Pengamat: Partai Pelita Tak Punya Infrastruktur Politik yang Baik

Siti Zuhro minta Partai Pelita tak mengeluhkan soal dana

Jakarta, IDN Times - Pakar Politik Pusat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Profesor Siti Zuhro, turut menyoroti soal Partai Pelita yang menyebut etika politik hilang saat ini. Dia menyambut baik jika memang Pelita ingin hadir sebagai partai yang mengusung beretika dalam politik.

"Masalahnya mampu tidak? Makanya saya tadi tanyain, jadi kebaruan apa yang akan dihadirkan Partai Pelita berkaitan dengan merosotnya etika dan moral dalam berpolitik dan berdemokrasi?" ujar Zuhro, saat menghadiri acara pembukaan rapat kerja nasional (Rakernas) Partai Pelita di Ancol, Jakarta Utara, Senin (16/5/2022).

"Lha, kalau dia (Pelita) bisa memberikan pencerahan, pendidikan, lalu masyarakat mengakui bahwa Pelita mampu melakukan, itu bagus," sambungnya.

Baca Juga: Partai Pelita, Apa Bedanya dengan Partai Politik Lain?

1. Partai Pelita dinilai tak miliki infrastruktur yang baik

Pengamat: Partai Pelita Tak Punya Infrastruktur Politik yang BaikPakar Politik Pusat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Siti Zuhro (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Zuhro pun tidak meyakini 100 persen Partai Pelita bisa menang Pemilu 2024. Dia kemudian membandingkan dengan Partai NasDem, partai baru namun bisa meraih suara pada pemilu pertama yang diikuti.

"Belum tentu juga langsung menang, karena kalau melihat caranya NasDem itu luar biasa. Dia (NasDem) punya media, infrastruktur produknya Gokar. Lha, ini Pelita betul-betul baru. Dia (Pelita) tak punya infrastruktur politik," katanya.

Zuhro kemudian mempertanyakan asal sumber dana Partai Pelita. Sebab, dari pidato Ketua Umum DPP Pelita, Beni Pramula dan Ketua Majelis Permusyawaratan Partai Pelita, Din Syamsuddin, sama-sama mengaku tak memiliki dana besar.

"Kan diakui, butuh uang cuma sekarang dia tak punya uang banyak, 'berhenti mengeluh', saya bilang begitu. Sekali mendirikan partai jangan mengeluh," ucapnya.

Baca Juga: Alasan Kuat Jenderal Gatot Tolak Gabung ke Partai Pelita

2. Partai Pelita digerakkan pemuda berusia di bawah 40 tahun

Pengamat: Partai Pelita Tak Punya Infrastruktur Politik yang BaikKetua Umum DPP Partai Pelita, Beni Pramula (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Sebelumnya, Ketua Umum DPP Partai Pelita, Beni Pramula, menjelaskan perbedaan partainya dengan partai politik lain.

"Partai yang antioligarki. Jadi kita ingin ada napas baru dalam satu pergerakan partai. Kalau selama ini barangkali didominasi oleh orang-orang itu aja, kepentingan-kepentingan itu aja, kita ini masalahnya gak punya meritokrasi yang base on track record," klaim Beni di Ancol, Jakarta Utara, Senin (16/5/2022).

Beni menjelaskan, mayoritas pengurus DPP Partai Pelita diisi kaum muda. Dia mengatakan, usia rata-rata pengurus DPP Partai Pelita di bawah 40 tahun. Sementara, para tokoh Pelita yang usinya di atas 40 tahun, berada di kepengurusan Majelis Permusyawaratan Partai (MPP).

"Jadi kita dipimpin, dinasihati oleh politikus atau tokoh-tokoh senior di Partai Pelita ini. Jadi yang membedakan adalah anak-anak muda yang berusia di bawah 40 tahun itu diberikan peran seluas-luasnya untuk menjadi Ketum DPP, Ketua DPW, dan lain sebagainya," kata dia.

Beni juga mengaku usianya saat ini baru menginjak 33 tahun. Sehingga dia mengklaim, Pelita merupakan wadahnya kaum muda untuk berpolitik.

3. Asal dana Partai Pelita dari anggota dan kader

Pengamat: Partai Pelita Tak Punya Infrastruktur Politik yang BaikPengurus DPP dan MPP Partai Pelita (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Lebih lanjut, Beni mengungkapkan, partai yang didirikan Din Syamsuddin ini memiliki sumber dana gotong royong dari semua pengurus dan kader.

"Proses pendanaannya kita gotong royong dari anggota, dari pengurus, kita bahu-membahu untuk menyukseskan Partai Pelita ini," ujarnya.

Beni pun menegaskan, tak ada donatur dari pihak mana pun selain anggota dan pengurus Partai Pelita dari sisi pendanaan. "Gak ada," ucapnya.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya