Kiai Noer Ali, Pejuang Betawi Lawan Penjajah Berjuluk Singa Bekasi

Selain itu, KH Noer Ali juga berjuluk belut putih

Jakarta, IDN Times - Agustus diperingati sebagai bulan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kemerdekaan Indonesia diraih dengan tumpah darah, air mata, dan nyawa.

Kala itu, tak hanya laskar dan pemuda yang ikut berjuang. Kiai juga turut bergerilya di medan tempur. Salah satu kiai yang turut berjuang adalah KH Noer Ali. 

Seorang ulama berdarah Betawi ini turut berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Kiai Noer Ali bahkan disebut sebagai Singa dari Bekasi.

Baca Juga: 5 Ulama Betawi Terkemuka, Berpengaruh hingga di Tanah Suci

1. Profil KH Noer Ali

Kiai Noer Ali, Pejuang Betawi Lawan Penjajah Berjuluk Singa BekasiKH. Noer Ali (Website/Oleh Secretariat of Constituent of Indonesia [1] - konstituante.net/id/profile/MASJUMI_noer_alie, Domain Publik, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=91034372)

Dilansir lanudi.id, Kiai Noer Ali lahir pada 15 Juli 1914 di Desa Ujung Malang Bekasi, Jawa Barat. Kiai Noer Ali lahir dari pasangan Anwar bin Layu, seorang petani, dan Maimunah.

Sejak kecil, Kiai Noer Ali dikenal sebagai sosok anak yang cerdas. Beliau mempelajari Al-Qur'an dari ayah dan kakaknya.

Di usia 5 tahun, Kiai Noer Ali mampu menghafal surat-surat pendek. Di usia 7 tahun, Kiai Noer Ali belajar mengaji di Guru Maksum Bekasi dan Guru Mughni. Dari kedua gurunya ini, Kiai Noer Ali banyak menimba ilmu agama.

Tak hanya ilmu agama, Kiai Noer Ali juga berguru ilmu beladiri. Ialah Guru Marzuki yang mengajari ilmu beladiri kepada Kiai Noer Ali.

Kiai Noer Ali menyerap dengan baik ilmu beladiri hingga disebut sosok yang sakti. Beliau juga dijuluki sebagai 'belut putih' karena kelincahannya.

Pada 1934, Kiai Noer Ali melanjutkan pendidikannya di Mekkah. Beliau menempuh pendidikan di madrash Darul u’lum. Guru-guru beliau antara lain Syekh Ali al Maliki, Syekh Umar Turki, Syekh Umar Hamdan, dan Syekh Ahmad Fathani.

Selama di Mekkah, Kiai Noer Ali bersama pelajar Indonesia membentuk himpunan Pelajar Betawi dan Himpunan Pelajar Indonesia.

Baca Juga: Belanda Minta Maaf Pada Indonesia Atas Kekerasan di Zaman Penjajahan

2. Mendirikan pesantren di Bekasi

Kiai Noer Ali, Pejuang Betawi Lawan Penjajah Berjuluk Singa BekasiANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

Setelah belajar 4 tahun di Mekkah, Kiai Noer Ali pulang ke kampung halamannya. Beliau mendirikan Pondok Pesantren Attaqwa di Ujung Harapan Bekasi.

Kiai Noer Ali mengajarkan ilmu agama kepada para santrinya. Selain ilmu agama, dia juga mengajak warga dan santri untuk ikut berjuang melawan Belanda. 

Ajakan itu diamini oleh warga dan santri. Banyak di antara mereka ikut bergabung berjuang bersama Kiai Noer Ali berbekal senjata sederhana.

3. Berjuang melawan Belanda hingga dijuluki Singa dari Bekasi

Kiai Noer Ali, Pejuang Betawi Lawan Penjajah Berjuluk Singa Bekasiilustrasi penjajahan Belanda di Indonesia (nos.nl)

Selama berjuang melawan Belanda, Kiai Noer Ali memimpin laskar Rakyat Bekasi. Beliau juga pernah menjadi Komandan Batalyon III Barisan Hizbulloh. Keberanian dan jiwa patriotiknya membuat KH Noer Ali dijuluki sebagai 'Singa Bekasi'.

Konon, Kiai Ali memiliki kesaktian tak mempan ditembak. Selain itu, Kiai Noer Ali juga pernah ditangkap Belanda.

Beliau dimasukkan ke dalam truk. Di tengah perjalanan, Kiai Noer Ali memohon pertolongan Allah SWT. Setelah berdoa, KH Noer Ali menghilang begitu saja dan membuat tentara Belanda kebingungan.

Karomah lainnya yang dimiliki Kiai Noer Ali yakni ketika para anggota laskar kelaparan saat bergerilya. Kala itu Kiai sedang melaksanakan salat. Setelahnya beliau berdoa kepada Allah SWT dan melemparkan secarik kertas, seketika berubah menjadi nasi dan lauk pauknya.

Kiai Noer Ali wafat pada 3 Mei 1992 di usia 78 tahun. Kiai Noer Ali ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 2006 lalu.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya