Kurikulum Merdeka jadi Solusi Pemulihan Krisis Pembelajaran 

Dirancang untuk memberi keleluasaan dalam berinovasi

Jakarta, IDN Times - Rendahnya tingkat literasi membaca anak-anak Indonesia sebagaimana dilaporkan Programme for  International Student Assessment (PISA) dalam hasil surveinya tahun 2018 lalu cukuplah menjadi tolok  ukur bahwa kondisi pendidikan kita masih mengalami krisis pembelajaran. 

Apabila hanya dilihat dari sebaran murid di kota-kota besar, dampak dari krisis ini tidak akan terlalu terlihat. Namun,  jika dibandingkan peserta didik yang tersebar di pelosok daerah, ketimpangan tingkat literasi akan terlihat cukup tinggi. Hal ini didapat dari serangkaian penelitian yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudrsitek).

Plt Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kemendikbudristek, Iwan Syahril, menjelaskan bahwa kondisi ini semakin diperparah selama pandemik COVID-19 di mana peserta didik terpaksa menjalani segala aktivitas pembelajaran secara jarak jauh.

"Hal ini pun memicu terjadinya learning loss atau kemerosotan hasil belajar. Tidak sedikit para wali murid yang merasa kewalahan ketika mendampingi anak-anaknya melahap begitu banyak materi dan tugas tanpa pendampingan tatap muka dari guru," ujar Iwan.

1. 143.265 satuan pendidikan jalankan Kurikulum Merdeka

Kurikulum  Merdeka jadi Solusi Pemulihan Krisis Pembelajaran Ilustrasi Kegiatan belajar mengajar. (IDN Times/Gregorius Aryodamar P)

Menurut Iwan, hal tersebut membuat banyak wali murid terpaksa menempuh risiko tetap  menyekolahkan anaknya secara tatap muka meski situasi penyebaran virus saat itu masih belum terkendali.

Dia pun mengatakan, Kemendikbudristek menyadari jika krisis pembelajaran ini tidak segera dicarikan solusinya makan bisa berdampak pada penurunan kualitas pendidikan anak bangsa. "Sehingga pada 11 Februari lalu, Kemendikbudristek meluncurkan Kurikulum Merdeka sebagai upaya memulihkan pembelajaran di Indonesia," terangnya.

Pengimplementasian kurikulum ini diproyeksikan bakal dilakukan oleh satuan-satuan pendidikan dimulai dari tahun ini sampai 2024 mendatang. Berdasarkan data dari kurikulum.gtk.kemendikbud.go.id, tercatat sudah ada 143.265 satuan pendidikan yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka per 7 Agustus 2022.

Baca Juga: Ekosistem Teknologi Kemendikbudristek Bermanfaat bagi Pendidikan

2. Menyederhanakan pembelajaran

Kurikulum  Merdeka jadi Solusi Pemulihan Krisis Pembelajaran Dua orang guru sekolah dasar mengajar di rumah muridnya di Kelurahan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa (15/9/2020). ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

Kurikulum Merdeka merupakan penyempurnaan dari kurikulum darurat dan kurikulum prototipe yang merupakan bentuk penyederhanaan dari Kurikulum 2013 (Kurtilas). "Less is more," kata Dirjen Iwan yang menyampaikan bahwa kurikulum yang disederhanakan itu punya dampak lebih baik untuk pembelajaran. 

Selain lebih sederhana, Kurikulum Merdeka juga dirancang untuk memberikan keleluasaan bagi satuan pendidikan dalam berinovasi merancang rencana pembelajaran yang relevan bagi anak-anak didiknya. Dengan kurikulum ini, anak sekolah bisa leluasa belajar biologi di taman sembari menjadikan berbagai tumbuh-tumbuhan sebagai objek belajarnya. 

Cara belajar yang demikian merupakan salah satu kekhasan Kurikulum Merdeka di mana anak-anak bisa merasakan model pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan melalui pembelajaran berbasis proyek (PBP) atau project-based learning. Peserta didik pun tidak lagi mesti belajar di kelas sepanjang hari hanya dengan menggunakan satu medium belajar berupa buku. 

"Dengan Kurikulum Merdeka, para guru juga tidak mesti terbebani memenuhi kuota jam berbagai mata pelajaran dalam waktu sepekan karena pemenuhannya dihitung per tahun. Tentu, kurikulum yang esensinya lebih menyederhanakan pembelajaran ini memunculkan harapan dan optimisme pulihnya pendidikan kita," ujar Iwan lebih lanjut.

3. Satuan pendidikan diberi keleluasaan

Kurikulum  Merdeka jadi Solusi Pemulihan Krisis Pembelajaran Ilustrasi kegiatan belajar mengajar siswa-siswi SMA. (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Selain kemudahan yang diberikan dalam esensi kurikulumnya, satuan-satuan pendidikan pun diberi keleluasaan dalam pengimplementasiannya. Karena, implementasi Kurikulum Mandiri (IKM) tidak didorong untuk diseragamkan oleh kementerian. 

"Satuan-satuan pendidikan bisa mengukur tingkat kesiapannya terlebih dahulu sehingga  dapat memilih satu dari tiga opsi dalam pengimplementasian kurikulum ini secara mandiri," kata Iwan. 

Adapun tiga opsi tersebut adalah Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi, yang detail penjelasannya telah dipublikasikan di berbagai medium publikasi baik yang dikelola Kemendikbudristek atau melalui pemberitaan.

4. Kemendikbudristek siapkan lima strategi

Kurikulum  Merdeka jadi Solusi Pemulihan Krisis Pembelajaran Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengunjungi SMP Negeri 7 Padang terkait implementasi Kurikulum Merdeka di SMPN 7 Padang, Selasa (2/8). (Dok. Kemendikbudristek)

Dari sisi pemerintah, Kemendikbudristek menyiapkan lima strategi untuk mendukung dan membantu satuan pendidikan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.

Strategi pertama adalah rute adopsi Kurikulum Merdeka secara bertahap, di mana satuan-satuan pendidikan difasilitasi untuk mengenali kesiapannya terlebih dahulu melalui asesmen dan pemberian umpan balik ke kementerian setelah tiga bulan pengimplementasian. 

Strategi kedua adalah penyediaan perangkat asesmen dan perangkat ajar dalam format digital berupa teks, modul ajar, contoh proyek, dan contoh kurikulum yang semuanya bisa digunakan dalam implementasi Kurikulum Merdeka. 

Strategi ketiga adalah penyediaan sumber pelatihan mandiri dan sumber belajar guru yang bisa diakses secara digital guna memudahkan tenaga pendidik dalam mengadopsi gaya dan model pengajaran yang relevan bagi anak murid. Semua itu telah disediakan dalam platform Merdeka Mengajar. 

Strategi keempat adalah pemfasilitasan komunitas belajar yang diinisiasi lulusan Guru Penggerak atau oleh sekolah itu sendiri. Komunitas ini bisa menjadi wadah saling berbagi terkait adopsi Kurikulum Merdeka yang harapannya bisa mengimbas ke sekolah-sekolah lain. 

"Strategi terakhir adalah penyediaan narasumber yang akan berbagi praktik baik ke sekolah-sekolah yang terbilang baru dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara mandiri. Narasumber  yang dimaksud bisa dari Sekolah Penggerak yang telah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kemendikbudristek atau Dinas Pendidikan di masing-masing daerah,"  beber Iwan.

5. UPT dan unit Kemendikbudristek lainnya harus bersinergi

Kurikulum  Merdeka jadi Solusi Pemulihan Krisis Pembelajaran Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengunjungi SMP Negeri 7 Padang terkait implementasi Kurikulum Merdeka di SMPN 7 Padang, Selasa (2/8). (Dok. Kemendikbudristek)

Mengenai strategi terakhir, pada 23-26 Juni lalu, sejumlah direktorat di lingkungan Kemendikbudistek melakukan rapat koordinasi terkait agenda penyuksesan IKM jalur mandiri yang dihadiri UPT, Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP), Balai Besar Guru Penggerak, Balai Guru Penggerak, dan UPT di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi dari berbagai daerah. 

Dalam kesempatan itu, para pimpinan memberikan arahan agar seluruh UPT dan unit  Kemendikbudristek lainnya saling bekerja sama untuk membantu pemerintah daerah dan  satuan pendidikan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.

Masing-masing UPT, baik UPT di bawah koordinasi Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen; UPT Ditjen Vokasi; atau UPT Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan, diberikan keleluasaan untuk menggunakan pendekatan dan strategi yang berbeda. Sehingga, Kurikulum Merdeka bisa terimplementasikan secara tepat.

"Harapannya, satuan-satuan pendidikan yang telah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka selama sedikitnya dua tahun bisa menularkan praktik baiknya ke sekolah-sekolah lain. Sehingga,  upaya pemulihan kualitas pembelajaran di Indonesia betul-betul terwujud," tutupnya. (WEB)

Baca Juga: Catat! Ini Keunggulan, Konsep, dan Arti Kurikulum Merdeka Belajar

Topik:

  • Ridho Fauzan

Berita Terkini Lainnya