Korban Semeru Mengadu ke Komnas HAM, Begini Tanggapan Bupati Lumajang

Bupati Thoriqul menyebut tak perlu menyalahkan siapa pun

Jakarta, IDN Times - Bupati Lumajang, Thoriqul Haq menanggapi aksi tiga korban erupsi Gunung Semeru asal Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur, yang mengadu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Senin, 11 Juli 2022. Thoriqul mengatakan korban erupsi tidak perlu menyalahkan siapa pun.

Thoriqul mengaku kerap kali disebut mengabaikan aduan korban erupsi Semeru atas kerusakan permukiman, yang diduga disebabkan salah satu perusahaan tambang pasir saat Semeru erupsi pada 4 Desember 2021.

"Pendapat saya, material erupsi Semeru yang turun dengan estimasi 64 juta kubik adalah benar bencana, tidak perlu menyalahkan siapa pun," kata Thoriqul, kepada IDN Times, Selasa, 12 Juli 2022.

Baca Juga: Jalan Kaki ke Jakarta, 3 Korban Erupsi Semeru Curhat Masalah Tambang

1. Bupati Thoriqul berupaya menata kelola pertambangan di Lumajang

Korban Semeru Mengadu ke Komnas HAM, Begini Tanggapan Bupati LumajangBupati Lumajang, Thoriqul Haq saat memenuhi panggilan Polda Jawa Timur, Kamis (9/7/2020). IDN Times/Ardiansyah Fajar

Terkait tindak lanjut permasalahan ini, Thoriqul selaku Bupati Lumajang terus berupaya menata kelola seluruh pertambangan pasir di wilayahnya.

Masalah pengawasan, Thoriqul mengatakan, Pemda Lumajang hanya bisa mengawasi keterlibatan yang berkenaan dengan fungsi daerah, selebihnya sudah menjadi tanggung jawab Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Tahapan kami saat ini menata tata kelola pertambangan pasir, realisasi jalan tambang, stockpile pasir terpadu, penataan armada truk pasir. Untuk pengawasan fungsinya ada di inspektur tambang Kementerian ESDM," ungkap dia.

"Pemda bisa melakukan pengawasan yang bersifat tugas keterlibatan yang berkenaan dengan fungsi daerah. Fungsi penindakan terus dilakukan bagi para penambang yang tidak memiliki izin tambang. Yang diadukan oleh sebagian warga Sumberwuluh adalah human error bencana," lanjut Thoriqul.

2. Tiga warga Sumberwuluh jalan kaki ke Jakarta sebagai langkah perjuangan

Korban Semeru Mengadu ke Komnas HAM, Begini Tanggapan Bupati LumajangTiga korban erupsi gunung semeru mengadu ke Komnas HAM RI(Dok. Humas Komnas HAM RI)

Mengenai tiga korban erupsi Gunung Semeru yang berjalan kaki dari Lumajang ke Jakarta, Thoriqul mengapresiasi tindakan tersebut sebagai langkah perjuangan mereka.

"Jalan kaki ke Jakarta bagus, sebagai langkah berjuang sebagaimana argumentasi dari keyakinannya bahwa bencana akibat human error dari (perusahaan tambang)," ucap dia.

"Dan, harus segera ada keputusan apakah benar bencana erupsi Semeru yang mengakibatkan sebagian warga di Sumberwuluh terkena dampak itu benar-benar human error," lanjut Thoriqul.

Baca Juga: Kehidupan Terancam, Korban Erupsi Gunung Semeru Mengadu ke Komnas HAM

3. Nekat berjalan kaki ke Jakarta karena suara tidak didengar Pemda Lumajang

Korban Semeru Mengadu ke Komnas HAM, Begini Tanggapan Bupati LumajangSupangat, salah satu warga Desa Sumbewuluh yang berjalan kaki ke Jakarta (Dok. Humas Komnas HAM RI)

Tiga korban erupsi Gunung Semeru yang datang dari Lumajang ke Jakarta, menyampaikan suaranya kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di gedung Komnas HAM RI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 11 Juli 2022.

Ketiganya yakni Nur Kholic, Supangat, dan Mas Bud. Mereka berjalan dari Lumajang, Jawa Timur, ke Jakarta sejak 21 Juni hingga 5 Juli 2022.

Kedatangannya di Jakata didampingi Dimas Yemahura Alfaruq, selaku advokasi warga Sumberwuluh dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Damar Indonesia, dan Gozi, perwakilan dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).

Mereka nekat berjalan kaki ke Jakarta karena merasa suaranya tidak didengar Aparat Penegak hukum (APH) dan Pemda Lumajang.

"Kami sudah mulai memperingati dari 23 Februari 2021, artinya jauh dari sebelum itu kami sudah mendatangi polsek, polres, dan Pemkab Lumajang untuk melaporkan hal tersebut. Laporan kami belum ada tindaklanjut terkait human error," ujar Nur Kholic.

"Kalau ke bupati sudah sering, ke Pemkab, DPRD sampai bosan kami. Makannya kami sampai merasa sudah gak ada lagi tempat, kecuali kami berjalan. Walau pun kami seadanya berjalan, kami sudah mengumpulkan tekad kami untuk berjalan menahan semua kelaparan," lanjutnya.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya