Menag Yaqut Tegaskan Tak Ada Radikalisme di Pesantren!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, menegaskan tak ada radikalisme yang diajarkan dalam pendidikan pesantren.
"Tidak ada radikalisme di pesantren, catat itu. Karena di pesantren-pesantren itu pasti diajarkan ilmu-ilmu agama yg sangat moderat," ujar Yaqut di Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (22/10/2021).
"Jadi, kalau ada pesantren mengajarkan radikalisme itu, pesantren quote and quote," sambungnya, menegaskan bahwa pesantren pada hakikatnya tidak mengajarkan radikalisme.
1. Bila ada yang ajarkan radikalisme, benarkah itu pesantren?
Yaqut mengatakan, bila ada yang mengajarkan radikalisme, perlu dilihat apakah itu lembaga pesantren atau bukan. Menurutnya, pesantren merupakan lembaga yang mengajarkan akhlak serta nilai-nilai agama yang moderat.
Dengan demikian, para santri mampu menghargai perbedaan di tengah keberagaman.
"Di situ harus dilihat benar pesantren gak, karena definisi pesantren itu kan jelas. Jadi, kalau ada lembaga pendidikan lain yang tidak seperti pesantren definisinya, tapi dia mendefinisikan diri sebagai pesantren kemudian radikal itu berbeda. Saya memberi jaminan pesantren tidak ada yang mengajarkan radikalisme," katanya.
Baca Juga: Yaqut 'Serahkan' Jabatan Menag Sehari ke Santri Pemenang Sayembara
2. Hari Santri 2021, Menag aprersiasi pesantren mampu hadapi pandemik
Sebelumnya, Kementerian Agama (Kemenag) menggelar upacara peringatan Hari Santri 2021. Dalam pidatonya, Yaqut mengapresiasi pesantren yang mampu menghadapi pandemik COVID-19.
Editor’s picks
"Kita patut mengapresiasi pengalaman beberapa pesantren yang berhasil melakukan upaya pencegahan, pengendalian, dan penanganan atas dampak pandemi COVID-19 ini," ujar Yaqut dalam siaran video di kanal YouTube Kemenag RI, Jumat (22/10/2021).
Yaqut mengatakan, meski fasilitas yang ada di pesantren terbatas, tapi tak menurunkan kemampuannya dalam menghadapi pandemik.
"Ini menjadi bukti nyata bahwa pesantren juga memiliki kemampuan untuk menghadapi pandemi COVID-19," katanya.
Tema Hari Santri 2021 yakni "Santri Siaga Jiwa Raga".
Yaqut mengatakan, pesantren memiliki modal untuk menghadapi tantangan. Modal itu adalah tradisi dan sikap kehati-hatian yang diajarkan kiai kepada para santri.
"Keteladanan para kiai berkontribusi untuk mendorong para santri bersedia ikut vaksin yang saat ini sedang diprogramkan oleh pemerintah," ucapnya.
3. Menag ajak santri doakan para pahlawan
Lebih lanjut, Menag mengajak para santri untuk mendoakan para pahlawan, terutama dari kalangan kiai dan santri yang meninggal karena syahid.
Menurutnya, Hari Santri yang diperingati setiap 22 Oktober terinspirasi dari perjuangan para pahlawan. Pada 22 Oktober 1945, Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari menerbitkan resolusi jihad, yang menjadi pemicu semangat juang para santri.
"Resolusi Jihad ini kemudian melahirkan peristiwa heroik tanggal 10 Nopember 1945 yang kita diperingati sebagai Hari Pahlawan. Sejak ditetapkan pada tahun 2015, setiap tahun umat muslim Indonesia rutin menyelenggarakan peringatan Hari Santri," ucapnya.
Baca Juga: Hari Santri 2021, Menag Apresiasi Pesantren Mampu Hadapi Pandemik