MUI: Penistaan Jadi Bukti Turbulensi dalam Moderasi Beragama

MUI juga menyoroti kasus M Kece dan Yahya Waloni

Jakarta, IDN Times - Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Arif Fahrudin mengatakan, moderasi beragama saat ini mengalami turbulensi. Hal itu terlihat dari sejumlah kasus penistaan agama yang kini marak terjadi.

"Salah satu contoh yang paling aktual yaitu pada kasus penistaan atau penodaan agama yang dilakukan oleh M. Kace dan Yahya Waloni," ujar Fahrudin dalam keterangannya di acara dialog Khotib Moderat, Minggu (29/8/2021).

Menurutnya, sejumlah kasus penistaan agama bukan masuk dalam peristiwa yang antural. Menurutnya, perbuatan menista agama suatu hal yang keliru.

Baca Juga: Bareskrim Tahan Muhammad Kece Terkait Kasus Penistaan Agama

1. Pesantren dapat memupuk moderasi beragama

MUI: Penistaan Jadi Bukti Turbulensi dalam Moderasi BeragamaIlustrasi Toleransi Agama (IDN Times/Mardya Shakti)

Dalam acara tersebut, Pengasuh Ponpes Al-Falahiyyah, KH Saefu Zaman mengatakan pesantren harus jadi sarana menjalankan moderasi beragama. Di pesantren, para santri didik untuk mempelajari ilmu dan mengamalkannya.

"Selain mengaji kitab para santri juga diajarkan sebagai khotib guna mengamalkan ilmu yang pelajarinya sebagai pelatihan untuk santri itu sendiri," kata Saefu.

Baca Juga: 3 Kasus Penistaan Fenomenal di 2021, Joseph Zhang hingga Yahya Waloni

2. Pentingnya ulama dan pemerintah dalam syiarkan moderasi beragama

MUI: Penistaan Jadi Bukti Turbulensi dalam Moderasi Beragamahttps://www.gurupendidikan.co.id/agama-indonesia/

Ketua Forum Silaturahmi Takmir Masjid Kementerian lembaga dan BUMN, Ahmad Yani mengatakan peran ulama dan pemerintah penting dalam mensyiarkan pesan moderasi beragama. Dia juga berpesan kepada para khatib untuk tidak khawatir dalam menyampaikan dakwah.

"Tujuan agar masjid-masjid tersebut di isi oleh khatib yang membawa pesan moderasi dan beragama agar setelahnya pesan para khatib yang di dengarkan para jamaah membawa kedamaian bukan pertengkaran dalam umat," ucap Yani.

3. Perbedaan pendapat di umat diharapkan jadi wadah kasih sayang

MUI: Penistaan Jadi Bukti Turbulensi dalam Moderasi BeragamaSuasana bagian dalam Masjid Babul Firdaus, atau Masjid Gowa Jongaya di Kelurahan Jongaya, masjid tertua di Kota Makassar. (IDN Times/Abrurrahman)

Dia berharap, perbedaan pendapat tidak menjadi saling selang. Menurutnya, perbedaan seharusnya dapat menjadi wadah saling memberikan kasing sayang dengan menghargai satu sama lain.

Lebih lanjut, Yani mengatakan, peran khotib juga sangat penting dalam menghalau hoaks. Dia mencontohkan, ketika ada narasi di media sosial seperti pemerintah melarang pelaksanaan salat Idul Idha, maka khotib bisa menyampaikan kepada masyarakat mengenai kebenarannya.

"Maka tugas khotib harus meluruskan berita atau informasi yang sudah dipelintir oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab," katanya.

Baca Juga: Hindari Intoleransi, Menag Ajak Millennial Perkuat Moderasi Beragama

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya