Kala Corona Memukul Pebisnis Lobster di Banda Aceh

Permintaan menurun, harga juga anjlok

Banda Aceh, IDN Times - Tak begitu banyak air mengisi tiga bak berukuran 2x3 meter di dalam rumah toko satu lantai di kawasan Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh, Aceh itu.

Di antara itu, hanya satu bak yang tampak berisi udang jenis lobster. Itu pun tak bagitu banyak, hanya tiga ekor.

Di ruangan seluas 4x5 meter itu, tampak seorang pria paruh baya duduk di sudut. Di hadapannya, ada sebuah meja berbalut kain hijau yang di atasnya terdapat beberapa buku dan sebuah kalkulator. Sesekali ia menarik rokok yang telah dibakarnya, kemudian meletakkannya kembali ke asbak. Pria itu bernama Amirullah, seorang pebisnis sekaligus penampung lobster.

Tiga bak terbuat dari beton yang ada di dalam rumah toko tadi, ia gunakan untuk menampung lobster dari para nelayan. Lobster yang ia terima selanjutnya dikirim ke sebuah perusahaan besar yang ada di Jakarta. Kemudian, udang-udang yang biasa hidup pada terumbu karang di laut tersebut diekspor ke berbagai negara, termasuk Tiongkok.

Sebulan belakangan, bisnis pengiriman lobster yang ia jalani mengalami penurunan permintaan. Tidak seperti biasanya. Bahkan lelaki berkepala plontos ini mengaku, menurunnya permintaan pasar juga membuat harga lobster menurun.

1. Merebaknya kasus Virus Corona diduga menjadi salah satu faktor penyebabnya anjloknya harga lobster

Kala Corona Memukul Pebisnis Lobster di Banda AcehAmirullah, seorang pembisnis sekaligus penampung lobster (IDN Times/Saifullah)

Pebisnis yang telah menjalani usaha penampungan dan pengiriman lobster sejak 2007 ini mengaku, jika kasus wabah virus corona di Tiongkok yang kemudian merebak ke berbagai negara lainnya berdampak terhadap bisnisnya.

Keputusan Pemerintah Tiongkok yang mengisolasi semua barang yang diimpor ke Negara Tirai Bambu tersebut, diduga Amirullah, menjadi salah satu faktor hilangnya pemesanan dan anjloknya harga lobster di pasaran.

“Untuk sementara, agak terkendala sama kasus-kasus corona tadi. Jadi pengekspor kita di sini umumnya ke Tiongkok, sementara mereka menutup penerimaan barang dari luar negeri. Jadi kita semua terkena imbasnya secara tidak langsung. Makanya, harga anjlok, pemesan tidak ada, nelayan terpaksa kita hentikan sementara (penerimaan) udangnya,” kata Amirullah, Selasa (18/2).

2. Permintaan minim, bahkan banyak pesanan yang dibatalkan

Kala Corona Memukul Pebisnis Lobster di Banda AcehLobster sisa yang ada di penampungan milik Amirullah (IDN Times/Saifullah)

Amirullah mengatakan, biasanya ia mengirimkan lobster yang telah ditampungnya kepada sebuah perusahaan di Jakarta. Kemudian perusahaan itu mengekspornya ke sejumlah negara konsumen.

Namun belakangan, perusahaan yang biasa memesan lobster darinya meminta agar tak mengirimkan udang laut tersebut saat ini dalam jumlah besar, sebab pasar ekspor untuk sementara tidak menerimanya.

“Sementara Jakarta juga waktu mengekspor tidak bisa karena tidak ada yang menerima. Jadi mereka juga tekankan ke kita untuk tidak memfokuskan dahulu ke lobster, karena permintaan minim,” ungkap Amirullah.

Tak hanya mulai mengurangi pemesanan, ia juga menyampaikan bahwa sejumlah pemesanan bahkan dibatalkan. “Semua orang yang sudah pesan dan order barang cancel (membatalkan) semua. Banyak yang sudah di-cancel, termasuk yang di Batam,” katanya lagi.

Baca Juga: Heboh Virus Corona, Nelayan Pencari Lobster di Langkat Merana

3. Biasanya mampu mengirim hingga 80 kilogram lobster, namun sekarang hanya 20 kilogram

Kala Corona Memukul Pebisnis Lobster di Banda AcehLobster sisa yang ada di penampungan milik Amirullah (IDN Times/Saifullah)

Pria yang biasa mengirim berbagai jenis udang lobster, mulai dari lobster batu, pasir, bambu, mutiara, kipas, dan batik ini merasa bersyukur masih bisa mengirim lobster ke Jakarta walau tak dalam jumlah besar lagi.

Jika biasanya, ia mampu mengirimkan 80 kilogram per hari, belakangan ini Amirullah akui, dirinya hanya mampu mengirimkan 20 hingga 30 kilogram lobster. Selain karena permintaan pasar yang sedikit, dirinya pun tak berani menampung lobster dari para nelayan dalam jumlah besar.

“Terakhir kirim udangnya ke Jakarta, jam 7 pagi tadi, sekitar 20 kilogram. Kalau dulu biasanya bisa kirim 60-70 kilogram per hari,” ujar Amirullah.

4. Harga yang anjlok dari Rp400 ribu per kilogram menjadi Rp100 ribu per kilogram

Kala Corona Memukul Pebisnis Lobster di Banda AcehLobster sisa yang ada di penampungan milik Amirullah (IDN Times/Saifullah)

Pengaruh dari maraknya kasus virus corona tidak hanya membuat permintaan pasar berkurang, namun juga membuat harga lobster anjlok. Selaku penampung, dirinya pun tidak berani terlalu banyak menerima dan menyimpan lobster, selain hanya dua atau tiga hari saja sebelum dikirim.

“Ini juga ada pengaruh dari maraknya corona, jadinya harga anjlok, sehingga kita pun gak berani banyak pelihara,” kata pria paruh baya tersebut.

Harga lobster ketika normal jauh berbanding dengan saat ini. Jika biasanya per kilogram lobster dihargai mencapai Rp400 ribu, namun kini anjlok bahkan menjadi Rp100 ribu.

“Kalau dulu pembelian kita sampai Rp350 ribu per kilogram sampai Rp 400 ribu per kilogram, kalau sekarang dengan harga Rp100 ribu per kilogram sampai Rp150 ribu per kilogragm. Jauhkan, begitulah permasalahannya,” ujar Amirullah.

5. Meminta perhatian dari pemerintah

Kala Corona Memukul Pebisnis Lobster di Banda AcehLobster sisa yang ada di penampungan milik Amirullah (IDN Times/Saifullah)

"Bingung," ujar Amirullah singkat, ketika ditanya langkah apa yang harus ia lakukan. Bekerja sebagai penampung lobster merupakan satu-satunya profesi yang bisa ia jalani.

Oleh karena itu, pria yang hanya mampu menempuh setengah pendidikan di bangku SMA ini berharap besar peran pemerintah.

“Harapan kita kepada pemerintah ya mungkin agar lebih memperhatikan hal-hal seperti ini. Apa yang bisa dibantu untuk para nelayan,” harap Amirullah.

Baca Juga: Imbas Wabah Virus Corona Harga Lobster dan Bawal Laut Terjun Bebas

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya