Intip Pesona Asmat, Tak Ada Tanah Kering dan Punya Kalender Air

Tak ada tanah kering di Asmat

Asmat, IDN Times - Asmat merupakan salah satu kabupaten baru di Provinsi Papua. Usianya baru 20 tahun setelah resmi menjadi kabupaten pada 2002. Ibu Kota Kabupaten Asmat bernama Agats.

Asmat 23 distrik atau kecamatan. Saya tiba di Asmat sekitar 12 jam menggunakan pesawat dari Jakarta. Ketika keluar dari di Bandara Ewer, Asmat pada Senin (20/6/2022), saya kaget, tanahnya lumpur seperti rawa.

Meski mirip rawa, kondisinya tak berbau. Bangunan dan jalannya dibuat tinggi menggunakan papan kayu. Dalam perjalanan kali ini, saya bersama Wahana Visi Indonesia berencana mengunjungi Distrik Agats yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Asmat.

Setelah melihat-lihat sejenak, kami bergerak pergi ke dermaga untuk menuju Distrik Agats. Ya, transportasi di Asmat hanya menggunakan jalur air untuk berpindah dari satu distrik ke distrik lainnya.

Kami ke Agats menggunakan speed boat. Ongkosnya lumayan bagi saya, Rp100 ribu per orang untuk sampai ke Agats dengan waktu tempuh speed boat sekitar 30 menit.

Baca Juga: Sulitnya Sampaikan Program KB di Asmat, Kaum Pria Menentang!

1. Distrik juga tak memiliki tanah kering

Intip Pesona Asmat, Tak Ada Tanah Kering dan Punya Kalender AirWarga Kampung Akamar, Asmat, Papua (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Sesampainya di Agats, kondisi tanahnya sama. Rawa, tidak ada kering. Bahkan, bila malam air sungainya akan naik.

Oleh karena itu, rumah di Asmat tidak ada yang menempel langsung dengan tanah. Semuanya mirip dengan rumah panggung dengan rata-rata ketinggian 2 meter.

Jalannya pun semua terbuat dari papan seperti jembatan.

Uskup Agats, Mgr. Aloysius Murwito, menjelaskan seluruh wilayah Agats ini tak memiliki dataran kering. Murwito yang sudah 20 tahun menjadi uskup di Agats ini memandang unik Kabupaten Asmat ini.

"Saya melihat daerah ini unik, tidak ada bandingannya, salah satunya adalah medannya, tidak ada tanah kering, tidak ada daratan. Kalau air sungai sedang pasang, maka bisa naik 5 meter dan tergenang," kata Murwito saat ditemui IDN Times, Senin (21/6/2022) di Agats.

 

Baca Juga: Kawal Bansos, Pemkab Asmat Terapkan Strategi 1 Tungku 3 Batu

2. Punya kalender air

Intip Pesona Asmat, Tak Ada Tanah Kering dan Punya Kalender AirUskup Agats, Mgr. Aloysius Murwito menunjukkan kalender air (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Karena tak memiliki daratan kering, Asmat memiliki kalender air. Murwito menjelaskan, kalender air itu dibuat oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

"Kalender air ini ialah data-data yang bisa memantau setiap saat kondisi air laut, karena penting sekali untuk perjalanan. Kendaraan kami bisa dikatakan semuanya kendaraan sungai," ucapnya.

Lebih lanjut, Murwito mengatakan, bagi orang Asmat harus memahami kalender air. Sebab, bila salah memilih waktu perjalanan akan repot.

"Kalender air ini sangat mutlak perlu, ternyata kalau kita ingin berangkat tanpa melihat kalender, sungainya meti atau surut, kan perahu sulit berjalan toh," katanya.

3. Keunikan lain Suku Asmat

Intip Pesona Asmat, Tak Ada Tanah Kering dan Punya Kalender AirMasyarakat Suku Asmat, Papua(papuadaily.id)

Keunikan lainnya menurut Murwito, mata pencarian Suku Asmat adalah sebagai peramu. Dia mengatakan, peramu merupakan kegiatan mencari makan sesuai dengan apa yang tersedia di lingkungannya.

"Peramu itu pengumpul, pemungut. Artinya hidup mereka itu sangat tergantung apa yang disediakan alam, mereka makanan utamanya sagu, sagu itu tidak perlu ditanam, karena pohon sagu tumbuh sendiri di hutan-hutan," ujarnya.

"Mereka makan ikan, tapi gak perlu buat kolam ikan, ikan itu ditemukan dari sungai dan laut," sambungnya.

Selain itu, Suku Asmat juga pada waktu tertentu berangkat untuk mencari sagu di hutan. Satu pohon sagu bisa menghasilkan lebih dari 15 kilogram.

"Artinya mereka sudah puas dengan apa yang ada, hidup mereka tidak tertantang untuk berjuang dan berusaha seperti masyarakat di gunung, karena semuanya ada. Kalau di gunung kan harus mengolah tanah," katanya.

Topik:

  • Rendra Saputra

Berita Terkini Lainnya