Profil PDI Perjuangan: Sejarah, Visi Misi, dan Perolehan Suara

PDI Perjuangan bangkit kembali sejak Pemilu 2014

Jakarta, IDN Times - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) merupakan partai politik (parpol) pembaruan dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang didirikan pada 10 Januari 1973 silam.

Seperti yang diketahui, partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri tersebut tengah memegang bangku kekuasaan di pemerintahan Indonesia saat ini.

PDI sendiri adalah gabungan dari lima parpol yaitu Partai Nasionalis Indonesia (PNI) yang didirikan Ir. Sukarno pada 4 Juli 1927 , Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), dan Partai Katolik.

Kesuksesan PDIP dalam merebut bangku kekuasaan tidaklah semata-mata terjadi begitu saja. Partai berlogo banteng hitam ini melewati berbagai macam rintangan. Berikut profil PDIP yang telah dirangkum IDN Times, Sabtu (4/1/2023).

Baca Juga: Politikus PDIP Ungkap Alasan Megawati Belum Umumkan Capres PDIP

1. Megawati mengganti nama PDI menjadi PDIP

Profil PDI Perjuangan: Sejarah, Visi Misi, dan Perolehan SuaraKetua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

Mengutip situs resmi PDIP Lampung, pdiperjuanganlampung.id, Megawati Soekarnoputri terpilih menjadi Ketum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI secara de jure pada 1993. Kendati, pemerintah rezim orde baru (orba) tidak setuju atas dinobatkannya Megawati sebagai Ketum sehingga munculah konflik internal.

Konflik terus berlangsung hingga diadakan Kongres pada 22-23 Juni 1996 di Asrama Haji Medan. Perseteruan antara PDI kubu Megawati dengan pemerintah semakin panas ketika pemerintah Suharto mengukuhkan Suryadi sebagai Ketum DPP PDI. 

Puncaknya, pada 27 Juli 1996 pendukung Mega menggelar Mimbar Demokrasi di halaman kantor DPP PDI, Jalan Diponegoro Nomor 58, Jakarta Pusat. Kubu Suryadi dan Megawati bentrok saat kegiatan itu berlangsung dan memakan banyak korban jiwa. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan peristiwa 'Sabtu Kelabu 27 Juli'.

Saat era reformasi 1998, Megawati kembali mendapat tempat di PDI dan diakui sebagai ketum. Pada 1999, Megawati mengganti nama PDI menjadi PDI Perjuangan (PDIP), yang kemudian dideklarasikan pada 14 Februari 1999 di Istora Senayan, Jakarta. Pergantian nama tersebut dilakukan agar PDI versi Megawati bisa ikut pemilu 1999.

Baca Juga: PDIP Mulai Sorot Suara Gen Z di 2024: Kami Isinya Bukan Orang Tua

2. PDIP bangkit sewaktu Pemilu 2014

Profil PDI Perjuangan: Sejarah, Visi Misi, dan Perolehan SuaraPresiden Jokowi dan Megawati tiba di Rakernas PDIP, Sekolah Partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan. (dok. PDIP)

Nama PDIP mulai melejit kembali usai memenangkan Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 dengan mengusung Gubernur DKI Jakarta saat itu, Joko "Jokowi" Widodo sebagai presiden. PDI-P pertama kali mengikuti pemilihan presiden (pilpres) pada 1999. Namun, partai ini malah suara oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kala itu.

Tidak merasa kapok, akhirnya PDI-P kembali mengikuti pilpres 2004. Dalam hal ini Megawati menggandeng tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Muzadi untuk berduel dengan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK). Mega kalah telak, hanya mendapatkan suara kurang dari 40 persen.

Pada pemilu 2009, PDIP berkoalisi dengan Partai Gerindra besutan Prabowo Subianto. Saat itu, Mega-Prabowo mesti bertanding melawan pasangan SBY- Boediono dan JK-Wiranto. Sayangnya, Megawati lagi-lagi tak berhasil.

Belajar dari pengalaman pemilu sebelumnya, pilpres 2014, PDIP mengubah strategi. Mega tidak lagi maju sebagai calon presiden(capres). PDI-P mengusung Jokowi sebagai capres didampingi Jusuf Kalla untuk melawan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Akhirnya, Jokowi-JK berhasil mengalahkan lawannya tersebut. Hal ini kembali terjadi pada pemilu 2019, yang mana Jokowi berhasil menjadi presiden lagi dengan wakil K.H Ma'ruf Amin.

Baca Juga: Kejutan di HUT PDIP, Ganjar: Bu Mega Kepengin PDIP Menang Hattrick

3. Perolehan suara PDIP di pileg

Profil PDI Perjuangan: Sejarah, Visi Misi, dan Perolehan SuaraANTARA FOTO/Rosa Panggabean

Catatan perolehan suara PDIP mulai dari pemilu legislatif (pileg) 1999 hingga 2014 tentu tak berjalan mulus. PDIP memperoleh 27.053.961 suara pada pileg 2019. Raihan suara PDIP setara dengan 19,33 persen dari total 139.971.260 suara sah. Dengan perolehan itu, PDIP memenangkan pileg untuk dua kali secara berturut-turut.

Perolehan suara PDIP kali ini meningkat dari Pileg 2014. Saat itu, PDIP memboyong 23.681.471 suara atau 18,95 persen suara sah, dengan perolehan 109 kursi di DPR.

Perolehan itu mengalami kenaikan setelah Pemilu 2009 yang hanya mendapatkan 14,03 persen suara dengan perolehan 95 kursi di DPR. Ini menjadi catatan perolehan suara dan kursi paling sedikit sepanjang perjalanan PDIP.

Karena pada Pemilu 2004, suara PDIP sempat berada di angka 18,53 persen dengan capaian 109 kursi di DPR. Namun, angka ini pun masih turun jika dibandingkan dengan pemilu sebelumnya pada 1999.

4. Visi dan Misi PDIP

Profil PDI Perjuangan: Sejarah, Visi Misi, dan Perolehan SuaraKetua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri (YouTube/PDI Perjuangan)

Visi PDIP berdasarkan amanat pasal 6 Anggaran Dasar Partai PDI Perjuangan yang menyebut bahwa Partai adalah:

  • Alat perjuangan guna membentuk dan membangun karakter bangsa berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945;
  • Alat perjuangan untuk melahirkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ber-Ketuhanan, memiliki semangat sosio nasionalisme, dan sosio demokrasi (Tri Sila);
  • Alat perjuangan untuk menentang segala bentuk individualisme dan untuk menghidupkan jiwa dan semangat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Eka Sila);
  • Wadah komunikasi politik, mengembangkan dan memperkuat partisipasi politik warga negara; dan
  • Wadah untuk membentuk kader bangsa yang berjiwa pelopor, dan memiliki pemahaman, kemampuan menjabarkan dan melaksanakan ajaran Bung Karno dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sedangkan, misi PDIP adalah muatan hidup yang diemban oleh partai, sekaligus menjadi dasar pemikiran atas keberlangsungan eksistensi Partai, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 7,8, 9 dan 10 Anggaran Dasar Partai.

Topik:

  • Anata Siregar
  • Sunariyah
  • Rochmanudin
  • Eddy Rusmanto

Berita Terkini Lainnya