5 Hal Ini Bisa Menggagalkan Perlawanan Terhadap Perubahan Iklim

Salah satunya adalah berpikir ada planet lain untuk manusia

Jakarta, IDN Times – Chief Executive Officer (CEO) Jejak.in, Arfan Arlanda mengatakan, perubahan iklim telah menimbulkan banyak kerugian pada dunia, salah satunya yakni bencana alam banjir.

Namun, di tengah kondisi ini, banyak pihak mulai dari perorangan hingga lembaga besar mulai terjun melakukan inisiatif untuk memerangi perubahan iklim. Sayangnya, ia menyebut ada lima cara efektif yang bisa membuat gagal upaya-upaya dalam melawan perubahan iklim ini.

Adapun kelima cara tersebut adalah sebagai berikut:

Baca Juga: Resah dengan Perubahan Iklim? Yuk Ikuti 5 Langkah Ini

1. Berpikir ada planet lain

5 Hal Ini Bisa Menggagalkan Perlawanan Terhadap Perubahan Iklimilustrasi air di permuakaan Mars purba (sciencenews.org)

Dalam acara COUNTDOWN by TEDxJakarta pada Sabtu (29/1/2022), Arfan menyebut cara efektif yang pertama untuk gagal dalam melawan perubahan iklim adalah berpikir bahwa kita mempunyai opsi planet lain.

“Berpikir bahwa kita bisa pindah ke Mars, berpikir bahwa kita bisa pindah ke planet lain. Iya mungkin aja dalam beberapa tahun kedepan. Tapi kita tidak bisa menjadikan itu menjadi opsi utama kemudian cuek terhadap kelestarian bumi,” katanya.

Ia juga menegaskan tidak ada istilah planet B, dan bahwa bumi adalah satu-satunya rumah bagi umat manusia. Oleh karena itu, ia mengatakan penting untuk menjaga kelestarian bumi.

Ia kemudian mengatakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk berkontribusi menjaga kelestarian bumi adalah dengan mengetahui berapa banyak emisi karbon atau carbon footprint yang kita hasilkan dari kegiatan sehari-hari.

“Baik secara individu maupun secara dari sisi bisnis dan usaha yang kita lakukan. Ini sangat penting,” ujarnya.

2. Fokus ke planet, tidak memikirkan manusia

5 Hal Ini Bisa Menggagalkan Perlawanan Terhadap Perubahan IklimIlustrasi pemanasan global, perubahan iklim (IDN Times/Aditya Pratama)

Cara efektif yang kedua untuk gagal dalam melawan perubahan iklim, menurut Arfan, adalah dengan berpikir bahwa kita hanya perlu menyelamatkan planet bumi saja tanpa memikirkan manusianya.

Dalam pemaparannya, Arfan menjelaskan bahwa menurut penelitian NASA, bumi sebenarnya bisa selalu menemukan keseimbangannya kembali. Namun, kondisi manusia yang justru memprihatinkan.

Arfan mengatakan bahwa pada 2019 lalu, referensi kemiskinan ekstrem secara global berada di tingkat tertinggi sepanjang sejarah umat manusia. Bahkan, meski sudah banyak kemajuan-kemajuan yang dilakukan,  menurutnya hasilnya belum merata dan potensi masih akan terus melebar.

“Bumi akan selalu baik-baik saja sebenarnya. Manusialah yang harus kita perhatikan. Manusia yang tinggal di bumi akan menjadi concern utama. Bagaimana kita meningkatkan derajat kehidupannya, bagaimana kita meningkatkan ekonominya, bagaimana kita menyediakan lingkungan yang sehat untuk manusia,” jelasnya.

“Jadi dari manusia untuk manusia,” tambah Arfan.

3. Mengabaikan dampak perubahan iklim pada konflik di masyarakat

5 Hal Ini Bisa Menggagalkan Perlawanan Terhadap Perubahan IklimIlustrasi Pajak Karbon (IDN Times/Aditya Pratama)

Arfan menyebut cara efektif yang ketiga untuk gagal dalam melawan perubahan iklim adalah berpikir bahwa perubahan iklim tidak mempunyai dampak atau impact terhadap konflik yang ada di masyarakat. Padahal, menurut Arfan, masyarakat adat adalah garda terdepan dalam perubahan iklim dan mereka adalah pihak yang pertama yang akan terdampak ketika terjadi perubahan iklim.

Arfan juga menyebut saat ini masih kerap terjadi perampasan wilayah-wilayah adat untuk kepentingan tertentu.

“Kita bisa lihat konflik-konflik yang terjadi di area-area tersebut itu berdampak terhadap manusianya. Biasanya mereka sulit untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim,” katanya.

Ia menambahkan bahwa perubahan iklim bahkan dapat menyebabkan konflik-konflik baru untuk mereka. Oleh karenanya, kita sebagai manusia harus memikirkan bagaimana caranya untuk dapat menjalan program-program yang ada tanpa mengambil hak-hak daripada masyarakat.

Arfan mengatakan salah satu cara yang paling efektif dan terbukti efektif untuk masalah ini adalah usaha perhutanan sosial.

“Data tahun 2020, ada survei ke KUPS, kelompok usaha perhutanan sosial, dari 103 yang disurvei, 85 persen lebih mengatakan bahwa usaha perhutanan sosial membantu mengatasi konflik dan bahkan menghilangkan konflik sama sekali,” jelasnya.

Baca Juga: 101 Climate Change Actions: Cerita Tri Mumpuni Terangi Desa Terpencil

4. Melepaskan tanggung jawab ke pemerintah

5 Hal Ini Bisa Menggagalkan Perlawanan Terhadap Perubahan IklimIlustrasi Pemanasan Global. (IDN Times/Aditya Pratama)

Cara efektif yang keempat untuk gagal dalam melawan perubahan iklim adalah berpikir bahwa perubahan iklim adalah tanggung jawab pemerintah saja. Bukan untuk diselesaikan bersama-sama. Padahal, Arfan menyebut bahwa perubahan iklim harus diselesaikan secara bersama-sama.

“Jadi bukan tanggung jawab pemerintah saja, bukan tanggung jawab NGO tertentu saja, bukan tanggung jawab perusahaan-perusahaan tertentu saja. Ini tanggung jawab semua pihak bahkan sampai ke level individu,” tegasnya.

Ia juga menjelaskan bahwa sekarang ini sudah banyak yang ingin berkontribusi terhadap mitigasi dan pengendalian perubahan iklim.

“Kita harus memberikan akses semudah mungkin, secepat mungkin untuk semua pihak bisa berkontribusi secara langsung dan memberikan dampak bagi lingkungan dan juga bagi masyarakat,” ujarnya.

Baca Juga: 5 Hal Penting Mengomunikasikan Perubahan Iklim, Milenial Wajib Tahu!

5. Berpikir bahwa kegiatan-kegiatan iklim tidak boleh menguntungkan

5 Hal Ini Bisa Menggagalkan Perlawanan Terhadap Perubahan IklimIlustrasi Pemanasan Global. (IDN Times/Aditya Pratama)

Cara yang kelima yang paling efektif atau yang terakhir untuk gagal dalam melakukan pengendalian perubahan iklim adalah berfikir bahwa kegiatan-kegiatan iklim, kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan, dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan sustainability tidak boleh memikirkan prosperity maupun memikirkan profitability.

“Kalau kita punya mindset seperti itu, program-program ini hanya akan berjalan sekali dua kali saja. Tidak bisa berkelanjutan. Sifat-sifatnya hanya seremonial saja,” katanya.

Ia menyebut dalam hal ini, permasalahan utama bisa jadi disebabkan oleh masalah kepercayaan atau trust.

“Artinya kita harus pikirkan bagaimana kita bisa memberikan atau membangun trust, membangun kepercayaan dengan mem-provide data atau proses yang accountable, transparan dan terbuka. Bagaimana caranya kita melakukan proses dari awal sampai akhir yang dapat diukur dampaknya dan dipastikan keberhasilannya dan diverifikasi oleh semua pihak secara terbuka, dan tentunya agar dapat memberikan dampak secara langsung ke masyarakat baik secara lingkungan maupun secara ekonomi,” jelasnya.

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya