PBNU Tak Sepakat Pernyataan Menag 'Kemenag Hadiah Negara untuk NU'

NU tak memiliki ambisi berkuasa

Jakarta, IDN Times - Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini, tak sependapat dengan pernyataan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas yang menyebut "Kemenag hadiah negara untuk NU".

"Bahwa Kemenag hadiah negara untuk semua agama, bukan hanya untuk NU atau hanya untuk umat Islam," ujar Helmy dalam keteragan tertulisnya, Senin (25/10/2021).

Menurutnya, NU memiliki peran besar dalam mencoret tujuh kata yang ada di Piagam Jakarta. Namun, hal itu tidak menjadikan NU menempatkan diri sebagai organisasi paling hebat.

"Namun tidak berarti NU boleh semena-mena berkuasa atas kementerian agama ataupun merasa ada hak khusus. Bahkan, peran NU jauh sebelum kemerdekaan telah meletakkan pesantren sebagai pilar pembentuk karakter mental bangsa yang bertumpu kepada akhlaqul karimah," katanya.

Baca Juga: Menag Yaqut: Kemenag Itu Hadiah Negara untuk NU 

1. NU tak miliki motivasi jadi penguasa

PBNU Tak Sepakat Pernyataan Menag 'Kemenag Hadiah Negara untuk NU'Ilustrasi Logo NU (Nahdlatul Ulama) (Dok. ANTARA News)

Helmy mengatakan stakeholder terbesar di Kemenag, karena di kementerian tersebut mengatur mengenai zakat, haji, madrasan, pesantren dan pendidikan keagamaan.

"Meski demikian, NU tidak memiliki motivasi untuk menguasai ataupun memiliki semacam "privelege" dalan pengelolaan kekusaan dan pemerintahan, karena NU adalah jamiyyah diniyah ijtimaiyyah (organisasi keagamaan & kemasyarakatan)," katanya.

Bagi NU, kata Helmy, siapa saja bisa memimpin asalkan mampu melahirkan kesejahteraan dan kemaslahatan bagi masyarakat.

"pada dasarnya semua elemen sejarah bangsa ini punya peran strategis dalam pendirian NKRI, melahirkan Pancasila, UUD 1945 dalam keanekaragaman suku, ras, agama dan golongan. Bhinneka Tunggal Ika," ucapnya.

Baca Juga: Sejarah Kementerian Agama yang Awal Pembentukannya Pernah Ditolak

2. Yaqut sebut Kemenag merupakan hadiah negara untuk NU

PBNU Tak Sepakat Pernyataan Menag 'Kemenag Hadiah Negara untuk NU'Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (ANTARA FOTO)

Pernyataan Yaqut soal "Kemenag hadiah negara untuk NU" disampaikan saat berbicara di webinar dengan tajuk "Sudut Pandang Politik, Ekonomi, Budaya dan Revolusi Teknologi" yang diunggah ke YouTube Televisi Nadhlatul Ulama pada 20 Oktober 2021. Mulanya, Yaqut menyampaikan kalau dia berkeinginan untuk mengubah tagline Kemenag "ikhlas beramal".

"Ada perdebatan kecil di Kementerian gitu ya, ketika mendiskusikan soal Kementerian Agama, saya berkeinginan mengubah tagline atau logo Kemenag, tagline Kemenag itu kan ikhlas beramal, saya bilang gak ada ikhlas itu ditulis, namanya ikhlas itu dalam hati, ikhlas kok ditulis, ini menunjukkan gak ikhlas," ujar Yaqut.

Baca Juga: Muhammadiyah Heran Yaqut Sebut Kemenag Hadiah Negara untuk NU

3. Perdebatan merembet ke sejarah Kemenag

PBNU Tak Sepakat Pernyataan Menag 'Kemenag Hadiah Negara untuk NU'Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Dok. ANTARA News)

Perdebatan mengubah tagline belum selesai, muncul silang pendapat terkait sejarah Kemenag. Menurutnya, ada salah satu staf yang menyampaikan kalau Kemenag itu merupakan hadiah negara untuk umat Islam.

"Karena waktu itu perdebatannya bahwa kementerian ini harus menjadi kementerian semua agama, melindungi semua umat beragama, ada yang tidak setuju, kementerian ini harus kementerian agama Islam, karena kementeiran agama itu adalah hadiah untuk umat Islam," katanya.

Yaqut kemudian membatantahnya. Menurutnya, Kemenag merupakan hadiah negara untuk NU.

"Kenapa bisa begitu? Kementerian Agama itu muncul karena pencoretan tujuh kata dalam piagam Jakarta. Yang mengusulkan menjadi juru damai atas pencoretan itu Bapak Hasbullah, Wasekjen yang waktu itu (menjadi) ulama, maka lahirlah Kementerian Agama," ucapnya.

Ia pun memahami bila muncul tanda tanya mengapa kementerian agama juga kini mengafirmasi agama lain seperti Hindu, Buddha, Kristen dan Katolik. Menurutnya, NU adalah organisasi Islam yang besar dan paling moderat. Maka, organisasi itu turut mengayomi agama lain.

"Saya bilang NU itu besar, banyak umatnya, jemaah besar secara fisik badannya. Orang yang besar itu cenderung melindungi yang lemah dan kecil. Itu adalah sifat NU, bahwa kami di mana-mana ingin melindungi yang kecil," ungkap Yaqut.

"Jadi, kalau sekarang Kementerian Agama juga mengafirmasi agama lain bukan berarti menghilangkan ke-NU-annya. Tapi, justru menegaskan ke-NU-annya. NU terkenal paling moderat dan toleran," katanya lagi.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya