Hari Raya Nyepi, Filosofi hingga Pantangannya bagi Umat Hindu

Nyepi pada dasarnya untuk melepas sifat serakah manusia

Jakarta, IDN Times - Hari Raya Nyepi merupakan salah satu hari suci umat Hindu, yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Perayaan ini untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta).

Di Bali, perayaan Tahun Saka ini dirayakan dengan Hari Raya Nyepi berdasarkan petunjuk Lontar Sundarigama dan Sanghyang Aji Swamandala, atau biasanya jatuh pada Maret atau awal April.

Beberapa hari sebelum Nyepi, diadakan upacara Melasti atau Melis, yang dilakukan sebelum upacara Tawur Kesanga. Upacara Tawur Kesanga ini dilangsungkan sebelum dilaksanakan brata penyepian. Setelah Nyepi, dilangsungkan Ngembak Geni dan Dharma Santi.

Berikut fakta-fakta Hari Raya Nyepi, dilansir dari laman parisada.org.

Baca Juga: Hari Raya Nyepi, ASDP Tutup Penyeberangan dari Jawa dan Lombok ke Bali

1. Umat Hindu tidak boleh melanggar empat pantangan

Hari Raya Nyepi, Filosofi hingga Pantangannya bagi Umat Hinduilustrasi Hari Raya Nyepi (IDN Times/Aditya Pratama)

Sebagaimana dikutip dari buku "Yadnya dan Bhakti" oleh Ketut Wiana, terbitan Pustaka Manikgeni, Parisada Hindu Dharma Indonesia telah mengembangkan menjadi catur brata penyepian untuk umat Hindu pada umumnya yaitu amati geni, amati karya, amati lelungan, dan amati lelanguan.

Brata penyepian wajib dilakukan umat Hindu pada umumnya. Sedangkan, bagi umat yang telah memasuki pendidikan dan latihan yang menjurus pada kerohanian, pada saat Nyepi harus melakukan tapa, yoga, atau samadhi.

Amati Geni maknanya umat Hindu tidak boleh menyalakan api, termasuk memasak. Itu berarti melakukan upawasa atau puasa. Amati Karya berarti umat Hindu tidak boleh bekerja atau menyepikan indra.

Kemudian, Amati Lelungan bermakna umat Hindu tidak boleh bepergian saat Hari Raya Nyepi dan Amati Lelanguan umat Hindu tidak boleh mencari hiburan seperti menonton televisi.

2. Melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia

Hari Raya Nyepi, Filosofi hingga Pantangannya bagi Umat Hinduilustrasi Hari Raya Nyepi (IDN Times/Aditya Pratama)

Tujuan utama brata penyepian adalah untuk menguasai diri, menuju kesucian hidup, agar dapat melaksanakan dharma sebaik-baiknya menuju keseimbangan dharma, artha, kama, dan moksha.

Tujuan filosofis Hari Raya Nyepi pada dasarnya mengandung makna yang relevan dengan tuntutan masa kini dan mendatang. Melestarikan alam sebagai tujuan utama upacara Tawur Kesanga, tentunya merupakan tuntutan hidup masa kini dan mendatang.

Bhuta Yajña (Tawur Kesanga) mempunyai arti dan makna untuk memotivasi umat Hindu secara ritual dan spiritual, agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan. Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia atau memotivasi keseimbangan jiwa.

Manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil akan mengendap dalam jiwa. Karena itu, perbuatan mengambil perlu dimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas. Mengambil dan memberi perlu selalu dilakukan agar jiwa menjadi seimbang.

Pada prinsipnya, saat Nyepi, panca indra diredakan dengan kekuatan hati dan jiwa. Meredakan nafsu indra diharapkan dapat menumbuhkan kebahagiaan yang dinamis, sehingga kualitas hidup semakin meningkat.

Baca Juga: Sambut Nyepi, Ribuan Umat Hindu di Yogya Gelar Upacara Melasti

3. Pelaksanaan upacara Melasti

Hari Raya Nyepi, Filosofi hingga Pantangannya bagi Umat Hinduilustrasi Hari Raya Nyepi (IDN Times/Aditya Pratama)

Dalam rangkai Hari Raya Nyepi, terdapat upacara Melasti, yang dilakukan umat Hindu antara empat atau tiga hari sebelum nyepi. Di Bali, umat Hindu melaksanakan upacara Melasti dengan mengusung pralingga atau pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya dengan hati tulus ikhlas, tertib dan hidmat, menuju samudra atau mata air lainnya yang dianggap suci.

Upacara Melasti dilaksanakan dengan melakukan persembahyangan bersama menghadap laut. Setelah upacara Melasti usai dilakukan, pratima dan segala perlengkapannya diusung ke Balai Agung di Pura Desa.

Upacara Melasti ini jika diperhatikan identik dengan upacara Nagasankirtan di India. Dalam upacara Melasti, pratima yang merupakan lambang wahana Ida Bhatara, diusung keliling desa menuju laut dengan tujuan agar kesucian pratima itu dapat menyucikan desa.

Sedangkan upacara Nagasankirtan di India, umat Hindu berkeliling desa, mengidungkan nama-nama Tuhan (Namas-maranam) untuk menyucikan desa yang dilaluinya.

Dalam rangkaian Nyepi di Bali, upacara yang dilakukan berdasarkan wilayah adalah sebagai berikut: di ibukota provinsi dilakukan upacara tawur. Di tingkat kabupaten dilakukan upacara Panca Kelud. Di tingkat kecamatan dilakukan upacara Panca Sanak. Di tingkat desa dilakukan upacara Panca Sata. Dan di tingkat banjar dilakukan upacara Ekasata.

Rangkaian Hari Raya Nyepi di luar Bali dilaksanakan berdasarkan desa, kala, patra dengan tetap memperhatikan tujuan utama hari raya yang jatuh setahun sekali itu. Artinya, pelaksanaan Nyepi di Jakarta misalnya, tidak bisa dilakukan seperti di Bali. Kalau di Bali, tak ada kendaraan yang diperkenankan keluar, kecuali mendapat izin khusus, namun di Jakarta hal serupa jelas tidak bisa dilakukan.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya