KPU RI Jadi Salah Satu Pemantau Internasional di Pemilu Filipina

Pemilu dipantau oleh tim Penilai Independen Internasional

Jakarta, IDN Times - Republik Filipina menyelenggarakan Pemilu Nasional dan Lokal pada Senin (9/5/2022). Anggota KPU RI, Idham Kholik, turut hadir menjadi pemantau internasional dan saksi dalam momentum tersebut. Pada pemilu kali ini, diperebutkan 77 posisi nasional, 18.103 posisi lokal, dengan 55.572 kontestan.

Survei Pulse Asia pada 2019 mengungkapkan, 9 dari 10 orang Filipina menginginkan masa depan pemilu menjadi otomatis berkat kecanggihan alat yang namanya Vote Counting Machine (VCM). Teknologi ini dapat memindai surat suara dan menerbitkan struk bukti hasil perhitungan suara di setiap TPS. 

Total ada 106.000 mesin VCM yang disiapkan oleh Smartmatic, sebuah perusahaan alat pemilu canggih, yang telah mengikuti berbagai pengujian Pilpres di lebih dari 70 negara. Random Manual Acak (RMA) telah menunjukkan akurasi VCM lebih tinggi dibandingkan dengan penghitungan manual.

Di Filipina seluruhnya ada 37.000 lebih bilik suara dengan 1.800 pusat konsolidasi dan audit. Dukungan teknologi juga dilakukan untuk daerah yang belum terjangkau internet, yaitu dengan alat yang dapat mentransmisi hasil ke satelit.

1. Dipantau oleh tim Penilai Independen Internasional dari 9 negara

KPU RI Jadi Salah Satu Pemantau Internasional di Pemilu FilipinaAnggota KPU RI Idham Holik sebagai Pemantau Internasional pada Pemilu Nasional dan Lokal di Filipina

Dalam pemilu ini, TPS dibuka mulai dari jam 6 pagi dan ditutup jam 7 malam dengan jumlah pemilih 67.745.529 orang (dalam negeri). Begitu juga untuk pemungutan suara luar negeri yang memiliki 1,7 juta pemilih.

Dalam satu TPS terdapat beberapa meja pelayanan pemilih, dan dalam satu Barangay (Desa/Kelurahan) terdapat beberapa TPS yang ditentukan berdasarkan besaran populasi pemilih. Sebanyak 37.141 TPS tersebar di seluruh Filipina, sedangkan proses pengumpulan data dan penghitungan suara berlangsung 9-16 Mei 2022. 

Pelaksanaan pemilu dipantau langsung oleh tim Penilai Independen Internasional dari 9 negara, di mana Delegasi Indonesia di pimpin oleh Anggota KPU RI Idham Holik, dengan anggota Tenaga Ahli Setjen KPU RI Ali Ridho, dan Staf Setjen KPU RI Johan Teguh. Ketiganya dipilih untuk menjadi tim Penilai Kehormatan International dan Independen dari Pemerintah Filipina.

Baca Juga: KPU Optimistis Bisa Tangkal Hoaks dalam Pemilu 2024

2. Modernisasi pemilu tingkatkan kepercayaan nasional dan internasional

KPU RI Jadi Salah Satu Pemantau Internasional di Pemilu FilipinaAnggota KPU RI Idham Holik sebagai Pemantau Internasional pada Pemilu Nasional dan Lokal di Filipina

Idham, yang juga menggawangi Divisi Teknis Penyelenggaraan di KPU RI, mengungkapkan bahwa pemilu di Filipina dilakukan sangat cepat, terbuka, demokratis, dan hanya memakan waktu 2 hingga 5 jam saja perolehan suara sudah sampai di pusat dan di rekapitulasi secara penuh sehingga menjadi hasil resmi. Jadi tidak membutuhkan waktu berhari-hari dan tidak memakan korban.

Idham juga menyampaikan komitmennya tentang isu-isu kesetaraan gender dalam politik di pemilu dan bagaimana caranya meningkatkan partisipasi perempuan dalam Pemilu yang diharapkan berimplikasi pada meningkatnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif/parlemen. 

“Ada banyak sekali pengalaman dan kebijakan yang menarik yang bisa dipelajari di Filipina untuk meningkatkan kualitas praktik demokrasi elektoral yang berkeadilan gender”, ujar Idham yang dilantik Presiden Joko Widodo pada 12 April 2022.

Modernisasi pemilu ini meningkatkan kepercayaan nasional dan internasional kepada Filipina dan menjadikan Filipina salah satu negara yang layak di contoh untuk pemungutan suara di Asia.

Menurut dua survei independen, 89 persen pemilih Filipina 89 mempercayai hasil pemilu tahun 2019 dan 90 persen dari mereka sangat puas dengan sistem pemilihan otomatis.  Kredibilitas dan peringkat kepuasan COMELEC (KPU Filipina) pun melonjak ke rekor tertinggi dalam sejarah ke angka 74 persen.

Setelah mengamati proses pemungutan suara di beberapa TPS, Idham sempat bertemu dengan Presiden Senat Filipina, Sir Vicente Sotto III, didampingi oleh House Speaker of the House of Representatives. Pertemuan tersebut membahas proses rekapitulasi suara yang akan dimulai pada pukul 19.00 waktu setempat sampai dengan 5 hari berikutnya.

3. Protes dan kekerasan terkait pemilu menurun drastis

KPU RI Jadi Salah Satu Pemantau Internasional di Pemilu FilipinaIlustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebagai tambahan, Comelec tidak mentabulasi/merekapitulasi hasil perolehan suara pemilu presiden dan wakil presiden, tetapi Kongres (Senator dan DPR) lah yang merekapitulasi dan menetapkan hasil Pemilu tersebut.

Saat ini protes terkait pemilu turun drastis, di mana ada ribuan protes yang diajukan setelah pemilihan manual sebelum 2010 ke Majelis Pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat atau House of Representatives Electoral Tribunal (HRET). Pada 2013, jumlah protes elektoral turun menjadi 37 , dan pada 2016 hanya 28. Pada tahun 2019, jumlah protes turun menjadi hanya 20.

Kekerasan terkait pemilu juga menurun drastis sejak teknologi mulai digunakan pada 2010. Pada 2010, terdapat 176 kasus kekerasan yang dilaporkan. Sementara pada 2019, Philippine National Police (PNP) melaporkan hanya ada 43 kasus terkait pemilu. Departemen Pendidikan juga melaporkan lebih sedikit insiden kekerasan terhadap guru yang menjabat sebagai pekerja pemungutan suara.

Efek positif juga dirasakan pada sektor perekonomian setelah modernisasi pemilu pertama pada 2010. Filipina Bursa Efek, atau The Philippine Stock Exchange, Inc. (PSEi), membukukan keuntungan 3,85 persen dan Peso Filipina naik 1 persen terhadap dolar. Pasca Pilkada 2016, PSEI naik 221 poin (3,09 persen) ditutup pada 7.369. Itu akhirnya akan melampaui 7.500, didukung oleh euforia dari pemilu damai. Investor menyambut pemilu 2016 yang umumnya damai dan tertib.  (WEB)

Baca Juga: KPU Tidak Akan Gunakan E-Voting dalam Pemilu 2024

Topik:

  • Ridho Fauzan

Berita Terkini Lainnya