Generasi Milenial dan Gen Z Mampu Jadi Agen Perubahan Tangani Sampah

Produsen wajib meminimalisasi volume timbulan sampah

Jakarta, IDN Times - General Manager Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO), Zul Martini Indrawati, mengatakan, generasi milenial dan generasi Z (Gen Z) mampu menjadi agen perubahan dalam menangani sampah.

Hal itu disampaikan Zul Martini dalam program 'Ngobrol Seru' yang diselenggarakan IDN Times secara daring, Senin (16/1/2023).

“Mereka bisa menjadi agent of change, mulai dari diri sendiri untuk memberikan kontribusi bagaimana mengurangi sampah dengan menerapkan praktek 3R (Reduce, Reuse, Recycle),” kata Martini, dikutip IDN Times, Selasa (17/1/2023).

Baca Juga: Tata Kelola Sampah Belum Merata, Sungai Indonesia Banjir Mikroplastik

1. Menerapkan 3R memang tidak mudah

Generasi Milenial dan Gen Z Mampu Jadi Agen Perubahan Tangani Sampahilustrasi daur ulang limbah plastik menjadi produk baru (freepik.com/storyset)

Martini mengaku bahwa mempraktikkan prinsip 3R dalam kehidupan sehari-hari memang bukan hal yang mudah. Namun, ia yakin generasi milenial dan Gen Z punya semangat tinggi dalam menjaga lingkungan.

"Kunci utamanya yaitu memulai dari diri sendiri dan itu menjadi fondasi yang kuat untuk menjaga bumi kita tercinta,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Pengurangan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sinta Sapatarina, mengatakan, produsen seluruh produk juga wajib menerapkan 3R.

"Kami mendorong para produsen menjual produknya, misalnya, dengan opsi produk tanpa kemasan atau isi ulang,” kata Sinta.

Baca Juga: Warga Pesisir Jakut Dapat Sosialisasi Pentingnya Daur Ulang Sampah

2. Beberapa produsen kecantikan mulai peduli terhadap penanganan sampah

Generasi Milenial dan Gen Z Mampu Jadi Agen Perubahan Tangani SampahCEO The Body Shop, Aryo Widiwardhono. IDN Times/Anggun Puspitoningrum.

Sinta menyebutkan, ada beberapa produsen produk kecantikan ternama yang mulai peduli dengan penanganan sampah. Hal ini ia sampaikan lantaran program 'Ngobrol Seru' tersebut membahas masalah sampah produk kecantikan terutama skincare.

“Saya boleh menyebut merek ya. Seperti The Body Shop sudah menyediakan opsi dengan penjualan isi ulang," kata Sinta.

Kemudian, kata dia, produsen Wardah dan L'oreal juga telah menyusun peta jalan pengurangan sampah seperti diatur dalam Permen Nomor 75 Tahun 2019.

Permen ini mewajibkan setiap produsen untuk meminimalisasi volume sampah, baik dari produk maupun kemasannya yang mereka jual. 

“Kita ingin produsen-produsen lain bisa mengikuti,” ujarnya.

Baca Juga: Viral Mobil Tinja Buang Limbah Depan Halte Dukuh Atas, DLH: Kami Buru 

3. Generasi Milenial dan Gen Z mampu mengurangi sampah kemasan produk kecantikan

Generasi Milenial dan Gen Z Mampu Jadi Agen Perubahan Tangani Sampahilustrasi make up (https://www.pexels.com/id-id/@cottonbro)

Sinta juga menyinggung bahwa sebagian besar produk kecantikan yang dipasarkan di Indonesia masih menggunakan kemasan plastik.

Kendati demikian, ia yakin kaum milenial dan Gen Z dapat mengambil langkah nyata untuk mengurangi sampah kemasan produk kecantikan.

“Kalau bisa diupayakan dicegah adanya timbulan sampah, misalnya dengan membeli produk isi ulang. Kalau tidak bisa dicegah, pastikan sampah tidak dibuang ke lingkungan atau Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)," ujarnya.

"Kita cari bank sampah terdekat atau start-up yang mengumpulkan sampah kemasan sehingga nanti bisa diolah “ lanjut dia.

4. 52 persen responden tidak mengetahui sampah produk kecantikan dapat mengubah iklim

Generasi Milenial dan Gen Z Mampu Jadi Agen Perubahan Tangani Sampahwomantalk.com

Sebagai informasi, topik dalam program 'Ngobrol Seru' tersebut dipilih karena angka pemakaian skincare melambung tinggi selama pandemik COVID-19, terutama pada kaum perempuan. 

Berdasarkan hasil riset yang melibatkan 500 orang pembaca IDN Times, diketahui bahwa produk kecantikan yang paling banyak dibeli saat pandemik yakni skincare dengan angka menduduki angka 68 persen.

Sedangkan, bodycare sebesar 17 persen dan make-up dekoratif sebesar 15 persen. Hanya saja, tercatat sebanyak 72 persen responden membuang limbah kemasan produk kecantikan yang mereka pakai ke tempat sampah. 

Selain itu, mayoritas 52 persen responden mengaku tidak tahu jika sampah produk kecantikan bisa memicu perubahan iklim.

Baca Juga: Jadi Kota Berketahanan, Ini Upaya DKI Jakarta Hadapi Perubahan Iklim

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya