Ketua DPD Desak Pemerintah Siapkan Mitigasi Tsunami di Pacitan

Setidaknya ada empat hal yang perlu disiapkan

Jakarta, IDN Times - Ketua DPD RI, AA Lanyalla Mahmud Mattalitti, mendorong pemerintah segera membuat skenario mitigasi gempa dan tsunami di Pacitan, Jawa Timur.

Permintaan Lanyalla ini berkaitan dengan pernyaaan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyebut wilayah Pacitan berpotensi terjadi tsunami setinggi 28 meter. 

"Menindaklanjuti hasil analisa BMKG tersebut, saya meminta pemerintah segera membuat skenario penyelamatan terbaik untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan," ujar Lanyalla dilansir ANTARA, Selasa (14/9/2021).

Lanyalla mengatakan, salah satu cara mitigasi yang harus dilakukan pemerintah dengan menyiapkan sistem peringatan dini.

"Salah satunya dengan cara penyiapan sistem peringatan dini, lalu jalur-jalur evakuasi, titik kumpul hingga penyediaan transportasi untuk mobilitas warga menuju titik aman," ucapnya.

Selain itu, Lanyalla juga meminta kepada pemerintah agar mensosialisasikan mengenai kebencanaan. Sehingga, kata dia, masyarakat bisa menyelamatkan diri dengan benar ketika terjadi tsunami.

"Kita tidak mengharapkan terjadinya bencana, tetapi tetap harus menyiapkan skenario penyelamatan jika peringatan BMKG tersebut terjadi," kata dia.

Baca Juga: BMKG Peringatkan Pacitan Potensi Gempa dan Tsunami Setinggi 28 Meter

1. BMKG peringatkan Pacitan berpotensi gempa dan tsunami setinggi 28 meter

Ketua DPD Desak Pemerintah Siapkan Mitigasi Tsunami di PacitanKepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

Sebelumnya, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan berdasarkan hasil penelitian, wilayah pantai Pacitan, Jawa Timur, berpotensi terjadi tsunami setinggi 28 meter dengan estimasi waktu tiba sekitar 29 menit.

"Adapun tinggi genangan di darat berkisar sekitar 15-16 meter dengan potensi jarak genangan mencapai 4-6 kilometer dari bibir pantai,” kata Dwikorita dalam keterangannya, Minggu (12/9/2021), seperti dikutip dari ANTARA.

Karena itu, Dwikorita mengingatkan, agar pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten Pacitan menyiapkan skenario terburuk untuk menghindari dan mengurangi risiko bencana gempa dan tsunami yang mengintai pesisir selatan Jawa, akibat pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.

Baca Juga: Pacitan Berpotensi Gempa-Tsunami, BMKG Minta Kemensos Siap-Siap

2. Warga pesisir pantai harus segera mengungsi ke dataran tinggi, jika merasakan guncangan gempa

Ketua DPD Desak Pemerintah Siapkan Mitigasi Tsunami di PacitanIlustrasi gempa bumi (IDN Times/Sukma Shakti)

Dalam simulasi menghadapi potensi bencana, Dwikorita bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji melakukan verifikasi zona berbahaya dan menyusuri jalur evakuasi bencana.

Dengan skenario tersebut, kata Dwikorita, masyarakat yang berada di zona bahaya perlu berlatih rutin untuk melakukan langkah evakuasi mandiri bila mendapatkan Peringatan Dini Tsunami maksimum 5 menit setelah gempa terjadi.

Masyarakat, kata dia, khususnya yang berada di wilayah pesisir pantai harus segera mengungsi ke dataran yang lebih tinggi, jika merasakan guncangan gempa besar.

“Untuk masyarakat yang berada di pantai, tidak perlu menunggu perintah, aba-aba atau sirene, segera lari karena waktu yang dimiliki hanya sekitar 29 menit. Sedangkan jarak tempat yang aman yang lebih tinggi cukup jauh,” ujar Dwikorita.

3. Masyarakat harus berlatih agar siap menghadapi skenario terburuk

Ketua DPD Desak Pemerintah Siapkan Mitigasi Tsunami di PacitanIlustrasi tsunami (IDN Times/Mardya Shakti)

Dwikorita menjelaskan, makna skenario masih bersifat potensi yang bisa saja terjadi atau bahkan tidak terjadi. Namun, masyarakat dan pemerintah daerah harus sudah siap dengan skenario terburuk.

Artinya, lanjut Dwikorita, jika masyarakat dan pemerintah daerah siap, maka jumlah korban jiwa maupun kerugian materi dapat diminimalkan.

Dengan skenario terburuk ini, menurut dia, pemerintah daerah bersama-sama masyarakat bisa lebih maksimal mempersiapkan upaya mitigasi yang lebih komprehensif.

“Jika masyarakat terlatih maka tidak ada istilah gugup dan gagap saat bencana terjadi. Begitu gempa terjadi, baik masyarakat maupun pemerintah sudah tahu apa-apa saja yang harus dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas tersebut,” kata Dwikorita.

Hingga saat ini, kata Dwikorita, tidak ada teknologi atau satu pun negara di dunia yang bisa memprediksi kapan terjadinya gempa dan tsunami secara tepat dan akurat, lengkap dengan perkiraan tanggal, jam, lokasi, serta magnitudo gempa. Semua masih sebatas kajian yang didasarkan pada salah satunya adalah sejarah gempa di wilayah tersebut.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya