Jokowi: Semua Kepala Negara Pusing karena Krisis, Indonesia Tidak
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo mengatakan, semua pemimpin dunia sedang pusing karena menghadapi krisis. Hal itu disampaikan Jokowi di acara Konsolidasi Nasional Komisi Pemilihan Umum (KPU), Ancol, Jakarta Utara.
Mulanya, Jokowi menyebut ada 14 negara yang sudah berutang ke International Monetary Fund (IMF). Menurutnya, jumlah tersebut lebih banyak daripada krisis tahun 1997/1998.
"Dulu, 97-98, itu hanya 5 negara saja sudah geger. Ini 14 negara masuk jadi pasien (IMF)," ujar Jokowi, Jumat (2/12/2022).
Baca Juga: Krisis Global, Jokowi: Tahun Ini Krisis, Tahun Depan Dunia Gelap
1. Masih ada 20 negara yang antre untung berutang ke IMF
Jokowi menerangkan, masih ada 20 negara lagi yang antre untuk berutang ke IMF. Menurutnya, krisis yang terjadi saat ini akibat pandemik COVID-19 dan perang antara Rusia dan Ukraina.
"Persoalan-persoalan baru krisis pangan, krisis energi, krisis finansial, krisis biaya hidup di semua negara, dan justru yang banyak di negara-negara maju," ucap dia.
Baca Juga: Jokowi Dorong Pemimpin APEC Perkuat Kerja Sama Atasi Krisis Global
2. Jokowi bersyukur Indonesia ekonominya tumbuh di 2022
Dalam kesempatan itu, Jokowi bersyukur ekonomi Indonesia masih tumbuh pada 2022. Meski demikian, dia meminta semua pihak untuk tetap waspada di tengah krisis yang masih melanda global.
"Bahwa saat ini keadaan dunia sedang sulit dan semua kepala negara pusing kepalanya, Indonesia tidak, alhamdullilah, patut kita syukuri kita berada pada posisi yang baik di negara G20 kemarin," kata dia.
"Ekonomi kita termasuk yang terbaik karena 5,72 persen, tapi tetap kita harus hati-hati dan waspada. Jangan sampai membuat kebijakan sekecil apapun yang salah sehingga kita terpeleset menjadi sulit," sambungnya.
Baca Juga: Bantah Musra Didanai BUMN, Relawan Jokowi: Kami Pastikan Gak Ada Bohir
3. Stabilitas politik harus terus dijaga
Lebih lanjut, mantan Gubernur DKI Jakarta itu berharap stabilitas politik dapat terjaga. Sebab, hal itu juga bisa mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia
"Sekali lagi Pemilu 2024 diselenggarakan dalam kondisi ekonomi global yang penuh dengan kesuraman, kesulitan, ketidakpastian," imbuhnya.