Mengenal Tatang Koswara, Satu-satunya Sniper Indonesia yang Diakui Dunia

Sniper itu kini telah berpulang.

"Sniper itu kini telah berpulang."

Usai tampil live di acara Hitam Putih hari Selasa (3/3), sniper terbaik dunia asal Indonesia, Tatang Koswara, meninggal dunia di usianya yang ke-68 Kabar itu juga disampaikan Deddy Corbuzier melalui Twitternya @corbuzier.

Mengenal Tatang Koswara, Satu-satunya Sniper Indonesia yang Diakui Dunia

Usai menceritakan semua perjuangannya, Tatang disebut pingsan dan langsung dilarikan ke rumah sakit, namun sayang nyawanya tak dapat diselamatkan.

Siapakah Tatang Koswara?
Di masa mudanya, Tatang adalah salah satu sniper terbaik di dunia. Ia bahkan masuk dalam 14 besar urutan Sniper's Roll of Honour di Dunia yang tertulis dalam buku Sniper Training, Techniques and Weapons karya Peter Brookesmith tahun 2000. Di bawah komando Letkol Edi Sudrajat, Tatang menjadi sniper yang dikirim masuk ke jantung pertahanan musuh di berbagai daerah saat perang di Timor Timur.

Mengenal Tatang Koswara, Satu-satunya Sniper Indonesia yang Diakui Dunia

Tatang mendaftar tentara dengan menggunakan ijazah Sekolah Rakyat (setara SD) meski ia memiliki ijazah Sekolah Teknik (setara SMP). Tahun 1974-1975, Tatang dan tujuh rekannya dilibatkan menjadi salah satu dari 60 peserta program mobile training teams (MTT) yang dipimpin Kapten Conway dari Green Berets Amerika Serikat. Di sana, ia dilatih menembak jitu dari jarak 300, 600 dan 900 meter. Selain itu ia juga dilatih melawan penyusup, sniper, kamuflase, melacak dan menghilangkan jejak. Tatang menjadi satu dari 17 peserta yang lulus program itu dan mendapat penghargaan berupa senjata Winchester model 70.

Diselamatkan Merah Putih
Mengenal Tatang Koswara, Satu-satunya Sniper Indonesia yang Diakui Dunia

Setelah lulus program itu, Tatang ditarik Komandan Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdiktif) Cimahi, Kolonel Edi Sudrajat, menjadi pengawal pribadi dan sniper-nya saat perang di Timor Timur tahun 1977-1978.

Dalam salah satu tugasnya, Tatang sempat terkepung 30 orang bersenjata dan tak berkutik. Namun, saat itu Tatang harus menembak komandan pasukan musuh. Akhirnya, ia menunggu komandan musuuh hingga tujuh jam kemudian. Setelah menembak komandan musuh, Tatang dihujani peluru dan terkena dua pantulan peluru yang sebelumnya mengenai pohon. Tatang memutuskan diam tak bergerak agar musuh berhenti menembakkan peluru. Ia baru bisa bergerak malam hari dengan mengikatkan tali bambu di kaki.

Dalam kondisi itu, Tatang mencongkel peluru di kakinya dengan gunting kuku. Ia lalu menggunakan syal merah putih tempatnya menyimpan foto keluarga untuk mengikat lukanya. Ternyata, syal itu menyelamatkannya dengan menghentikan pendarahannya.

Prinsip Sniper
Sebagai sniper, Tatang telah empat kali masuk ke medan perang. Pelurunya membunuh totalnya 80 orang. Dalam aksi pertamanya, 49 dari 50 peluru berhasil menembak musuh dengan tepat. Satu peluru sisanya, dipakainya untuk memenuhi prinsip sniper yang pantang menyerah, yaitu membunuh dirinya sendiri saat keadaan terdesak.

Anak Istri Tak Tahu
Selama ia bertugas di Timor Timur, anak istrinya tak mengetahui bahwa dirinya bertugas sebagai sniper. Keluarganya baru tahu saat namanya dimuat dalam buku Sniper Training, Techniques and Weapons tahun 2000 silam. Ia juga sempat khawatir jika ada pihak yang masih mendendam padanya ketika identitasnya terungkap ke media.

Hidup Sederhana

Mengenal Tatang Koswara, Satu-satunya Sniper Indonesia yang Diakui Dunia

Sejak menikah dengan istrinya, Tati Hayati, Tatang terbiasa hidup sederhana. Ia jarang membeli baju dan lebih suka menjahit sendiri kain-kain yang dibelinya. 
Bagi Tatang, saat ia bergabung menjadi TNI ia sudah tahu tak akan kelaparan, tapi juga tak akan menjadi kaya. Karena itu, kelihaian istrinya memasak telah sangat membantu.

Selepas masa pensiun, Tatang dan istrinya hidup bahu membahu menjalankan bisnis rumah makan di Kodiklat TNI Bandung. Sesekali, Tatang juga memberi pelatihan tembak untuk para juniornya di Angkatan Darat.

Sayangnya, sejak divonis terkena serangan jantung dan menjalani operasi pemasangan ring, kegiatan Tatang berkurang. Di tengah kesederhanaannya, Tatang selalu bersyukur ia memiliki rumah sederhana dan hidup dengan kondisi yang cukup bila dibandingkan sejumlah teman seangkatannya. Tatang juga tak menyesali mengabdikan hidupnya untuk negara dengan menjadi tentara, dan kebanggaannya adalah ia bisa membesarkan keempat anaknya dengan baik. Selamat jalan, Pak Tatang!

 

 

Apakah artikel ini berguna untukmu? Ayo bagikan ke teman-temanmu dan dapatkan Tablet Android Mito T330 atau Sony LED TV. Keterangan selengkapnya bisa kamu baca di www.idntimes.com/sharingiscaring

Topik:

Berita Terkini Lainnya