Anak Hadapi Ancaman Krisis, Indonesia Posisi 9 Tertinggi di Dunia

Kemiskinan dan krisis iklim rebut hak-hak dasar anak

Jakarta, IDN Times - Save the Children Indonesia“Generation Hope” tahun 2022 mengungkapkan, Indonesia menduduki posisi peringkat ke-9 tertinggi di dunia dengan jumlah anak yang mengalami ancaman ganda. Ancaman tersebut berupa kemiskinan yang parah dan kondisi darurat iklim.

Data dan informasi ini diperoleh melalui survei dan dialog yang dilakukan terhadap anak 54 ribu dari 41 negara. Sebanyak 20 ribu di antaranya berasal dari Indonesia.

"Dijelaskan bahwa 59,8 persen anak merasakan perubahan iklim mempengaruhi lingkungan di sekitar mereka, serta 30,7 persen anak merasakan ketimpangan ekonomi yang mempengaruhi hak-hak dasar anak," ujar Save the Children Indonesia dalam keterangan tertulis, Jumat (30/12/2022).

Baca Juga: 185 Pengungsi Rohingya Mendarat Lagi di Aceh, Ada 32 Anak-Anak 

1. Gagal panen menyebabkan pemasukan keuangan semakin anjlok

Anak Hadapi Ancaman Krisis, Indonesia Posisi 9 Tertinggi di DuniaIlustrasi Pohon Cabai Rawit (Cengek) (IDN Times/Daruwaskita)

Hal itu juga dibuktikan dengan pengakuan seorang anak petani asal Jawa Barat, bernama Amat yang kini berusia 17 tahun. Amat menceritakan, dirinya sudah mengakhiri pendidikannya saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Kini sehari-hari ia bekerja membantu sang Ayah menanam cabai. Hanya saja karena cuaca buruk yang sering terjadi belakangan ini, tanamannya sering gagal panen sehingga pemasukan keuangan pun menurun.

“Saya sudah putus sekolah sejak SMP, Saya bekerja membantu bapak menanam cabai, tapi cuaca sekarang tidak menentu dan sering menyebabkan gagal panen. Jangankan untuk sekolah lagi, untuk makan sehari-hari aja saya cukup-cukupin," kata Amat.

Baca Juga: Ekonominya Meroket, Begini Potret Kemiskinan di Maluku Utara

2. Krisis iklim merupakan krisis terhadap hak anak

Anak Hadapi Ancaman Krisis, Indonesia Posisi 9 Tertinggi di DuniaDok. Pribadi

Selain itu, salah seorang pria berprofesi Nelayan di Donggala, Sulawesi Tengah turut merasakan krisis iklim. Ia mengungkapkan, penangkapan ikan setiap hari semakin berkurang sehingga berdampak pada perekonomian, kesehatan, dan pendidikan keluarganya.

Terkait hal tersebut, Chief of Advocacy, Campaign, Communication, Media & MarkComm Save the Children Indonesia, Troy Pantouw menyimpulkan bahwa krisis iklim merupakan krisis terhadap hak anak-anak juga.

“Krisis Iklim adalah krisis terhadap hak-hak anak. Anak-anak terancam menghadapi kemiskinan jangka panjang, dan sangat berdampak pada hak pendidikan, kesehatan, dan perlindungan," tegas Troy Pantouw.

Baca Juga: Jordy: Memupuk Asa dan Mimpi Anak-Anak Papua dalam Keterbatasan

3. Krisis kemanusiaan terus meningkat apabila krisis iklim masih terjadi

Anak Hadapi Ancaman Krisis, Indonesia Posisi 9 Tertinggi di DuniaOrganisasi Save The Children (Dok. Pribadi)

Kemudian, organisasi peduli anak ini juga mengingatkan, krisis kemanusiaan serta biaya hidup bakal terus melonjak apabila krisis iklim dan ketimpangan tidak segera diatasi.

"Sekarang saatnya untuk melakukan aksi adaptasi dan mitigasi untuk memperbaiki keadaan dan memberikan masa depan yang lebih baik kepada anak-anak di Indonesia dan seluruh dunia," kata Troy.

Save The Children menyebut beberapa langkah prioritas yang dapat dilakukan dalam menangani peristiwa tersebut. Di antaranya yakni membatasi kenaikan suhu maksimal 1,5 derajat C, komitmen pendanaan iklim untuk mitigasi dan adaptasi yang berpihak pada anak.

"Kemudian, melibatkan anak-anak sebagai pemangku kepentingan yang setara dan agen perubahan utama dalam mengatasi krisis iklim dan lingkungan, termasuk membangun mekanisme dan platform yang ramah anak untuk memfasilitasi keterlibatan mereka dalam penyusunan kebijakan iklim oleh pemerintah," jelas Save the Children Indonesia.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya