Pengamat: Istilah Ganti Menteri, Ganti Kurikulum Itu Fakta!

Kurikulum berganti tapi tak ada peningkatan kualitas

Jakarta, IDN Times - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim berencana memperbaiki kurikulum di 2022. Menurutnya, kurikulum tersebut nantinya dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk berkreasi dan berinovasi.

"Jadi kita bukan ganti kurikulum, tapi kurikulum yang kita tawarkan tahun depan itu adalah kurikulum yang memberikan kemerdekaan kembali pada guru-guru," ujar Nadiem dilansir ANTARA, Rabu (1/12/2021).

Nadiem mengaku, pada 2022 akan banyak program yang dibuat oleh Kemendikbursitek. Namun, dia tak menjelaskan apa saja program tersebut.

"Jadi banyak hal-hal menarik di tahun depan, tolong ditunggu dan harap sabar," ucapnya.

Baca Juga: 206 SMK Negeri di Jabar Gunakan Kurikulum Berbasis Ekonomi Digital

1. Nadiem nilai guru di Indonesia mengabdi untuk mengajar, bukan untuk mencari uang

Pengamat: Istilah Ganti Menteri, Ganti Kurikulum Itu Fakta!Mendikbud Nadiem Anwar Makarim dalam acara kerjasama Kemendikbud dengan Netflix (Dok.IDN Times/Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

Dalam sambutannya di Hari Guru Nasional pada Kamis, 25 November 2021 lalu, Nadiem mengapresiasi para guru. Menurutnya, mayoritas guru yang ada di Indonesia mengajar dengan tujuan untuk mengabdi.

"Semua guru-guru kita di seluruh Indonesia, bekerja karena panggilan diri, bukan karean uang, bukan untuk mencari kerjaan yang stabil," katanya.

Baca Juga: Ini Cara Lapor Kasus Kekerasan Seksual di Kampus ke Kemendikbud

2. Ganti kurikulum dinilai hanya untuk habiskan anggaran

Pengamat: Istilah Ganti Menteri, Ganti Kurikulum Itu Fakta!Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Senayan, Jakarta Selatan (IDN Times/Margith Juita Damanik)

Pengamat Pendidikan, Indra Charismiadji mengatakan kurikulum yang dimaksud Nadiem itu sudah diterapkan di 2.500 sekolah penggerak. Menurutnya, kurikulum tersebut sangat berbeda dengan 2013.

"Jadi kalau kita bicara model ganti menteri, ganti kurikulum di republik ini masih belum berubah. Itu fakta yang ada," kata Indra saat dihubungi, Rabu (1/12/2021).

Indra mengatakan, mengganti kurikulum setiap menteri baru hanya untuk mengejar proyek. Menurutnya, proyek itu untuk menghabiskan anggaran saja.

"Ya memang pada dasarnya ngabisin anggaran pendidikan yang Rp80 triliun tiap tahun itu, ya butuh proyek kan, proyek yang setiap kali lolos, ganti kurikulum kan, dan itu dampaknya besar, ganti buku, distribusi, pelatihan," ucapnya.

3. Kurikulum sering berganti, tapi tak ada peningkatan kualitas pendidikan

Pengamat: Istilah Ganti Menteri, Ganti Kurikulum Itu Fakta!Upacara peringatan Hari Guru Nasional di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Senin (25/11) dipimpin langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makariem (IDN Times/Margith Juita Damanik)

Menurut Indra, pergantian kurikulum yang dilakukan setiap ganti menteri, tidak pernah meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.

"Jadi, kalau buat saya sebagai pemerhati pendidikan, praktisi pendidikan, ini kembali fokus ke proyek, bukan ke pembangunan SDM-nya," katanya.

Dia mengatakan, apabila fokus pada peningkatan SDM, tidak mungkin yang dikejar bukan pergantian kurikulum. Menurutnya, kurikulum hanya sebuat alat.

"Kalau Nadiem mengatakan, kurikulum yang dibuat ini paling hebat, taruhlah level mobil Alphard, kurikulum 2013 itu level mobil Avanza misalnya, yang jadi problem adalah guru-guru kita gak bisa nyetir, jadi mau pakai Avanza, mau pakai Alphard, mau pakai Ferrari gak ada bedanya, karena ga bisa nyetir," ucapnya.

"Jadi yang paling utamanya kan diajari nyetir dulu, baru dikasih tools-nya, kurikulum itu adalah tools-nya, tapi kalau tiap ganti menteri ganti kurikulum, ya cuma gonta-ganti mobilnya saja, tapi gak pernah dipakai," imbuhnya.

Baca Juga: Nadiem: Indonesia Masih Tertinggal dalam Edukasi Perubahan Iklim

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya