Digelar secara Virtual, ARTJOG Direncanakan Dibuka Offline  

Jadi pembuktian seniman tetap produktif di masa pandemik   

Kota Yogyakarta, IDN Times - Festival seni ARTJOG yang rutin digelar setiap tahun akan diselenggarakan secara berbeda akibat pandemik corona.

ARTJOG MMXX Time (to) Wonder yang seharusnya digelar pada 23 Juli - 30 Agustus 2020 ditunda pelaksanannya hingga tahun depan. Untuk mengisi kekosongan acara, ARTJOG tahun ini tetap hadir melalui edisi khusus bertajuk ARTJOG: Resilience.

1. Sudah dihadirkan secara online dan direncanakan dibuka secara offline

Digelar secara Virtual, ARTJOG Direncanakan Dibuka Offline  Dari kiri ke kanan: Diwa Hutomo (moderator), Wawan Dalbo (pengelola PULANG ke UTTARA), dan Heri Pemad (Direktur ARTJOG) saat media gathering ARTJOG: Resilience di PULANG ke UTTARA, Sabtu (22/8/2020) - IDN Times/Rijalu Ahimsa

ARTJOG: Resilience sudah dibuka sejak 8 Agustus 2020 lalu melalui sistem online yang dapat diakses melalui web www.artjog.co.id. Festival itu akan diselenggarakan hingga 10 Oktober 2020. Penyelenggara ARTJOG berencana agar festival seni ini tetap bisa dikunjungi langsung secara offline.

Heri Pemad sebagai Direktur ARTJOG mengatakan ARTJOG: Resilience tidak hanya disajikan secara virtual, tetapi direncanakan bisa dikunjungi secara langsung agar pecinta seni bisa menikmati karya seni yang sesungguhnya.

"Kami tetap membuat pameran karya seperti biasa yaitu tetap idealnya dilihat langsung, dialami langsung, tidak hanya bicara mengenai karya di depannya, tapi ada di sekelilingnya, entah itu suasananya, ambience-nya, itu kita harus mengalami supaya mungkin lebih baik, lebih nyaman, lebih indah, atau pesannya yang lebih penting itu bisa sampai benar," ucapnya pada saat media gathering ARTJOG: Resilience di PULANG ke UTTARA, Sabtu (22/8/2020).       

Baca Juga: ARTJOG 2020 Dibuka, Sultan: Kreativitas Seni Tak Ada Matinya

2. Sarana menikmati karya seni dengan khusyuk di era kenormalan baru

Digelar secara Virtual, ARTJOG Direncanakan Dibuka Offline  Salah satu rekan media tengah menikmati karya-karya di ARTJOG: Resilience - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Heri menambahkan menikmati ARTJOG dalam kondisi kenormalan baru ini akan terasa lebih khusyuk. Pasalnya, pecinta seni tidak akan terganggu berjubelnya pengunjung ARTJOG seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

"Kebanyakan karya itu memang orang ingin menikmati lebih intim, dalam penerapan new normal sekarang ini pengunjung tentu akan lebih khusyuk, lebih bisa dekat dengan karya, tanpa terganggu berjubelnya penonton seperti ARTJOG sebelumnya," ucapnya.

Selain itu, adanya ARTJOG diharapkan bisa menjadi pelopor pemulihan ekonomi kreatif saat pandemik, sekaligus sebagai pembuktian bahwa event dapat berjalan di era kenormalan baru. 

3. Tema Resilience dipilih sebagai bentuk ketahanan ARTJOG di kala pandemik

Digelar secara Virtual, ARTJOG Direncanakan Dibuka Offline  Dari kiri ke kanan: Ignatia Nilu, Bambang Witjaksono, Santi Ariestyowanti dan Singgih S. Kartono (Murakabi Movement), dalam Media Preview ARTJOG: Resilience di Jogja National Museum, Sabtu (22/8/2020) - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Ignatia Nilu, kurator ARTJOG, memaparkan bahwa tema resilience dipilih sebagai semangat untuk terus bergerak dan terus menguji ketahanan ARTJOG dan seniman, sehingga mendorong publik untuk ikut terus bertahan hidup.

"Resilience ini lebih bicara tentang bagaimana semangat pertahanan atau adaptasi kita di masa pandemik ini, terutama seniman yang itu bisa menjadi pendorong untuk publik melihat karya-karya tersebut, dan kemudian mendorong publik untuk terus bertahan hidup," ungkap Nilu pada media preview ARTJOG: Resilience di Jogja National Museum, Sabtu (22/8/2020).

Nilu juga mengungkapkan bahwa kali ini metode kurasi karya-karya para seniman berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Para kurator kini mendatangi para seniman dan memilih karya yang mendekati tema resilience. Menurut Nilu, ARTJOG: Resilience kali ini total menghadirkan karya dari 78 seniman.

4. ARTJOG: Resilience sebagai pembuktian seniman tetap produktif di masa karantina

Digelar secara Virtual, ARTJOG Direncanakan Dibuka Offline  Salah satu karya bertema COVID-19 pada ARTJOG: Resilience - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Menurut Bambang Witjaksono, kurator ARTJOG, di masa pandemik ini seniman justru menjadi lebih fokus dan memiliki waktu luang untuk membuat sebuah karya. ARTJOG: Resilience muncul sebagai sebuah wadah untuk menampung karya-karya para seniman yang berkarya selama masa karantina.

"Sebelum kami memutuskan untuk menggelar ARTJOG itu, kami juga sudah banyak ngobrol dengan pelaku seni termasuk seniman yang mereka itu tetap aktif di studionya, bahkan bisa lebih fokus di studionya membuat karya-karya baru, baik itu bertema COVID maupun tema yang lain. Itu yang kami pikir perlu diwadahi melalui event, dan kemudian kami berpikir bagaimana ARTJOG diselenggarakan untuk juga sama-sama menggaungkan semangat itu," ucapnya saat media preview ARTJOG: Resilience.

Karya yang dipamerkan di dalam ARTJOG: Resilience offline pun sedikit berbeda. Kali ini ARTJOG: Resilience meniadakan karya yang bersifat interaktif dan lebih banyak karya-karya dua dimensi, seniman pun dipilih melalui undangan dan dipilih yang mudah dijangkau, serta dilakukan peniadaan tema karya, meminimalisir karya yang sifatnya instalatif, mekanikal, computerized, interaktif, dan membuat batasan pada ukuran karya.

"Kami memang sangat membatasi senimannya jadi tidak ada seniman aplikasi, semuanya undangan, dan kebanyakan Jogja, pertimbangannya adalah lebih gampang komunikasinya dan kemudian kalau satu area itu kan lebih terkontrol paling tidak ketika kemudian tentang kesehatan, keamanan persebaran COVID ini," tambah Bambang.

5. Murakabi Movement jadi salah satu program perpaduan karya seni offline dan online

Digelar secara Virtual, ARTJOG Direncanakan Dibuka Offline  Konsep bambu Murakabi Movement pada ARTJOG: Resilience - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Selain itu ARTJOG: Resilience juga memiliki program baru yaitu Murakabi Movement. Murakabi merupakan sebuah gerakan lintas disiplin yang diusung oleh seniman, arsitek, intelektual, dan aktivis gerakan sosial.

Dengan mengusung semangat lokal dan kelestarian alam, Murakabi mencoba menyuguhkan gabungan unsur material dan spiritual yang terwujud dalam unsur sandang, pangan, papan, dan puisi.

Pada lantai 1 Jogja National Museum, pengunjung ARTJOG: Resilience akan disuguhkan dengan konsep ruangan penuh bambu karya Murakabi Movement.

Selain itu, setiap hari Minggu dini hari, Murakabi Movement juga mengajak publik untuk mengikuti sesi Ibadah Puisi-Hening Cipta bersama Joko Pinurbo dan Gunawan Maryanto dengan berinteraksi secara online, sehingga ARTJOG: Resilience selain menampilkan pameran secara fisik masih tetap memungkinkan untuk melakukan program interaktif meskipun secara online.

Baca Juga: ARTJOG 2020 Bakal Usung Edisi Khusus Resilience di Masa Pandemik

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya