Pandemik Kian Menjadi, Nakes Mulai Kelelahan Tracing COVID-19

Nakes kesulitan ajak kontak dekat pasien tes COVID-19

Jakarta, IDN Times - Sebagian besar tenaga kesehatan atau nakes mulai mengeluhkan kelelahan, terutama dalam melakukan contact tracing COVID-19 selama masa pandemik berkepanjangan ini. Hal ini merupakan hasil temuan tim Kantor Staf Presiden (KSP) dari melakukan serangkaian verifikasi lapangan di empat provinsi di Pulau Jawa.

Namun meski mengaku kelelahan, Kepala Puskesmas Wanasari di Kabupaten Bekasi dr. Kristina br. Ginting mengatakan, para nakes tetap bersemangat menghadapi pandemik yang sudah berlangsung 1,5 tahun ini.

“Puncak pandemik pada Juni-Juli kemarin membuat kami kelelahan. Tapi semua nakes di sini sejak awal punya komitmen dan terus semangat, karena kami paling dekat dengan masyarakat sekitar sini,” katanya saat ditemui tim verifikasi KSP secara langsung pada Jumat (30/7/2021).

Contact tracing atau penelusuran kontak adalah upaya identifikasi terhadap orang-orang yang melakukan kontak dengan pasien positif COVID-19. Tujuan dari contact tracing adalah untuk pengendalian dan pencegahan laju penyebaran virus corona dalam skala yang lebih besar.

Baca Juga: Wagub DKI: Kasus COVID-19 Turun, Kami Kekurangan Tenaga Kesehatan

1. Kendala yang dihadapi para nakes

Pandemik Kian Menjadi, Nakes Mulai Kelelahan Tracing COVID-19Ilustrasi anak mengenakan masker (ANTARA FOTO/Fauzan)

Kelelahan bukanlah satu-satunya masalah yang dihadapi para nakes saat melakukan upaya menekan laju penularan virus corona. Masalah lain seperti kesulitan meyakinkan pasien atau pihak yang memiliki kontak erat dengan pasien agar melakukan tes COVID-19, juga sering terjadi.

“Masih banyak yang menghindar untuk melakukan tes. Kalau sudah begini, mau tidak mau tenaga kesehatan dari puskesmas harus mendatangi mereka dan membujuk mereka satu per satu,” kata Abraham Wirotomo, Tenaga Ahli Utama KSP.

2. Sumber daya puskesmas terbatas

Pandemik Kian Menjadi, Nakes Mulai Kelelahan Tracing COVID-19Ilustrasi tenaga medis COVID-19 saat mengenakan APD, termasuk masker. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

KSP mengatakan, berdasarkan pengamatan di lapangan, jika terdapat satu  pasien yang dinyatakan positif COVID-19, maka para nakes akan melakukan upaya contact tracing terhadap setidaknya 15 orang yang pernah melakukan kontak erat.

Sementara itu, sumber daya manusia di puskesmas sangatlah terbatas. Hal ini menjadi salah satu faktor terbesar yang menyebabkan para nakes mengalami kelelahan yang luar biasa.

Untuk menyiasati hal tersebut, Abraham mengatakan, tak jarang pihak puskesmas mengandalkan kerja sama dengan para relawan atau inisiatif dari warga RT/RW setempat.

“Pemberdayaan warga di lingkungan terdekat menjadi salah satu solusi untuk bisa memperkuat upaya tracing dan membantu para tenaga kesehatan yang mulai kelelahan. Semakin banyak sukarelawan, akan semakin bagus. Walau pun ini tetap membutuhkan pemantauan dari puskesmas setempat,” kata dia.

Baca Juga: Krisis Tenaga Kesehatan Mimpi Buruk Indonesia Hadapi Pandemik COVID-19

3. Tracing jadi salah satu upaya pemerintah menghadapi pandemik

Pandemik Kian Menjadi, Nakes Mulai Kelelahan Tracing COVID-19Ilustrasi tenaga medis. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Bersama dengan testing dan treatment, tracing menjadi upaya yang terus diperkuat pemerintah agar Indonesia bisa segera pulih dari pandemik COVID-19. Selain itu, pemerintah juga menggencarkan program percepatan vaksin untuk membentuk herd immunity atau kekebalan kelompok di masyarakat.

Namun, menurut Abraham, KSP menemukan beberapa sentra vaksin mulai melaporkan persediaan vaksin yang mulai menipis.

“Soal stok vaksin ini, presiden berulang kali menyampaikan untuk segera menghabiskan stok yang ada. Jangan ditahan-tahan. Pemerintah menjamin ketersediaan vaksin akan aman hingga akhir tahun. Memang datangnya bertahap,” kata dia.

Abraham juga menjelaskan pemerintah terus mengupayakan untuk memenuhi ketersediaan stok vaksin COVID-19, dengan mendatangkan vaksin dari berbagai jalur. Di mana yang terbaru yakni mendatangkan 21,2 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac pada Selasa (27/7/2021). Pemerintah telah mengamankan 440 juta dosis vaksin COVID-19 hingga akhir 2021.

“Namun, kita perlu bersyukur angka kasus positif makin menurun. Antrean pasien di pusat layanan kesehatan juga tidak lagi banyak terlihat. Stok obat dan oksigen pun terpantau terkendali,” ujar Abraham.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya