Sajian Khas Bubur Berbuka Puasa di Masjid Tertua Palembang  

Bubur daging ini jadi santapan khas Ramadan

Palembang, IDN Times - Menikmati sajian bubur khas bulan Ramadan menjadi pilihan warga Palembang untuk berbuka. Bubur khas tersebut merupakan sajian khas di salah satu masjid tertua di Kota Palembang, yakni Masjid Besar Al Mahmudiyah atau yang populer dengan sebutan Masjid Suro.

Di masjid yang sudah berusia lebih 126 tahun tersebut, para pengurus menyajikan sajian bubur bagi warga yang singgah untuk berbuka puasa setiap hari selama Ramadan. Tak jarang, warga sekitar memilih untuk berbuka puasa di masjid yang terletak di Jalan Ki Gede Ing Suro 30 Ilir, Kota Palembang tersebut.

Baca Juga: 5 Tempat Sahur Paling Asyik di Yogyakarta, Biar Kamu Semangat Puasa

1. Tradisi sudah seusia masjid

Sajian Khas Bubur Berbuka Puasa di Masjid Tertua Palembang  IDN Times/Rangga Erfizal

Menurut Kartibi (67) yang merupakan pengurus masjid sekaligus koki, berbagi bubur khas Masjid Suro sudah ada sejak masjid ini berdiri. Suro menjadi salah satu masjid awal dalam syiar Islam di wilayah kota Palembang, sekaligus menjadi sejarah panjang penyebaran agama Islam di sana.

"Saya tinggal di sini sudah dari tahun '71, artinya sudah 48 tahun tradisi ini saya saksikan. Jauh sebelumnya tradisi ini sudah ada, bahkan sejak masjid ini pertama dibangun," ujar Kartibi yang saat ditemui sedang memasak bubur Suro, Kamis (9/5).

2. Ada 5 generasi pembuat bubur

Sajian Khas Bubur Berbuka Puasa di Masjid Tertua Palembang  IDN Times/Rangga Erfizal

Meski sudah lama tinggal di Palembang, Kartibi baru menjadi koki Bubur Suro sejak tahun 2007. Dirinya menggantikan koki lama yang meninggal dunia. Menurutnya, keahlian memasak Bubur Suro didapatkan dari sang istri yang merupakan orang Palembang.

"Saya sendiri orang Serang, ke Palembang tahun 1971. Saya belajar membuat bubur ini dari istri saya, sehingga sewaktu koki lama meninggal saya diminta untuk menggantikan. Saat ini, sudah generasi kelima pengurus masjid yang tetap meneruskan tradisi Bubur Suro," jelas dia.

3. Sehari habiskan 5 kilogram beras

Sajian Khas Bubur Berbuka Puasa di Masjid Tertua Palembang  IDN Times/Rangga Erfizal

Beras dan daging serta bumbu rempah-rempah hasil racikan tangan Kartibi, diolah sejak pukul 14.00 WIB. Kartibi mencampurkan berbagai bumbu yang sudah disiapkan sejak pagi untuk menghasilkan bubur dengan campuran daging tersebut. Per harinya, 5 kilogram beras dibutuhkan untuk dijadikan bubur, kemudian dibagikan kepada ratusan warga dan jamaah masjid.

"Kalau bikin, saya bisa sampai 5 kilogram beras setiap harinya. Biasanya akan berkurang jika sudah masuk puasa ke-20. Yang membedakan bubur ini dengan bubur lainnya adalah racikan rempah dan daging. Jika selama ini orang seringnya dengan olahan bubur ayam, kami justru menggunakan olahan daging sapi," ungkap Kartibi.

4. Sehari habis lebih dari 100 porsi

Sajian Khas Bubur Berbuka Puasa di Masjid Tertua Palembang  IDN Times/Rangga Erfizal

Penikmat bubur ini tidak hanya orang dewasa, anak-anak yang tinggal di sekitar masjid juga menjadikan tradisi pembagian Bubur Suro sebagai rutinitas harian dalam mengantri bubur daging itu. Menurut Kartibi, dirinya senang ketika antusias warga yang hadir berbondong-bondong berbuka di masjid.

"Untuk jamaah yang berbuka puasa di masjid ini, setiap harinya mencapai 70 porsi sedangkan warga bisa sampai 100 porsi. Tradisi ini sudah turun-temurun, kalau boleh dikatakan tidak putus lagi tradisinya. Warga juga sering memberikan sumbangan menu tambahan berbuka puasa di masjid, seperti kurma, aneka olahan kue, dan jajanan khas Palembang."

"Memang tidak hanya bubur yang kami sediakan, ada juga kopi dan susu untuk para jamaah. Tambahan sumbangan warga cukup menambah nikmat berbuka di masjid ini," jelas dia.

5. Anak-anak ikut antusias dalam berbagi Bubur Suro

Sajian Khas Bubur Berbuka Puasa di Masjid Tertua Palembang  IDN Times/Rangga Erfizal

Antrian anak-anak memanjang, mereka girang menanti Kartibi selesai memisahkan bubur untuk jamaah dan bubur untuk masyarakat. Dengan membawa piring dan wadah masing-masing, anak-anak di sekitar masjid Suro riang menunggu pembagian.

"Memang, kalau anak-anak ramai antri. Ini juga jadi tradisi di sini, anak-anak turut antri satu per satu untuk mengambil bubur, lalu disantap di rumah," jelas dia.

Sementara Jefri (23), warga yang tinggal tidak jauh dari Masjid Suro, mengatakan jika tradisi Bubur Suro sudah ada sejak dirinya masih kecil. Menurutnya, tak ada yang berubah dari cita rasa Bubur Suro. Rasanya begitu khas untuk dinikmati usai berpuasa seharian.

"Ini saya baru selesai Salat Asar, biasanya memang menjelang sore bubur ini akan dibagikan kepada masyarakat. Sejarahnya memang panjang untuk Bubur Suro ini, biasanya cuma ada di bulan Ramadan dan 10 Muharam," jelas dia.

Baca Juga: Setiap Ramadan, MAS Bagi 30 Ribu Takjil Hingga Gelar Bazar

Topik:

  • Elfida

Berita Terkini Lainnya