Kemenag: Masyarakat Semakin Religius di Masa Pandemik COVID-19

Tingkat religius masyarakat di masa pandemik skornya tinggi

Jakarta, IDN Times - Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama membuat survei urgensi layanan keagamaan di masa pandemik COVID-19. Survei dilakukan secara daring dari 8-17 Maret 2021.

Dari survei tersebut diketahui, masyarakat semakin religius di masa pandemik. Nilainya cukup tinggi.

"Ditemukan, mayoritas responden merasa semakin religius (taat beragama) sejak mereka mengalami/menjalani pandemi COVID-19. Nilainya mencapai 81 persen," kata Kepala Balitbang Diklat Kemenag Achmad Gunaryo saat menjadi narasumber pada Mejelis Reboan Diskusi Kebijakan Keagamaan dikutip dari laman resmi Kemenag.

Survei ini melibatkan 1.550 responden yang merupakan para penderita COVID-19, penyintas, dan masyarakat di 34 provinsi. "Dengan Metode Accidental Sampling (non-probabilitas), temuan hanya berlaku bagi responden. Selanjutnya dilakukan pengumpulan informasi kualitatif, dengan mewawancara per telepon 20 informan terpilih," ucapnya.

Selain itu, sebanyak 97 responden merasa keberagamaan secara psikologis membantu menenangkan menghadapi masa pandemik COVID-19.

"Menurut teori, dalam situasi krisis, seperti pandemi COVID-19 ini, ketika orang mengalami ketakutan, penderitaan, atau penyakit sering mengalami pembaruan spiritual," katanya.

Baca Juga: Survei Kemenag: Kesalehan Sosial Orang Indonesia Tinggi, Skornya 82,53

1. Hasil temuan lain dalam survei

Kemenag: Masyarakat Semakin Religius  di Masa Pandemik COVID-19Ilustrasi berdoa (IDN Times/Sukma Shakti)

Berikut hasil temuan lain dalam survei ini:

Kebanyakan responden sangat setuju dan setuju (55,1 persen), merasa COVID memengaruhi keyakinan/praktik keberagamaan.

- Sebanyak 61,6 persen responden merasa bahwa pandemi COVID yang berlangsung lama mendorong mereka menemukan makna hidup.

- Mayoritas responden (81 persen) merasa semakin religius (taat beragama) sejak mengalami/menjalani pandemi COVID-19.

- Mayoritas responden (97 persen) merasa keyakinan/keberagamaan mereka membantu (secara psikologis) mereka menghadapi COVID dan dampaknya.

- Sebanyak 86,7 persen responden berupaya terhubung dengan (mencari support dari) pemuka agama dan komunitas agama mereka.

- Selama menjalani pandemi, mayoritas responden (89,4 persen) merasa mendapat dukungan mental-spiritual (ada support system) dari pemuka agama dan komunitas agamanya.

- Saat isolasi/menyendiri, ragam aktivitas dilakukan. Sebanyak 56,3 persen mendengar/membaca kitab suci, 47,2 persen mendengar ceramah, dan 42,8 persen zikir/meditasi. Sedikit sekali yang konsultasi-psikologis khusus. Hanya 22,1 persen responden yang mengaku pernah mendapat konseling psikologis-keagamaan, selama menjalani pandemi ini.

Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Pelayanan Publik, Balitbang Kemenag Lakukan Survei

2. Survei Kemenag: Kesalehan sosial orang Indonesia tinggi, skornya 82,53

Kemenag: Masyarakat Semakin Religius  di Masa Pandemik COVID-19Seorang umat Tri Dharma terlihat bedoa di altar utama Klenteng Tay Kak Sie Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Sebelumnya, Kemenag melakukan survei indeks kesalehan sosial (IKS) warga Indonesia pada 2020. Survei itu dilakukan oleh Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Balitbang-Diklat Kemenag.

Ketua Tim Peneliti Raudlatul Ulum mengatakan, responden dalam survei ini terdiri dari perwakilan enam agama di Indonesia yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghuchu. Menurutnya, hasil survei IKS nilainya 82,53.

"Hasil survei mencapai nilai 82,53. Angka IKS ini masuk kategori cukup tinggi," ujar Ulum dilansir dari situs resmi kemenag, Rabu (30/6/2021).

Selain indeks kesalehan sosial, kata Ulum, survei ini juga turut menilai soal kepedulian sosial, relasi antar manusia, pelestarian lingkungan, etika dan budi pekerti, juga kepatuhan terhadap negara dan pemerintah. Ulum menjelaskan, tujuan dilakukan survei tersebut untuk mengetahui hubungan masyarakat Indonesia satu sama lain.

"Survei ini bertujuan untuk mengetahui hubungan masyarakat Indonesia dengan pengamalan pada tingkat sosial dengan mengambil beberapa responden," katanya.

3. Kesalehan sosial warga Indonesia dipengaruhi banyak faktor

Kemenag: Masyarakat Semakin Religius  di Masa Pandemik COVID-19Ilustrasi berdoa (IDN Times/Sukma Shakti)

Ulum mengatakan, skor 82,53 terhadap survei indeks kesalehan sosial warga Indonesia dipengaruhi sejumlah faktor. Faktor tersebut yakni habituasi atau pembiasaan 84,43; kesalehan ritual 79,65; pengetahuan 77,85; dan terapan program Kemenag 51,78.

"Sebagai faktor tertinggi, secara umum habituasi atau pembiasaan ini meliputi pemberian penghargaan atas prestasi (78,71), belajar bersama (81,18), mengelola sampah organik dan non organik (53,76), sanksi atas pelanggaran aturan (78,71) dan kegiatan piknik keluarga (77,41)," ucapnya.

Selain melakukan survei terhadap indeks kesalehan sosial, penilaian juga dilakukan terhadap perilaku lainnya. Survei lainnya yakni mengenai tingkat kepedulian sosial memperoleh skor 75,35; relasi antarmanusia 87,6; pelestarian lingkungan 76,61; dan patuh pada peraturan pemerintah dengan skor 85,01.

"Sementara, etika dan budi pekerti yang mendapat skor paling tinggi, yaitu 88,1," kata Ulum.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya