Profil Said Aqil dan Yahya Staquf, 2 Tokoh Berebut Kursi Ketum PBNU

Baik Said Aqil maupun Yahya Staquf siap jadi Ketum PBNU 

Jakarta, IDN Times - Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) hari ini resmi dibuka. Ada sejumlah agenda dalam muktamar ini, salah satunya memilih Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang baru.

Ada dua nama yang siap maju memperebutkan kursi Ketum PBNU. Pertama ada petahana, KH Said Aqil Siradj, dan kedua yakni Katim Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf.

Kedua nama itu sudah menyatakan diri siap maju dalam pemilihan Ketum PBNU.

“Kalau banyak permintaan ya saya siap dong, kader harus siap kalau banyak permintaan. Walaupun sampai saat ini saya belum men-declare secara resmi, tetapi permintaan sudah sangat banyak,” ujar Said usai bertemu Presiden Joko "Jokowi" Widodo di Kompleks Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (6/10/2021) lalu.

Bila Said Aqil terpilih kembali, dia akan menjadi Ketum PBNU selama tiga periode. Said pertama kali menjadi Ketum PBNU pada 2010. Berikut profil kedua calon ketum PBNU.

Baca Juga: Jadwal Muktamar ke-34 NU, Said Aqil Siradj: Masih akan Kita Rapatkan

1. Profil Kiai Said Aqil Siradj, tumbuh dalam lingkungan pesantren dan merantau ke Arab

Profil Said Aqil dan Yahya Staquf, 2 Tokoh Berebut Kursi Ketum PBNUKetum PBNU Said Aqil Siradj Jadi Komisaris Utama PT KAI (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Dilansir dari NU Online, Said merupakan kiai yang lahir pada 3 Juli 1953. Dia lahir di Kempek, Cirebon, Jawa Barat.

Said adalah putra dari Kiai Aqil Siroj yang merupakan pengasuh Pesantren Kempek. Sejak kecil, Said Aqil sudah tumbuh di lingkungan pesantran.

Said bersekolah dari tingkat dasar hingga Madrasah Aliyah (MA) di Cirebon. Dia juga menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Kempek yang didirikan orang tuanya.

Setelah lulus MA, Said melanjutkan studinya ke Pesantren Lirboyo, Kediri dan kuliah di Institut Agama Islam Tribakti. Said kemudian memutuskan pindah ke pesantren Krapyak dan belajar di Institut Agama Islam Negeri (IAIN), yang kini telah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.

Selang beberapa waktu, Said bersama istrinya pergi ke Arab Saudi. Di sana, Said mengampu kuliah S1 di Universitas King Abdul Aziz pada 1982. Kemudian, pada 1987, dia melanjutkan studi master di Universitas Ummul Qurra Makkah. Adapun studi doktonya dituntaskan di Ummul Qurra pada 1994.

Setelah kenyang kuliah, Said akhirnya kembali ke Indonesia dan memperoleh gelar guru besar atau profesor dari UIN Sunan Ampel Surabaya pada 2014.

2. Kiai Yahya Cholil Staquf siap jadi Ketum PBNU

Profil Said Aqil dan Yahya Staquf, 2 Tokoh Berebut Kursi Ketum PBNUYahya Cholil Staquf (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Kiai Yahya Staquf juga mengaku siap maju menjadi calon Ketum PBNU di Muktamar ke-34 NU. Menurutnya, perlu menghadirkan sosok Gus Dur di organisasi PBNU.

"Alasan mencalonkan sebagai Ketua Umum PBNU merupakan momentum sangat tepat untuk menghadirkan kembali Gus Dur," ujar Gus Yahya dilansir ANTARA.

3. Profil Gus Yahya, dari UGM hingga jadi Jubir Presiden Gus Dur

Profil Said Aqil dan Yahya Staquf, 2 Tokoh Berebut Kursi Ketum PBNUYahya Cholil Staquf (ANTARA FOTO/Abdu Faisal)

Gus Yahya merupakan kiai yang yang lahir di Rembang pada 16 Februari 1966. Dia merupakan kakak dari Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas.

Gus Yahya semasa kecil menimba ilmu di pesantren Krapyak, Yogyakarta. Gus Yahya kemudian kuliah di Universitas Gadjah Mada dengan menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

Gus Yahya pernah menjadi Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Pada 2018, Gus Yahya dilantik menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).

Sejumlah kegiatan di kancah global kerap diikuti Gus Yahya. Mulai dari Dewan Eksekutif Agama di Amerika Serikat, kemudian ikut dalam International Religious Freedom (IRF) Summit di Washington, DC, Amerika Serikat dan konferensi tingkat tinggi (KTT).

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya