Peringati Teror Air Keras, KPK Didemo Agar Bersikap Netral Pas Pemilu

Novel Baswedan dituding menjadi kader Partai Gerindra

Jakarta, IDN Times – Di tengah peringatan dua tahun kasus teror yang menimpa penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, tiba-tiba muncul aksi demonstrasi di gedung lembaga antirasuah pada Kamis siang (11/4). Padahal, hari ini tengah dilakukan puncak peringatan dua hari teror yang menimpa Novel. 

Namun sekelompok orang yang menamakan diri Aliansi Pemuda Pengawas KPK muncul sekitar pukul 12:00 WIB. Kehadiran mereka justru membuat sejumlah mahasiswa yang sudah berada di depan gedung lembaga antirasuah lebih dulu, terpaksa menyingkir. Padahal, dalam orasinya, mahasiswa dari sejumlah kampus itu memberikan dukungan kepada Novel dan mendesak supaya pemerintah segera mengungkap teror terhadap penyidik berusia 41 tahun itu. 

Namun, aksi demonstrasi yang semula berjalan damai kemudian sempat ricuh. Mengapa bisa demikian? Berikut kronologinya.

1. Konflik bermula ada kelompok tertentu yang diizinkan masuk ke dalam lobi gedung KPK

Peringati Teror Air Keras, KPK Didemo Agar Bersikap Netral Pas PemiluIDN Times/Mulyani Citra Setiawati

Aksi demonstrasi yang berlangsung di depan gedung KPK semula berjalan damai. Aliansi Pemuda Pengawas KPK menuntut agar KPK tidak pilih-pilih ketika menangani kasus korupsi. Namun, massa mulai panas usai mencium gelagat adanya kepentingan politik dalam peringatan dua tahun teror terhadap Novel. Salah satunya disebabkan ada kelompok pengamanan sebuah ormas pemuda yang diperkenankan masuk ke dalam lobi KPK. Sementara kelompok mereka dilarang masuk.

Baca Juga: Peringatan Teror Air Keras, Prabowo Tulis Pesan untuk Novel Baswedan

2. Kelompok Aliansi Pemuda Pengawas KPK meminta agar KPK menjelaskan apakah Novel Baswedan ikut bermain politik praktis

Peringati Teror Air Keras, KPK Didemo Agar Bersikap Netral Pas PemiluIDN Times/Mulyani Citra Setiawati

Aliansi Pemuda Pengawas KPK mempertanyakan independensi lembaga antirasuah khususnya penyidik senior mereka Novel Baswedan. Para demonstran menuding Novel terafiliasi dengan salah satu kelompok politik. 

“Kami meminta supaya pimpinan KPK menjelaskan status politik Novel Baswedan. Kami meminta dijelaskan pernyataan dari orang di partai Gerindra yang menyebut Novel Baswedan adalah orang kita,” ujar koordinator aksi dalam orasinya di depan Gedung KPK pada siang tadi.

Tidak hanya itu saja, kelompok pemuda ini juga mengkritik pemberian penghargaan kepada dua mantan komisioner KPK yaitu Abraham Samad dan Bambang Widjojanto. Mereka menilai penghargaan tersebut bermuatan politik.

Aksi ini bertambah panas, saat sejumlah demontran membakar ban bekas dan spanduk. Kemudian, kelompok tersebut juga sempat saling dorong dengan aparat kepolisian yang mencoba memadamkan api yang mereka kelilingi.

3. KPK membantah terlibat dalam politik praktis

Peringati Teror Air Keras, KPK Didemo Agar Bersikap Netral Pas PemiluIDN Times/Mulyani Citra Setiawati

Massa mulai tenang ketika ditemui oleh juru bicara KPK, Febri Diansyah. Kepada massa aksi demo Febri menegaskan beberapa hal yang sudah pernah disampaikan beberapa kali. Pertama, KPK adalah institusi independen yang tidak disusupi oleh kepentingan politik mana pun. 

Kedua, Febri memastikan 1.600 pegawai KPK dimulai dari pimpinan, pejabat struktural hingga pekerja lainnya tidak akan terafiliasi dengan partai politik mana pun. 

"Ketiga, terkait dengan isu yang berkembang, misalnya menyebutkan Novel adalah 'orang kita' oleh salah satu partai, partai fungsionaris atau salah satu pengurus partai (Gerindra). Kami pastikan itu tidak benar. Kami pastikan istilah-istilah 'orang kita', 'teman kita', atau apapun juga itu adalah klaim sepihak dari partai politik atau orang di partai politik manapun," tutur Febri. 

Keempat, dan pernyataan itu mengandung pesan yang paling penting yaitu publik yang hadir di gedung KPK, tidak memiliki kepentingan politik praktis. 

"Jadi, kalau ada orang-orang yang mengklaim kedekatannya dengan Novel Baswedan, jika ada orang-orang yang mengklaim memiliki kedekatan dengan para personil-personil KPK. Kami pastikan itu adalah klaim sepihak," kata mantan aktivis antikorupsi itu. 

Ia mewanti-wanti isu-isu yang berkembang saat ini hanya menginginkan agar KPK ditarik ke ranah politik. KPK, kata Febri, secara tegas menolak hal itu. 

4. Novel Baswedan membantah menjadi kader Partai Gerindra

Peringati Teror Air Keras, KPK Didemo Agar Bersikap Netral Pas Pemilu(Penyidik senior KPK Novel Baswedan ketika diwawancarai khusus) IDN Times/Ashari Arief

Sementara, Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, membantah menjadi kader Partai Gerindra. Ia justru mengaku heran mengapa bisa dikait-kaitkan dengan partai pimpinan capres nomor urut 02, Prabowo Subianto. Bagi Novel, persepsi tersebut sangat tidak masuk akal, karena tidak ada indikator yang jelas ia sudah bergabung dengan parpol tersebut.

"Kita ini kan orang yang berpendidikan, orang yang waras, ketika kemudian menilai atau bicara sesuatu tanpa pakai indikator yang jelas, itu malah malu-maluin," kata Novel kepada IDN Times ketika mewawancarainya

Menurut Novel, persepsi tersebut adalah modus usang untuk membelokan fokus publik bahwa kasus teror air keras yang menimpanya hingga kini belum diungkap.

Narasi Novel menjadi kader Partai Gerindra mulai berkembang usai jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN), Andre Rosiade memberi bocoran apabila Prabowo Subianto yang terpilih sebagai Presiden, maka Novel atau Bambang Widjojanto akan menduduki kursi sebagai Jaksa Agung.

Petinggi Partai Gerindra, Fadli Zon turut membenarkan kepada media Novel sudah lama dekat dengan mantan Danjen Kopasus itu. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono malah menyebut Novel sebagai 'orang kita' yang artinya ia merupakan salah satu kader Partai Gerindra.

Baca Juga: KPK Bantah Novel Baswedan 'Orang' dari Partai Gerindra

Topik:

Berita Terkini Lainnya