abadi itu pada 2025.

“Jika komitmen hanya dilakukan satu daerah saja, maka hal tersebut, menjadi kurang berarti. Kita harus membangun persepsi bersama bahwa perubahan iklim ini adalah sebuah kerisauan dan ancaman bersama yang juga harus dimitigasi bersama-sama, karena dampaknya tidak mengenal batas administrasi. Masyarakat juga harus dilibatkan, tidak hanya pemerintah,” ucapnya.

Baca Juga: BMKG Peringatkan Multibencana Geo-Hidrometeorologi Meningkat, Apa itu?

1. Suhu bumi naik

Duh! BMKG Prediksi Es Abadi di Puncak Jayawijaya Hilang pada 2025 Ilustrasi Bumi (IDN Times/Mardya Shakti)

Dwikorita menjelaskan berdasarkan World Meteorological Organization (WMO), tahun 2020 menjadi suhu terpanas dalam tiga tahun terakhir. Temperatur rata-rata global permukaan bumi juga tercatat saat ini mencapai 1,2 derajat celcius lebih tinggi dari tahun 1850-an.

Suhu di Indonesia juga pada 2020 merupakan tahun terpanas kedua dalam catatan BMKG. Permukaan pada 2020 lebih tinggi 0,7 derajat celcius dari rata-rata periode 1981-2010.

“Saya berharap fakta-fakta ini dapat perhatian kita bersama guna mencegah pemanasan global semakin parah,” pungkasnya.

3. BMKG peringatkan multibencana geohidrameteorologi semakin meningkat

Duh! BMKG Prediksi Es Abadi di Puncak Jayawijaya Hilang pada 2025 Ilustrasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebelumnya, Dwikorita Karnawati mengingatkan tentang risiko kejadian multibencana geohidrameteorologi yang akan semakin meningkat. Peringatan ini disampaikan Dwikorita dalam rapat koordinasi pembangunan nasional (Rakorbangnas) yang disiarkan di YouTube infoBMKG, Kamis (29/7/2021).

"Berdasarkan monitoring BMKG, fenomena cuaca, iklim dan tektonik di Indonesia cenderung makin dinamis, kompleks, tidak pasti dan ekstrem. Sehingga risiko kejadian multibencana geohidrameteorologi makin meningkat," ujar Dwikorita.

Dwikorita mengatakan ada sejumlah cara yang dilakukan BMKG untuk mencegah adanya korban jiwa dalam multibencana geohidrameteorologi. Salah satunya dengan melakukan adaptasi dan inovasi teknologi.

Meningkatkan kualitas SDM dalam memonitor, menganalisis, memprediksi juga dilakukan BMKG. Hal itu dilakukan agar ketika memberikan informasi dan prediksi bencana dapat tersampaikan dengan baik.

"Adapun inovasi yang telah dan sedang kami lakukan antara lain dengan adanya modernisasi teknologi sistem dan peralatan observasi dan posesing data maritim, cuaca penerbangan, cuaca publik dan iklim yang terintegrasi dalam single platform," katanya.

Kemudian, BMKG juga melakukan penguatan flight information regional. Penguatan itu dilakukan di 10 bandara di Indonesia.

Baca Juga: Perubahan Iklim Ancam Penguin Kaisar di Ambang Kepunahan

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya