Mengenal Suku Asmat yang Memiliki Kegiatan Peramu

Asmat memiliki dua keunikan. Apa saja?

Jakarta, IDN Times - Asmat memiliki keunikan tersendiri. Itulah yang disampaikan Uskup Agats, Mgr. Aloysius Murwito, saat IDN Times berkunjung ke kantor keuskupan di Ibu Kota Kabupaten Asmat, Papua.

"Saya melihat daerah ini unik, tidak ada bandingannya," kata Murwito saat ditemui IDN Times, di Agats, Senin (21/6/2022).

Murwito menjelaskan keunikan pertama yang dimiliki suku Asmat yakni mata pencariannya sebagai peramu. Dia mengatakan, peramu merupakan kegiatan mencari makan sesuai dengan apa yang tersedia di lingkungannya.

"Peramu itu pengumpul, pemungut. Artinya hidup mereka itu sangat tergantung apa yang disediakan alam, mereka makanan utamanya sagu, sagu itu tidak perlu ditanam, karena pohon sagu tumbuh sendiri di hutan-hutan," ujarnya.

"Mereka makan ikan, tapi gak perlu buat kolam ikan, ikan itu ditemukan dari sungai dan laut," sambung Murwito.

Baca Juga: Intip Pesona Asmat, Tak Ada Tanah Kering dan Punya Kalender Air

1. Mencari sagu di hutan

Mengenal Suku Asmat yang Memiliki Kegiatan PeramuKegiatan memangkur sagu warga Desa Damen, Asmat, Papua (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Suku Asmat pada waktu tertentu berangkat untuk mencari sagu di hutan. Satu pohon sagu bisa menghasilkan lebih dari 15 kilogram.

"Artinya mereka sudah puas dengan apa yang ada, hidup mereka tidak tertantang untuk berjuang dan berusaha seperti masyarakat di gunung, karena semuanya ada. Kalau di gunung kan harus mengolah tanah," katanya.

Selain itu, ada juga kegiatan mencari pohon gaharu. Pohon ini memiliki nilai jual tinggi.

"Kalau masyarakat Asmat pergi mencari gaharu itu bisa satu bulan di hutan, bahkan satu tahun," katanya.

Lebih lanjut, Murwito mengatakan, karena sumber makanan yang tersedia di alam banyak, membuat suku Asmat malam untuk bekerja yang lain. Mereka mengambil dari alam secukupnya.

"Mereka itu tidak paham cara menyimpan, sehingga kalau terjadi badai atau cuaca buruk, persediaan makanan habis dan terjadilah kelaparan," katanya.

Baca Juga: Sulitnya Sampaikan Program KB di Asmat, Kaum Pria Menentang!

2. Distrik juga tak memiliki dataran kering

Mengenal Suku Asmat yang Memiliki Kegiatan PeramuDesa Damen, Asmat, Papua (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Keunikan yang kedua, kata Murwito, tak ada dataran kering di Asmat. Semuanya basah. Semua bangunan di Asmat tak menempel ke tanah. Dibuat meninggi menggunakan papan dan kayu.

Rata-rata tingginya dua meter di atas tanah. Sebab, Asmat daerahnya berada di dekat sungai.

Seluruh distrik di Asmat juga dipisahkan dengan sungai. Bila ingin menuju distrik lain, harus menggunakan perahu atau speed boat.

Baca Juga: Miris, Siswa SD di Asmat Banyak Putus Sekolah di Kelas 4 SD

3. Asmat punya kalender air

Mengenal Suku Asmat yang Memiliki Kegiatan PeramuUskup Agats, Mgr. Aloysius Murwito (IDN TImes/Ilman Nafi'an)

Karena tak memiliki daratan kering, suku Asmat memiliki kalender air. Murwito menjelaskan, kalender air itu dibuat Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

"Kalender air ini ialah data-data yang bisa memantau setiap saat kondisi air laut, karena penting sekali untuk perjalanan. Kendaraan kami bisa dikatakan semuanya kendaraan sungai," ucapnya.

Lebih lanjut, Murwito mengatakan, bagi suku Asmat harus memahami kalender air. Sebab, bila salah memilih waktu, perjalanan akan repot.

"Kalender air ini sangat mutlak perlu, ternyata kalau kita ingin berangkat tanpa melihat kalender, sungainya mati atau surut, kan perahu sulit berjalan toh," katanya.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya