Sri Mulyani Sebut Korupsi Penyakit yang Luar Biasa Berbahaya

Ia menyebut korupsi harus dilihat sebagai musuh bersama

Jakarta, IDN Times – Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani Indrawati menyebut korupsi sebagai suatu penyakit yang luar biasa berbahaya karena memiliki dampak yang luar biasa merusak.

Hal ini ia sampaikan dalam acara peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) Kementerian Keuangan 2021, Rabu (8/12/2021).

“Korupsi memiliki dampak yang luar biasa merusak. Kalau kita lihat dari sisi upaya-upaya pemerintah, maka korupsi bisa menggerus apa yang disebut tingkat kepercayaan karena masyarakat tidak bisa lagi mempercayai suatu pemerintah yang dianggap sangat korup sehingga kemudian akan terjadi gejolak politik-sosial, menciptakan inekualitas atau kesenjangan yang luar biasa, menciptakan kerusakan dalam kehidupan sosial-ekonomi,” jelasnya.

Baca Juga: KPK Gelar Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia 2021 di 5 Wilayah

1. Korupsi adalah musuh bersama

Sri Mulyani Sebut Korupsi Penyakit yang Luar Biasa BerbahayaANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Mengingat bahaya yang bisa ditimbulkan oleh tindakan korupsi, Sri Mulyani pun menyatakan bahwa korupsi adalah suatu musuh bersama. Ia menyebut korupsi tidak mengenal lokasi, kedudukan, maupun profesi seseorang.

“Semuanya bisa dihinggapi apa yang disebut penyakit korupsi ini,” jelas Sri Mulyani. “Jadi jangan pernah berpikir bahwa korupsi itu hanya untuk pejabat atau kelompok institusi tertentu.”

Ia lebih lanjut menyatakan bahwa karakter atau budaya antikorupsi harus menjadi sesuatu yang dipahami semua orang. Itu berarti seseorang harus bisa memahami mana yang menjadi haknya dan mana yang tidak boleh atau boleh dilakukan.

“Oleh karena itu kita harus melihat korupsi sebagai suatu musuh bersama,” katanya.

Baca Juga: Peringati Hari Antikorupsi Sedunia, Ini Pesan Sri Mulyani

2. Dampak korupsi pada masyarakat dan negara

Sri Mulyani Sebut Korupsi Penyakit yang Luar Biasa BerbahayaKonferensi pers kasus korupsi Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah bersama lima orang lainnya pada Minggu (28/2/2021) (IDN Times/Aryodamar)

Sri Mulyani juga mengatakan bahwa dari sisi makro, ia melihat dampak korupsi yang merajalela pada kehidupan akan sangat beragam. Mulai dari terjadinya ketidaksetaraan hingga kemiskinan yang terus-menerus ada.

“Kita melihat di seluruh dunia dan kita bisa mudah mendapatkan bukti tersebut, bagaimana negara yang tidak bisa mengatasi korupsi meskipun mereka memiliki natural resources, maka banyak masyarakatnya yang kelaparan, yang tidak bisa mendapatkan pendidikan, bahkan untuk mendapatkan air bersih pun tidak diperoleh,” jelasnya.

Sri Mulyani juga menyatakan bahwa korupsi juga akan menyebabkan ketiadaan kegiatan-kegiatan yang produktif dalam bentuk investasi, karena siapapun yang memiliki modal atau capital akan berpikir seribu kali untuk menaruh investasi di tempat tersebut.

“Apakah dia bisa melakukan kegiatan produktif tanpa kemudian dia menjadi korban dari korupsi yang merajalela,” katanya.

Ia menambahkan bahwa dampaknya akan menyebabkan menurunnya kinerja ekonomi yang kemudian akan mengarah pada menurunnya kinerja dari sisi demokrasi atau representasi.

“Ini adalah suatu penyakit yang ada dan bisa menghinggapi serta menggerus suatu masyarakat dan negara. Jadi bahayanya sudah sangat nyata,” katanya.

Baca Juga: Sri Mulyani Singgung Ratusan Kepala Daerah yang Terjerat Korupsi

3. Skor persepsi korupsi membaik

Sri Mulyani Sebut Korupsi Penyakit yang Luar Biasa BerbahayaMenteri Keuangan, Sri Mulyani. (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani juga menyatakan bahwa skor persepsi korupsi Indonesia telah membaik. Namun ia menyebut masih banyak hal yang harus dibenahi.

“Kita lihat di indonesia skor persepsi korupsi kita membaik meskipun tahun 2020 mengalami penurunan. Ini adalah suatu capaian, namun kita juga tau bahwa kita juga masih jauh dari apa yang disebut negara yang mendapatkan perseprsi di mana tingkat antikorupsinya cukup tinggi atau perceptible,” katanya.

“Ini berarti tugas kita masih sangat besar dan sangat banyak,” tambahnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya