Dokter Forensik: Kematian Korban sudah Sekitar 6 Jam Sebelum Diautopsi

Siswa baru SMA Taruna Indonesia Palembang tewas saat MOS

Palembang, IDN Times - Berce (41), ibu dari Dlw (14), siswa SMA Taruna Indonesia Palembang yang tewas usai mengikuti Masa Orientasi Sekolah (MOS), menangis sejadi-jadinya saat menyaksikan anak kesayangannya terbujur kaku di ruang forensik Rumah Sakit Bhayangkara Palembang, Sabtu (13/7) sore.

Melihat suasana tersebut, pihak keluarga langsung menenangkan Berce yang sudah tak mempedulikan lagi semua yang ada di sekitar rumah sakit tersebut. 

1. Korban meninggal dengan memar di dada, kepala dan kaki

Dokter Forensik: Kematian Korban sudah Sekitar 6 Jam Sebelum DiautopsiIDN Times/Rangga Erfizal

Dokter Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Palembang, Dr Indra Sakty mengatakan, korban mengalami luka parah di bagian kepala yang mengakibatkan korban meninggal dunia. "Ada luka benturan di kepala korban akibat benda tumpul. Pada kepala korban ada resapan darah (memar) artinya ada benturan kuat," kata Indra, Sabtu (13/7).

Indra menilai, ada kejanggalan terhadap kematian korban yang lagi mengikuti masa dasar bimbingan fisik dan mental di SMA Taruna Indonesia Plus Semi Militer Palembang itu. Karena dari hasil otopsi, tidak hanya di kepala, di beberapa bagian badan korban juga mengalami memar.

"Kita lakukan pemeriksaan luar, ada bukti kekerasan di kepala dan kaki korban. Sementara untuk pemeriksaan dalam juga ditemukan di dada dan kepala," jelasnya.

Kemudian, sambung Indra, hasil otopsi korban juga diperkirakan sudah meninggal dunia sekitar 6 jam sebelum diperiksa oleh pihak forensik Rumah Sakit Bhayangkara Palembang.

"Luka yang ditemukan lumayan lah.Hasil pemeriksaan itu juga, kami perkirakan kematian korban sudah sekitar 6 jam sebelum di otopsi," sambung dia.

2. Sekolah serahkan seluruh proses ke kepolisian

Dokter Forensik: Kematian Korban sudah Sekitar 6 Jam Sebelum DiautopsiIDN Times/Rangga Erfizal

Kepala Sekolah SMA Taruna Indonesia Palembang, Tarmizi Hendriyanto menuturkan, pihaknya menyerahkan seluruh proses kepada pihak kepolisian. Menurutnya, apa yang sudah terjadi akan menjadi evaluasi pihak sekolah.

"Kita tentu melakukan pengawasan, ada dari TNI juga ikut melatih. Untuk kepanitiaan ada kakak tingkat, yang ikut dalam proses dasar bimbingan fisik dan mental masa. Jika terjadi hal lain, maka kami serahkan proses sepenuhnya kepada pihak kepolisian," tuturnya.

Tarmizi mengakui, bahwa kegiatan masa dasar fisik dan mental tersebut wajib diikuti oleh setiap siswa baru di sekolah tersebut. Korban Dlw sendiri, sambungnya, sempat mengalami kejang-kejang di hari terakhir masa pelatihan.

"Jadi kegiatan masa dasar fisik dan mental pada hari terakhir dilakukan dengan berjalan kaki sejauh 4 kilometer. Sesampai di sini, anak itu mengalami kejang-kejang. Kita sempat bawa ke RS Myria. Kita serahkan seluruhnya ke Kepolisian. Tadi juga dari reserse Polresta Palembang telah lakukan pemeriksaan," jelas dia, seraya meneruskan, jumlah calon taruna yang mendaftar untuk tahun ajaran 2019/2020 berjumlah 105 siswa. Mereka menjalani pendidikan semi militer dan tinggal di asrama sekolah.

3. Keluarga bawa korban ke Kampung halaman

Dokter Forensik: Kematian Korban sudah Sekitar 6 Jam Sebelum DiautopsiIDN Times/Rangga Erfizal

Sementara, kakek korban, Kejuk (60) saat ditemui di rumah sakit mengatakan, jenazah cucunya tersebut akan langsung dibawa untuk di makam kan di kampung halaman di Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan (Sumsel).

"Ini sudah kita diskusikan, bahwa cucu saya akan dibawa ke Tulung Selapan untuk dimakamkan disana. Perjalanan dari Palembang sekitar 4 jam. Dan nanti subuh akan langsung di makamkan," ujar Kejuk.

Kejuk menambahkan, kematian cucunya sendiri baru diketahui setelah anaknya Berce(ibu korban) menghubunginya, usai mendapat kabar dari SMA Taruna Indonesia Palembang.

"Jam 04.00 WIB (sabtu) saya dapat kabar dari anak saya bahwa Dlw meninggal. Makanya kami langsung kesini. Saya sudah sempat larang juga korban untuk sekolah semi militer. Saya sarankan sebelumnya untuk sekolah reguler saja. Tapi anaknya memang gigih mau sekolah di situ (Taruna Indonesia). Setelah kita berunding akhirnya diizinkan. Kenapa saya larang karena saya sudah wanti-wanti takut anaknya gak kuat fisik," ujar dia.

4. Polisi tunggu hasil resmi forensik dan sudah periksa 8 tersangka

Dokter Forensik: Kematian Korban sudah Sekitar 6 Jam Sebelum DiautopsiIDN Times/Rangga Erfizal

Usai mendapat laporan dari ibu korban, Kasat Reskrim Polresta Palembang, Yon Edi Winara menyatakan, pihaknya sudah langsung merespon informasi tersebut dan lagi mendalami kematian korban yang diketahui meninggal saat MOS.

"Kita pagi tadi sekitar jam 09.30 WIB, telah menerima laporan dari seseorang calon Taruna sekolah plus semi militer yang meninggal dunia. Dari pihak korban, khusus orang tua ingin kepastian kenapa kematian anaknya tersebut. Makanya kita langsung telusuri dan kita cek jenazah di rumah sakit Bhayangkara dan cek ke TKP," kata Yon.

Yon sendiri belum mau mengambil kesimpulan dari hasil pemeriksaan sementara pihak Polreta Palembang.  Pihaknya juga lagi melakukan pemeriksaan setelah memanggil sekitar 8 saksi dari pihak sekolah mengenai proses kematian korban.

"Melihat sejauh mana laporan ini, benar kematiannya berhubungan dengan tindak pidana atau bukan. Secara scientific kita menunggu hasil resmi. Untuk sementara, kalau dari kasat mata tidak ada tanda yang signifikan. Apakah lebam bagian dari itu atau bagian proses pasca kematian. Untuk sementara sudah 7-8 orang diperiksa dari pihak sekolah dan pihak terkait," tegasnya.

Baca Juga: Siswa SMA Taruna Indonesia Meninggal saat Ikut MOS, Kok Bisa?

5. Polisi bawa 4 terperiksa lainnya

Dokter Forensik: Kematian Korban sudah Sekitar 6 Jam Sebelum DiautopsiIDN Times/Rangga Erfizal

Dari pantauan IDN Times di SMA Taruna Indonesia Palembang hingga pukul 18.47 WIB, ada beberapa saksi baru yang dibawa oleh tim reserse Polresta Palembang untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Saksi baru tersebut dijemput usai dilakukan pemeriksaan di sekolah oleh tim reserse Polresta Palembang. Mereka yang dibawa merupakan dua siswa dan satu siswi SMA Taruna Indonesia Palembang.

Tidak lama berselang, dari mobil pertama yang membawa para saksi, satu orang lagi ikut dibawa ke Polresta Palembang untuk diperiksa. saksi tersebut dibawa saat sedang mengendarai motor di depan sekolah.

"Saya mau ketemu orang tua pak," ujar salah satu saksi yang ikut diamankan di depan sekolah.

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya