Waketum MUI Buat Surat Terbuka untuk PBNU: Kami Butuh Kiai Miftach

MUI butuh sosok pemimpin pemersatu umat

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, menyampaikan surat terbuka untuk Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Surat terbuka itu disampaikan usai Kiai Miftachul Akhyar mengirimkan surat pengunduran diri sebagai Ketua Umum MUI.

Salah satu alasan Kiai Miftach mengundurkan diri karena amanat Muktamar ke-34 NU tak memperbolehkan dirinya rangkap jabatan. Sebab, Miftah saat ini juga menjabat sebagai Rais Aam PBNU.

"Saya benar-benar sedih dan berduka serta bingung dan tidak tahu akan bicara apa. Beliau, Pak KH Miftachul Akhyar kami pilih untuk menjadi ketua umum kami di MUI dengan suara bulat tanpa ada lonjong sedikitpun," ujar Anwar dalam keterangannya, Kamis (10/3/2022).

Anwar mengatakan, Kiai Miftach merupakan sosok ulama yang rendah hati. Kehadirannya sebagai Ketua Umum MUI diharapkan bisa menjadi pemersatu umat.

"Tapi herannya saya mengapa NU tidak membolehkan dan merelakannya bagi melaksanakan tugas suci dan mulia tersebut, sehingga saya benar-benar jadi bingung sendiri dibuatnya. Yang membuat saya menjadi semakin bingung lagi karena sepanjang pengetahuan saya, NU itu sudah menegaskan jati dirinya bahwa dia bukan hanya untuk dirinya saja tapi juga untuk umat dan bagi bangsa.

Baca Juga: Anwar Abbas Mohon ke PBNU agar Kiai Miftah Diizinkan Rangkap Jabatan

1. Anwar Abbas ingin Kiai Miftach tetap menjadi Ketua Umum MUI

Waketum MUI Buat Surat Terbuka untuk PBNU: Kami Butuh Kiai MiftachWakil Ketua Umum MUI, Anwar Abbas (youtube.com/Official TVMUI)

Dalam surat terbukanya, Anwar Abbas meminta kepada PBNU untuk mengizinkan Kiai Miftach tetap menjadi Ketua Umum MUI. Menurutnya, Kiai Miftach merupakan sosok yang sangat tepat.

Berikut surat terbuka Anwar Abbas:

Surat Terbuka
untuk Pengurus dan warga NU.

SUARA HATI KAMI
DARI MUI

Saya benar-benar sedih dan berduka serta bingung dan tidak tahu akan bicara apa. Beliau Pak KH Miftachul Akhyar kami pilih untuk menjadi ketua umum kami di MUI dengan suara bulat tanpa ada lonjong sedikitpun. Beliau adalah seorang tokoh dan ulama serta pemimpin yg sangat rendah hati, yang sangat dibutuhkan dan diharapkan akan bisa mempersatukan umat tapi herannya saya mengapa NU tidak membolehkan dan merelakannya bagi melaksanakan tugas suci dan mulia tersebut, sehingga saya benar-benar jadi bingung sendiri dibuatnya. Yang membuat saya menjadi semakin bingung lagi karena sepanjang pengetahuan saya NU itu sudah menegaskan jati dirinya bahwa dia bukan hanya untuk dirinya saja tapi juga untuk umat dan bagi bangsa. Tapi mengapa NU tidak mau mendengar suara hati dari kami-kami yang ada di MUI terutama mereka-mereka yang bukan dari NU ini.

Terus terang kami butuh Bapak KH Miftachul Akhyar untuk menjadi pimpinan kami. Tugas itu sudah beliau laksanakan dengan baik lebih dari satu tahun, sehingga kami sudah merasa sangat dekat dan sangat sayang serta mencintai diri beliau sebagai pemimpin kami. Untuk itu kepada Pimpinan dan warga NU. Kami ingin sampaikan bahwa kami ingin beliau tetap untuk terus menjadi pimpinan kami. Kalau beliau tidak bisa bekerja full time di NUkarena harus mengurus NU, kami berharap biarlah sisa-sisa waktu beliau saja yang beliau berikan untuk kami di MUI. Bagi kami, hal itu tidak masalah karena kami akan tetap bisa bekerja secara bersama-sama secara collective collegial di bawah pimpinan dan arahan beliau. InsyaAllah dengan jiwa besar dari pimpinan dan warga NU yang membolehkan Bapak KH Miftachul Akhyar untuk tetap memimpin MUI, kami harapkan persatuan dan kesatuan umat akan bisa kita jaga serta pelihara dan akan bisa kita buat untuk lebih kuat lagi dari masa-masa sebelumnya.

Demikianlah cetusan dari suara hati kami dari MUI. Terima kasih.

Hormat saya,
Anwar Abbas
Wakil Ketua Umum MUI.

Baca Juga: Miftachul Akhyar Mundur dari Jabatan Ketua Umum MUI

2. Miftachul Akhyar mundur dari jabatan Ketua Umum MUI

Waketum MUI Buat Surat Terbuka untuk PBNU: Kami Butuh Kiai MiftachRais 'Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar (youtube.com/TV NU)

Sebelumnya, Miftachul Akhyar menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI). Terkait hal itu, Ketua MUI Bidang Fatwa Asrorun Niam mengatakan, dirinya menghormati keputusan tersebut.

"Saya sebagai santri sangat menjunjung tinggi keputusan Kiai Miftach," ujar Asrorun Niam dikutip dari laman resmi NU, Rabu (9/3/2022).

Asrorun mengatakan, MUI akan langsung bergerak untuk mengonsolidasikan pengunduran diri Miftachul Akhyar sesuai dengan aturan organisasi.

"MUI akan mengonsolidasikan sesuai mekanisme organisasi," kata dia.

3. Miftachul Akhyar diminta tidak rangkap jabatan dan fokus terhadap PBNU

Waketum MUI Buat Surat Terbuka untuk PBNU: Kami Butuh Kiai MiftachRais 'Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar (youtube.com/TV NU)

Miftachul Akhyar menyatakan, dirinya telah mengirimkan surat pengunduran diri dari jabatan Ketua Umum MUI. Pengunduran diri itu sesuai dengan usulan ahlul halli wal aqdi (Ahwa) Muktamar ke-34 NU akhir 2021.

Dalam penetapan sebagai Rais Aam PBNU pada Muktamar, Miftachul diminta agar tidak rangkap jabatan dan fokus terhadap pengembangan PBNU.

"Ada usulan agar saya tidak merangkap jabatan. Saya langsung menjawab sami'na wa atha'na (kami dengarkan dan kami patuhi)," kata Kiai Miftach.

Baca Juga: Sosok Ketum MUI KH Miftachul Akhyar yang Lahir di Lingkungan Pesantren

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya