[BREAKING] Mengenal Bahtiar Effendy, Cendekiawan Pemersatu Umat Muslim

Bahtiar juga pendiri Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat

Jakarta, IDN Times - Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bahtiar Effendy hari ini, Kamis (21/11) pukul 00.00 WIB meninggal dunia di Rumah Sakit Islam Jakarta, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Selain menjabat sebagai ketua PP Muhammadiyah, Bahtiar juga merupakan guru besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta).

Dilansir ppim.uinjkt.ac.id, Bahtiar dikenal sebagai seorang pakar dan pengamat politik serta cendekiawan Muslim yang telah memberikan sumbangsih besar di dunia akademik internasional maupun nasional. Ia juga merupakan salah satu pendiri Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM), dan dinobatkan sebagai salah satu anggota Dewan Penasihat PPIM UIN Jakarta.

Pria kelahiran Ambarawa 10 Desember 1958 ini sempat menempuh pendidikan SMA di Pondok Pesantren Pabelan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di IAIN Jakarta dan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perbandingan Agama pada 1986.

Bahtiar memiliki dua gelar tingkat Master untuk Kajian Asia Tenggara, yang ia dapatkan dari Ohio University di Athens pada 1988, dan Ilmu Politik dari Ohio State University di Columbia pada 1991 serta memperoleh gelar doktor tiga tahun kemudian untuk program studi dan universitas yang sama.

Bahtiar banyak menuangkan gagasan mengenai kondisi politik-religi di Indonesia. Anggota American Political Science Association sekaligus Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia ini telah menulis di banyak media massa dan lebih dari 15 buku. Bahtiar juga merupakan anggota aktif Asosiasi Ilmu Politik Indonesia, sekaligus Guru Besar Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Jakarta.

Di berbagai forum nasional maupun internasional, Bahtiar juga dikenal sebagai sosok pemersatu umat Islam, khususnya antara Sunni dan Syiah. Ketua PP Muhammadiyah bidang Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri, itu menyatakan segenap komponen Muslim seharusnya bisa bersatu. Sebab, mereka telah diikat banyak kesamaan, dan perbedaan yang ada hanyalah persoalan pemahaman.

“Kita berusaha untuk menyatukan antara Sunni dan Syiah melalui dialog-dialog yang positif dan konstruktif, di sisi lain kita juga akan membangun dan mengembangkan rasa ukhuwah islamiyah dengan kelompok-kelompok lain,” ujar Bahtiar seperti dilansir suaramuhammadiyah.id, 2 Desember 2016.

Dalam acara Konferensi Internasional Negara-Negara Islam yang berlangsung di gedung Nusantara V MPR RI itu, Bahtiar sempat mengungkapkan keheranannya dengan sikap umat Muslim yang sulit bersatu. Dia menilai hal itu tidak rasional, sebab perbedaan pemahaman, aliran, dan mazhab tidak akan pernah selesai, tanpa adanya dialog yang tulus untuk saling memahami dan menghargai perbedaan.

“Kenapa kita bisa berhubungan baik dengan agama-agama berbeda tetapi dengan kalangan penganut-penganut mazhab Islam sendiri susah bersatu, ini agak tidak masuk akal,” kata Bahtiar.

Menurut Bahtiar keberadaan umat Islam yang terpecah-belah dan kerap terjadi konflik sektarianisme dianggap berisiko pada keterpurukan umat Muslim. Karena itu, kegiatan seperti dialog dan duduk bersama perlu dilakukan.

Baca Juga: [BREAKING] Wafat, Bahtiar Effendy Jabat Ketua Muhammadiyah Hingga 2020

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya