Kisah Mistis dan Heroik di Kuburan Massal Bekas Pertempuran Serpong

Banyak saksi melihat segerombolan orang membawa golok

Tangerang Selatan, IDN Times - Palagan pertempuran Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), selain mengingatkan kita pada heroisme para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan yang direbut dengan susah payah dari para penjajah, juga menyisakan kisah mistis di kalangan masyarakat Serpong.

Kisah pertempuran yang berakhir tragis dan diwarnai proses pemindahan makam para korban terbunuh itu diyakini masyarakat Serpong menjadi pemicunya.

1. Banyak cerita, ada orang berpakaian zaman dahulu bertanya jalan menuju tangsi militer Belanda

Kisah Mistis dan Heroik di Kuburan Massal Bekas Pertempuran Serpong(Jalan diatas kuburan masal pertempuran Serpong) IDN Times/Muhamad Iqbal

Sejarawan dan budayawan Tangerang, TB Sos Renda, kepada IDN Times, bahkan menyebut khodam atau pelindung tak kasat mata para pahlawan yang gugur di pertempuran tersebut sering kali menampakan diri dengan penyerupaan manusia berbaju putih dengan jumlah ratusan, membawa golok dan bambu runcing.

Sejarah pertempuran itu sendiri menjelaskan bahwa ratusan rakyat Banten yang kebanyakan mereka adalah santri dan jawara, tewas saat berusaha mengusir tentara Belanda pasca-proklamasi kemerdekaan. Para pejuang itu dipercaya masyarakat Serpong juga bermodalkan kekuatan mistis atau ilmu gaib.

Setelah semua tewas diberondong peluru senapan mesin Belanda dari perbukitan sekitar tangsi militer Belanda di kawasan BSD, Serpong, mereka dikubur secara massal dalam dua lubang besar di mana satu makam untuk pemimpin mereka yang seorang kiai dan satu lain untuk pejuang biasa dari kalangan jawara dan santri.

Sebelum ditutup dengan tanah, jasad-jasad pejuang itu ditaburi dengan kapur yang berfungsi untuk mempercepat penghancuran jasad mereka sampai ke tulang-tulangnya.

Miris, kini kuburan massal yang tak sedikit pun tersisa tulang belulang itu dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Seribu, karena lahan sebelumnya itu sudah menjadi jalan yang menghubungkan Kota Tangsel dengan Kabupaten Tangerang.

"Khodam mereka masih di sana, kadang suatu malam ada orang yang melihat dan mendengar seakan sedang ada pertempuran, ada yang takbir, malah ada yang tanya arah tangsi militer Belanda," kata Tb Sos Renda kepada IDN Times, dalam sebuah kesempatan wawancara beberapa waktu lalu.

Baca Juga: 7 Potret Monumen & Kuburan Massal Korban Aksi Westerling di Makassar

2. Tak jauh dari jalan kuburan massal, ada makam keramat Pangeran Banten

Kisah Mistis dan Heroik di Kuburan Massal Bekas Pertempuran Serpong(Makam keramat sekitar lokasi jalan makam masal) IDN Times/Muhamad Iqbal

Serupa dengan penjelasan Tb Sos Renda, Supri (43), pengemudi ojek pangkalan yang biasa mangkal tak jauh dari kuburan massal yang kini sudah menjadi jalan, mengaku beberapa kali mengalami kejadian aneh.

Kejadian tersebut di antara lain adalah beberapa kali ia bertemu lelaki muda yang menanyakan alamat bangunan Belanda. Anehnya, menurut Supri, lelaki yang bertanya tersebut terlihat berpakaian khas zaman dahulu dengan beberapa kali menggunakan baju pangsi (baju silat).

Selain itu, dia dan teman-teman satu pangkalan ojeknya sering kali mendengar suara takbir dan suara khas pertempuran.

"Yang paling serem nih ye, saya dan teman di waktu berbeda tapi pernah lihat serombongan orang muda-muda bawa golok sama bambu, lewat saja gitu, banyak, saya juga lihatnya berasa mimpi," kata Supri.

Selain itu, Supri juga mengaku ada beberapa kali melihat seorang kakek-kakek menunjuk-nunjuk ke arah jalan yang bekas makam dari kuburan keramat salah satu pangeran dari Kesultanan Banten yang berada di atas perbukitan di sekitar medan pertempuran tersebut.

"Dari atas kuburan sana sering itu ada yang lihat kakek tua melihat ke arah sini, seram memang, tapi gak pernah ganggu apalagi sampai ada kejadian tragis seperti kecelakaan di kuburan yang sudah jadi jalan itu, yang penting kita gak niat jahat di sini," kata Supri.

Pantauan IDN Times di lokasi, jalan tersebut memang terasa aneh. Pasalnya, ketika sebelum melewati jalan yang dulunya kuburan massal itu, hawanya terasa gersang dan berdebu, namun saat memasuki bekas kuburan, jalan terasa sejuk meski pohon tumbuh tak terlalu banyak.

Meski jalan tersebut dinilai strategis karena sangat memangkas waktu menuju Kabupaten Tangerang, tapi kenyataannya jalan itu nampak tak terlalu diminati orang untuk melewatinya. Alhasil jalan tersebut seakan selalu terlihat lengang.

3. Kisah laskar Banten di bawah KH. Ibrahim ingin usir NICA dari PTPN Serpong

Kisah Mistis dan Heroik di Kuburan Massal Bekas Pertempuran SerpongIDN Times/Muhamad Iqbal

Diberitakan sebelumnya, berdasarkan berbagai sumber, kala itu Indonesia sudah merdeka sejak Agustus 1945, tetapi daerah Serpong masih diduduki oleh tentara NICA (Nederlands Indies Civil Administration) yang membonceng pasukan Inggris yang membawa misi menyisir keberadaan sisa-sisa pasukan Jepang yang kalah di Perang Dunia II.

Sejarawan dan budayawan Tangerang, TB Sos Renda, menyebutkan bahwa keberadaan pasukan NICA dan Inggris yang bermarkas di kantor perusahaan perkebunan Belanda yang kemudian menjadi PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) di Cilenggang, dikeluhkan oleh masyarakat.

"Pasukan NICA yang di dalamnya ada pasukan Ghurka (pasukan Inggris asal India) sering usil terhadap warga, mereka sering juga goda-godain perawan desa," kata TB Sos Renda saat menceritakan awal mula kisah Pahlawan Seribu Serpong, Selasa (24/6).

Tidak terima diperlakukan seperti itu, masyarakat sekitar markas NICA tersebut akhirnya mengadu kepada tokoh bernama HM Yusuf, yang kala itu menjabat sebagai Lurah kala itu.

Singkat cerita pergilah HM Yusuf ke Banten wilayah barat kemudian Ia berhasil meminta tolong kepada Kiai Haji (KH) Ibrahim, seorang ulama masyhur di wilayah Lebak yang kemudian bersama ratusan pasukannya melakukan long march menyusur jalur kereta hingga sampai di Serpong.

Versi lain kisah ini menyebutkan bahwa serangan itu terjadi karena Banten merasa terancam dengan didudukinya Serpong oleh Belanda. Beberapa hari setelah Serpong diduduki oleh Belanda, tanggal 23 Mei 1946, pasukan laskar dari Desa Sampeureun, Kecamatan Maja, suatu tempat yang dekat dengan garis demarkasi, berjalan menuju Serpong.

4. Tanggal 26 Mei 1946,peristiwa heroik itu terjadi

Kisah Mistis dan Heroik di Kuburan Massal Bekas Pertempuran Serpong(Bangunan di komplek PTPN Serpong yang dulunya adalah markas NICA) IDN Times/Muhamad Iqbal

Versi itu juga menjelaskan, pasukan berkekuatan 400 orang di bawah pimpinan KH. Ibrahim, sesampainya di Tenjo bergabung dengan pasukan laskar dari Tenjo yang dipimpin oleh KH. Harun, seorang ulama yang terkenal sebagai Abuya Tenjo. Laskar Tenjo berjumlah sekitar 300 orang.

Pada tanggal 25 Mei 1946, kedua pasukan tersebut dengan hanya menggunakan senjata tajam, terus berjalan kaki menuju Parungpanjang, suatu tempat di sebelah barat Serpong.

Di sepanjang perjalanan dalam misi mempertahankan kemerdekaan yang sudah diproklamirkan dan mengusir pasukan NICA di Serpong, pasukan bertambah terus di antaranya dari dari Kampung Sengkol pimpinan Jaro Tiking, pasukan dari Rangkasbitung pimpinan Mama Hasyim, dan pasukan laskar pimpinan Nafsirin Hadi dan E. Mohammad Mansyur.

Sampai di Kademangan, Serpong, pada 25 Mei 1946 malam, para pimpinan pasukan berunding untuk mengatur siasat pertempuran. Esok harinya, tanggal 26 Mei 1946 mereka melancarkan serangan.

Laskar rakyat Banten di bawah pimpinan KH. Ibrahim dengan hanya menggunakan senjata tajam dan teriakan takbir itu membuat pasukan Belanda waspada dan siap mengambil posisi di tempat-tempat yang strategis.

Pasukan laskar Banten maju terus dengan mengumandangkan takbir, sementara di lain pihak, pasukan Belanda gencar menembaknya melalui senapan-senapan mesin yang ditempatkan di tempat strategis, seperti di atas bukit di sekitar jalur penyerangan laskar Banten.

Alhasil korban berjatuhan di pihak rakyat Banten. Suara takbir lambat laun melemah dan akhirnya tidak terdengar lagi di mana sekitar 200 laskar Banten gugur, termasuk KH. Ibrahim dan Jaro Tiking.

Untuk mengurus dan memakamkan jenazah para korban, Nafsirin Hadi berhasil menemui pimpinan tentara Belanda, seorang Letnan KNIL.

Permintaannya dikabulkan dengan mengatakan, “Saya diharuskan memberikan Tuan izin untuk menguburkan jenazah-jenazah itu, tetapi hanya oleh empat orang dari Pasukan Tuan. Dan pukul 06.00 sore, Tuan harus sudah meninggalkan tempat ini”.

Atas persetujuan pimpinan tentara Belanda, para korban itu pada tanggal 27 Mei 1946 siang, dikubur secara massal dalam tiga lubang besar. Namun tempat pemakaman itu kemudian diberi nama “Makam Pahlawan Seribu Serpong” yang terletak di Kampung Pariang, Serpong, yang saat ini sudah menjadi jalan ke arah Cisauk, Kabupaten Tangerang.

Di lokasi tersebut, dibangun juga Monumen Tugu Pahlawan. Tapi, seiring pesatnya perkembangan wilayah, membuat makam para pahlawan itu seolah terpinggirkan oleh kesibukan perniagaan komersial, ditambah lagi, pertigaan Cisauk memang kondang akan kemacetan lalu-lintasnya.

Alhasil, TMP di lokasi titik pertempuran Pahlawan Seribu itu pun dipindahkan ke tempatnya yang sekarang.

Sementara itu, TB Sos Renda meyakini jumlah korban adalah 700 orang. Mereka dimakamkan dalam dua lubang. Satu untuk pimpinan pasukan yakni KH. Ibrahim dan satu lagi untuk 699 orang laskar yang dimakamkan massal.

"Mereka dimakamkan secara massal, tapi untuk KH. Ibrahim dimakamkan sendiri di mana sebelum ditutup pakai tanah kembali para jasad ditabur kapur dengan jumlah yang banyak, makanya pas digali kembali, tulang belulang sangat sedikit bahkan hampir tak ada. Mirisnya saat pemakaman itu banyak laskar juga yang belum mati, kena tembak tapi gak bisa lari atau bangkit pergi, artinya mereka dikubur hidup-hidup saat masih sadar atau sekarat, tak ada yang bisa menolong, lantaran NICA mengawasi dengan senapan-senapannya," tutur TB Sos Renda.

Baca Juga: Kisah Makam Keramat Istri Prabu Siliwangi yang Penuh Aroma Mistis

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya