Ketika Sandiaga 'Dijebak' Jurnalis Senior Bin Galak di IMS 2019

Sandiaga berkali-kali kena jebakan

Jakarta, IDN Times - Setelah Wakil Presiden Jusuf Kalla membuka secara resmi ajang Indonesia Millennial Summit 2019 by IDN Times yang digelar di Ballroom Kempinski, Sabtu, 19 Januari 2019, akhirnya dimulai pula sesi demi sesi diskusi di tiga ruangan yakni Nusantara, Garuda, dan Bhinneka.

Sandiaga kebagian jatah lebih awal mengisi acara diskusi millennial termegah di Tanah Air ini, ditemani moderator yang juga Pemimpin Redaksi IDN Times Uni Lubis.

"Terima kasih, selamat siang. Mudah-mudahan belum ngantuk. Atas nama IDN Times, saya pribadi ingin mengucapkan terima kasih atas kehadiran teman-teman semuanya," ujar Uni Lubis, mengawali acara diskusi ini.

Yuk, ikuti kelanjutan perbincangan dengan Sandiaga.  

1. Sandiaga bela-belain hadir di IMS 2019

Ketika Sandiaga 'Dijebak' Jurnalis Senior Bin Galak di IMS 2019Dok. IDN Times

Sebelum berbincang bersama Sandiaga, jurnalis senior itu menegaskan bahwa acara ini bukan bagian kampanye jelang Pilpres 2019. Acara ini digelar untuk mengedukasi millennial dan mencari solusi dari berbagai problematika di Tanah Air.

"Ini bukan kampanye sih, karena sebagai kewajiban redaksi yang objektif, berimbang, dan independen, kami mengundang kedua belah pihak. Yang merespons cepat adalah Sandiaga Uno. Calon wakil presiden nomor 02," ujar Uni, yang disambut riuh dan tepuk tangan hadirin.

"Thank you untuk Pak Cawapres Sandiaga Uno," lanjut Uni.

Sandiaga yang duduk didampingi Founder & CEO IDN Media Winston Utomo itu pun mesam-mesem, seraya tepuk tangan. Selang beberapa detik kemudian, dia bergegas ke panggung.

Perihal kampanye memang selalu menjadi catatan Uni Lubis dan redaksi IDN Times. Uni selalu wanti-wanti agar meja redaksi bersih dari keberpihakan pasangan capres-cawapres Pilpres 2019.

Alih-alih dianggap netral, bebarapa pekan belakangan ini IDN Times justru dicap sebagai pendukung salah satu pasangan calon. Lucunya, kubu Jokowi-Ma'ruf menganggap IDN Times mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga. Sebaliknya, menurut kubu pasangan capres-cawapres nomor 02, IDN Times dituding menyokong pasangan nomor urut 01.

Padahal, jika dibanding-bandingkan, sejumlah menteri dan orang-orang dekat Jokowi juga hadir di acara Indonesia Millennial Summit 2019. Sebut saja Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Bahkan, hadir juga Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Erick Thohir saat mendampingi Jusuf Kalla.

"Meski pun moderatornya nonmillennial, kita dibikin santai aja, ya. Sandi gak perlu pidato, karena aku yakin kemarin dia agak lama buat persiapan debat capres-cawapres. Kita bikin di sini ngobrol politik gak pakai ngegas," gurau Uni, seraya menempati tempat duduknya di hadapan Sandiaga, yang mengenakan kemeja biru muda itu.

"Terima kasih, mba Uni. Tadi ngerespons secepat itu karena terrified by Uni Lubis. Karena ini salah satu jurnalis senior yang paling galak," kelakar Sandiaga.

Sedikit mengenai Uni Lubis, di kalangan jurnalis dia memang dikenal galak. Ibarat pepatah, segarang-garangnya preman kalau sudah berhadapan dengan Uni Lubis, dia akan dibuat mati gaya. Apalagi kalau sudah bahas kode etik jurnalis dan kekerasan terhadap perempuan, gak ada kata ampun.

Meski dikenal galak, mantan ketua bidang di Forum Pempred dan anggota Dewan Pers itu baik hati. Selain suka mentraktir nonton film di bioskop, Uni juga hobi mentraktir makan rekan-rekan di redaksi.

"Jangan kayak orang susah," begitu guyonan yang selalu keluar dari mulut ibu anak satu itu, saat mentraktir.

Sandiaga kemudian menjelaskan alasan lain dirinya segera merespons dan menghadiri undangan ke acara Indonesia Millennial Summit 2019.

"Kedua, i really think this is such an important gathering and important summit. Buat saya ini penting untuk saya hadiri, dan saya tunda trip saya ke Surabaya last minute, karena saya ingin bersama teman-teman di sini," tutur Sandiaga, kembali disambut tepuk tangan hadirin.

Uni Lubis membenarkan ucapan Sandiaga. Menghadirkan narasumber untuk acara ini memang tidak mudah dan rumit. Beberapa di antara mereka tiba-tiba membatalkan hadir mendekati acara ini berlangsung.

Seperti Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno, Menteri Sosial Agus Gumiwang, dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya. Mereka harus mendampingi kunjungan  Presiden Joko 'Jokowi' Widodo yang berkunjung ke Jawa Barat.

Sementara, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang diperkirakan tak bakal hadir karena kunjungan Presiden Jokowi ke daerahnya, justru muncul di penghujung acara ini. Acara pun semakin meriah.   

"Bener banget, ini tricky banget untuk mengatur schedule para narasumber Indonesia Millennial Summit 2019 by IDN Times. Karena semuanya adalah pembicara top, orang penting yang sangat sibuk di weekend," ujar perempuan yang mengenakan batik merah itu.

Sebelum mulai diskusi, Uni Lubis mempromosikan Indonesia Millennial Report 2019, yang berisi hasil survei tentang millennial dari berbagai kota di Indonesia. Uni memamerkan dua buku hasil riset tersebut. Satu berukuran A3 dan satu lagi berukuran buku seperti pada umumnya.

"Yang versi millennial banget bisa dibeli di toko buku Gramedia, sejak 1 Februari. Jadi ini banyak gambar-gambar, karena millennial suka gambar-gambar, kan?" ujar Uni, seraya mengangkat buku berukuran kecil.

Diskusi pun dimulai. Pertama, Uni menanyakan tiga hal tentang hasil survei millennial tersebut kepada Sandiaga.

"Pertama, yang kita kutip omongan Pak Prijono Sugiarto, CEO Astra, ya. 'Bukan cuma di dunia atau Indonesia, di Astra 70 persen dari 250 ribu karyawannya ada di usia millennial. Cara berbisnis harus disesuaikan dengan millennial.' Menurut Anda bagaimana tuh? Kan Anda masih pengusaha juga, maski pun lagi cuti kampanye," tanya Uni, membacakan buku hasil survei.

Sandiaga pun menjawab. Dia mengaku sudah cuti permanen dari dunia bisnis, karena ia sekarang sudah mulai menekuni dunia politik. Dia meninggalkan dunia usaha sejak 2015.

"Saya sudah tinggalkan dunia usaha, dan sebetaulnya Pak JK mentor saya. Kenapa saya meninggalkan dunia usaha, karena saya khawatir kalau saya terus di dunia usaha dan berpolitik, Pak JK bilang, 'Politik baik, dunia usaha baik, berdagang baik, tapi jangan mencampurkan keduanya, karena nanti akhirnya memperdagangkan politik dan mempolitikkan dagang'," ujar Sandiaga, yang disambut tepuk tangan.

Sandi mengaku sudah berkunjung ke lebih dari 1.000 titik di Indonesia dan 70 persen bertemu kalangan millennial. "Di acara kami selain emak-emak itu millennial. Millennial itu merupakan generasi yang unik ya, menurut saya," kata dia.

Sandiaga sangat tertarik untuk segera membaca hasil survei Indonesia Millennial Report 2019, karena dari hasil survei internal tim Badan Pemenangan Nasional (BPN), 50 persen dari millennial tak suka dunia politik. Berbeda dengan hasil survei IMR 2019.

"Di situ (IMR 2019) 23 persen, ya. Ini merupakan tantangan buat politisi buat menarik para millennial ini," kata pria berdarah Gorontalo itu.

Kedua, menurut Sandiaga, millennial dalam menentukan pilihan politiknya tidak di awal. Mereka menunggu, seperti debat capres perdana pada 17 Januari lalu, millennial pada kalangan menengah ke bawah, mereka sangat tertarik meski durasi lebih dari dua jam.

"Ternyata millennial nonton debatnya sampai habis, dan mereka bilang akan menentukan pilihan setelah nonton lima debatnya. Ini menjadi menarik kalau angkanya di [Indonesia Millennial Report 2019] hanya 23 persen. Di kami 50 persen gak suka politik, nah ini berbahaya buat para politisi," ujar pengusaha di bidang keuangan itu.

"Itu digali gak kenapa mereka gak suka tertarik politik?" tanya Uni Lubis.

"Karena politisinya ngebosenin, dan isu yang diangkat tidak [relevan]," ucap Sandi.

"Anda termasuk yang ngebosenin gak?" timpal Uni.

"Saya berharap gak," kata Sandi, tertawa.

Sandi menyebutkan ada beberapa hal yang sebenarnya diangkat dalam survei millennial di kubu pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno jelang Pilpres 2019. Pertama, politisi harus memilik tiga hal agar menarik kalangan millennial, yakni harus artikulasi dan autentik.

"Mereka harus menyampaikan dengan jelas dalam waktu yang sangat pendek hal-hal yang menjadi pesan kunci. Kedua, harus relevan. Begitu sudah tidak relevan dengan millennial, bicaranya malah isu kolonial, ya ditinggalin. Terakhir, talkable, harus berpotensi untuk nyambung dan viral, hal yang seru buat mereka," papar Sandi.

"Ini buat tantangan nanti teman-teman yang bicara di forum politik. Kalau gak, millennial gak vote, padahal ini masa depan milik millennial. Betul kan?" sambung pria yang suka berolah raga itu.

2. 'Jebakan' untuk Sandiaga

Ketika Sandiaga 'Dijebak' Jurnalis Senior Bin Galak di IMS 2019Dok.IDN Times

Pertanyaan selanjutnya pada Sandiaga mengenai politisasi agama yang kian massif mulai jelang Pilkada DKI 2017. Uni pun meminta tanggapan Sandiaga.

"Aku alumni Pilkada DKI," celetuk Sandiaga, disambut tawa Uni Lubis.

"Udah gak lagi sekarang, I'm out of job," timpal Sandi, tertawa.

Uni kembali menimpali dengan pertanyaan, "Alumni 212 gak? Kita jebak dia."

"Eh, gak," jawab Sandi, sedikit gugup.

"Towards commonn belief, 212 –baik yang orginal, maupun yang ini– saya gak tahu, gak pernah [ikut], Allah ngatur sendiri. Saya gak hadir kebetulan sama Pak Anies waktu yang pertama, kita diperintahkan Pak Prabowo, gak boleh hadir. Waktu kampanye yang awal 2016. Tapi yang 212 reuni, Allah yang ngatur, tiba-tiba, saya gak tahu. Gak di Jakarta, saya tugas di luar Jakarta. Saya bukan alumni 212 tapi alumni Pigub DKI," beber Sandiaga.

Pertanyaan menarik lainnya pada Sandiaga adalah, sesuai hasil survei Indonesia Millennial Report 2019, 19,5 persen millennial menyatakan Indonesia lebih ideal menjadi negara khilafah.

"What do you think?" tanya Uni.

"Serius?" saut Sandiaga. "Gak kelihatan ya dari seribu kunjungan saya ke millennial. Pancasila udah gak tergoyahkan. Millennial merasa negeri kita sudah kaya raya. Sumber daya alamnya melimpah, sumber daya manusianya hebat-hebat, pinter. Mereka optimis. Mereka melihat Bhinneka, Pancasila, dan UUD 1945 sudah embedded di mereka."

Yang ada, lanjut Sandiaga, selama kampanye di ribuan titik tersebut ia hanya menemukan hal-hal simpel seperti lapangan pekerjaan. Karena mereka melewati masa transisi dari ekonomi masa lalu ke masa ekonomi kekinian. Karena itu, lapangan pekerjaan dan life skill untuk mendapat pekerjaan jauh lebih penting.

Hal lain yang ditemui Sandi selama berkampanye, tentang keluhan tingginya harga-harga kebutuhan. Apalagi, millennial sekarang ini kuota internet menjadi kebutuhan sehari-hari.

"Napasnya sinyal, makannya kuota. Mereka ini grup yang aneh banget, unik banget!" ujar Sandi, yang disambut tawa hadirin.

"Pangan, sandang, kuota," sindir Uni Lubis ke penonton yang hampir semuanya adalah kaum millennial.

"Ketinggalan dompet masih bisa ditangani, tapi ketinggalan power bank paniknya luar biasa," imbuh Sandi.

Sandiaga juga mengungkapkan perbedaan kaum millennial dengan generasi sebelumnya, yakni generasi X dan baby boomer, sebelum makan. Jika generasi lama akan lebih dahulu mencium aroma makanan yang akan disantap. Berbeda dengan generasi millennial, mereka akan mengabadikan lebih dulu makanan itu sebelum dimakan, untuk diunggah di media sosial.

"Gak bisa disandingkan dengan generasi sekarang. Ini yang membuat tantangan sekaligus peluang. Makanya saya optimistis, kita semua di sini, di Summit pertama, harus menghasilkan resolusi, millennial itu maunya apa untuk Indonesia? Bukan hanya lima tahun ke depan, tapi 20, 30, karena Indonesia harus menang," kata Sandi.

Jebolan Universitas George Washington, Amerika Serikat, itu
mengatakan Indonesia yang kaya raya memiliki 7 juta pengangguran. Belum lagi pengangguran di kalangan millennial yang lebih tinggi dari negara lain.

"Apa yang ingin millennial lakukan agar lapangan kerja tercipta? Kalau susah kerja, ngapain cari kerja, buka lapangan kerja dan jadi entepreneur. Ini yang saya harapkan dari Summit ini. Kalau saya lihat muka-mukanya berbinar-binar semua, calon pengusaha sukses semua," kata Sandi sambil melempar pandangan ke arah audiens.

Menegaskan pernyataan Sandiaga, Uni Lubis pun menyebutkan audiens yang umumnya millennial sangat antusias menghadiri acara Indonesia Millennial Summit 2019. Mereka sejak pukul 07.30 WIB sudah berada di lokasi acara ini.

Sandiaga juga mengapresiasi kepada millennial yang menghadiri acara tersebut. Sebab, menurut Sandi, sesuai hasil penelitiannya, kalangan millennial paling lama bisa fokus tujuh menit.

"Itu research kita juga," kata mantan Manajer Investasi Seapower Asia Investment Limited itu.

"Makanya di sini saya tidak membolehkan Anda untuk membahas yang tujuh menit itu," ucap Uni Lubis, yang kemudian memberikan kesempatan pengunjung bertanya kepada Sandiaga.

Baca Juga: IMS 2019: Cerita Jonan saat Diminta Jokowi Ambil Alih Freeport

3. Konsistensi hingga rahasia Sandiaga tetap bugar dipertanyakan

Ketika Sandiaga 'Dijebak' Jurnalis Senior Bin Galak di IMS 2019Dok. IDN Times

Seorang penanya bernama Tommy menanyakan kepada Sandi, soal komitmen untuk tetap 'setia' sebagai pendamping Prabowo Subianto pada Pilpres 2019. Sebab, belum lama memimpin DKI Jakarta saja sudah terbujuk sebagai cawapres.

"Saya ditunjuk, Tom. Saya gak hanya ditunjuk saat itu, dan ini first di Indonesia Millennial Summit saya sampaikan bahwa saya juga kaget pada saat itu. Jangankan masyarakat, saya aja juga kaget. Tapi pada saat begitu ditunjuk ada kebuntuan dalam proses penunjukkan wakilnya Pak Prabowo," ujar Sandiaga.

Usai penunjukkan itu, Sandiaga akhirnya bertemu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang juga sebelumnya menolak menjadi pendamping Prabowo pada Pilpres 2019, karena akan menuntaskan lima tahun kepemimpinan di DKI.

"Karena Pak Prabowo itu simpel banget kok, bahwa ini kesempatan untuk alih generasi, harus wakilnya lebih muda dari dia. Kedua, ini merepresentasikan apa yang diinginkan masyarakat Indonesia, harus menghormati pilihan rakyat Indonesia untuk menjadi lebih baik. Dia (Prabowo) bilang gak ada lagi yang diterima. Ada dari partai A, gak diterima partai B, ada dari partai B gak diterima partai C, gak ketemu-ketemu," beber Sandi.

Bicara kesetiaan, Sandiaga lalu mencontohkan hubungan dengan istrinya yang mengaku sudah berpacaran selama 13 tahun dan menikah 22 tahun. "Kalau saya, konsistensi itu penting. Selama konsistensinya mencintai negeri ini, kita ingin yang terbaik buat bangsa kita, kita betul-betul memastikan apa yang dicita-citakan oleh pendiri bangsa kita ini."

"Ya saya harus mengambil satu pilihan, dan waktu itu saya mengambil membantu Pak Prabowo untuk menghadirkan Indonesia yang adil makmur, itu menurut saya," lanjut dia.

Kendati, Sandiaga memberikan pilihan kepada millennial untuk melihat rekam jejaknya sebelum terjun ke dunia politik. Bagaimana konsistensinya saat membangun bisnisnya.

Menjawab pertanyaan soal tips agar tetap bugar meski penuh dengan agenda, Sandiaga membeberkan rahasianya. Kuncinya adalah rutin berolahraga. Sandi mengaku di mana pun berkampanye, dia selalu menyempatkan diri berolahraga.

"Mau itu di Sumenep, Labuhanbatu Selatan, pagi ada kesempatan, olah raga minimal 30 menit. Saya berpesan kepada millennial supaya bangsa kita berdaya saing, dan saya sudah lihat banyak millennial yang engage, mulai dari yang simpel-simpel aja renang, sepeda," kata Sandaga.

Bicara olahraga, Uni Lubis lantas menyinggung soal aksi Sandiaga saat bermain basket, yang videonya sempat beredar di media sosial.

"Itu pakai stuntman gak waktu three point itu?" tanya Uni.

Sandiaga tertawa, seraya menyebut, "Gak tuh, tapi jujur nyobanya berkali-kali. Jadi practice makes perfect. Gak semua tembakan masuk."

"Yang namanya politisi itu ada unsur pencitraanya juga, biasa itu," tegas Uni.

"Harus lah," saut Sandiaga.

"[Mantan Presiden AS] Barack Obama juga gitu, [Perdana Menteri Kanda] Justin Trudeau juga," Uni menambahkan.

"Harus itu, kan tadi saya bilang, millennial itu sukanya autentik," tutur Sandiaga.

Tips bugar kedua, kata Sandiaga, istirahat yang cukup. Tapi khusus Sandiaga, karena kesibukan barkampanye, belakangan ini bisa ke tempat tidur sekitar pukul 01.00 dan subuh harus bangun.

"Itu yang menjadi tantangan," kata dia.

Tips terakhir adalah mengonsumsi makanan yang sehat. Tapi belum selesai menjelaskan, Uni menunjuk botol minuman Sandiaga yang selalu dibawa kemana pun pergi. "Ini membantu saya," kata Sandiaga seraya mengangkat botol minuman berisi air lemon.

"Untung gak ada mereknya. Kalau ada, kita minta bayar," celetuk Uni Lubis.

"Jadi millennial harus sehat, harus kreatif, harus inovatif. Salah satu challenges juga, kalau kita gak sehat, biaya hidup kita akan gede dan kita gak akan membiayai biaya kesehatan yang semakin membeludak ya. Tapi kalau millennial sehat Indonesia akan juara," kata Sandi.

Penanya berikutnya adalah Fauziah, yang menanyakan dua hal. Pertama, rahasia Sandiaga melakukan public speaking yang bagus. Kedua, kenapa Sandiaga tidak menjadi capres saja, ketimbang Prabowo.

Mendengar pertanyaan tersebut, Sandiaga pun tertawa lebar. Uni Lubis juga turut menimpali guyonan dengan menanyakan nomor sepatu Fauziah, saat Sandiaga menanyakan ulang nama Fauziah.

"Kalau yang kedua, lebih baik tidak berkomentar, ya. Nanti saya dipecat lagi," kelakar Sandiaga, disambut tawa hadirin.

"Udah dipecat dari Gerindra, dipecat dari calon Wakil Presiden, nganggur bener, nih," imbuh pria berkaca mata itu.

Benar saja, Sandiaga akhirnya hanya menjawab pertanyaan kedua dari Fauziah. Dia mengatakan berbicara di depan publik harus dikuasai kalangan millennial. Generasi millennial juga harus memanfaatkan kesempatan dengan baik walau hanya semenit.

"Pengalaman saya waktu menjadi pengusaha, saya punya klien pertama Pak Dahlan Iskan. Jadi kesempatan saya untuk meyakinkan dia itu hanya ada di dalam lift. Dia bicara 'saya sibuk Sandi, kalau mau bicara sambil menuju ke mobil'. Kita harus mampu menyampaikan apa yang kita inginkan secara efektif dalam waktu yang sangat singkat," cerita Sandi.

Menanggapi pujian Fauziah soal gaya bicara dalam debat pertama Pilpres 2019, Sandiaga mengaku ada kerja keras dalam kesempatan uji capres-cawapres itu. Kesempatan yang sangat singkat membuat Sandiaga harus berpikir keras untuk memilih hal yang paling penting untuk disampaikan kepada publik.

"Pak Prabowo cuma kasih saya waktu tiga detik, mengenai transparansi dan akuntabilitas. Akhirnya saya pilih yang paling penting sekali, yaitu aset negeri ini yang begitu melimpah. Waktu DKI kemarin kita obrak-abrik aset sampai akhirnya ada Rp500 tiliun, saya jadi tahu Monas itu ada 70 haktare kalau nilai aset ada Rp70 triliun." kata Sandiaga.

"Tapi kalau yang kedua saya gak bisa jawab, ada keponakannya Pak Prabowo soalnya, deket-deket sini," gurau Sandi.

"Tapi buat teman-teman wartawan di sini, yang 'daripada dipecat' itu bisa buat judul, ya. Menarik itu," ujar Uni Lubis, disambut tawa Sandi dan hadirin.

4. Bisikan Sandiaga sambil memijit pundak Prabowo saat debat perdana Pilpres 2019

Ketika Sandiaga 'Dijebak' Jurnalis Senior Bin Galak di IMS 2019IDN Times/ ilyas listianto mujib

Menyinggung soal debat capres, Uni Lubis kembali 'menjebak' Sandiaga dengan menanyakan behind the scene saat Sandiaga memijit pundak Prabowo. "Ada kan Pak Prabowo kelihatan emosi, kemudian Cawapresnya mijit-mijitin. Itu sambil ngomong apa ya kalau boleh tahu?" tanya Uni, sambil mesam-mesem.

"Saya bilang, 'tarik napas', 'wuuusaaah'," jawab Sandi seraya menganggukan kepalanya.

"Saya gak bicara apa-apa, saya cuma tepuk-tepuk, karena kita berdiri 2 jam, hampir 2,5 jam, udah hampir di penghujung debat. Beliau usianya sudah hampir 70 tahun, pasti lelah ya. Pak Ma'ruf juga lelah, saya, Pak Jokowi, juga pasti lelah juga," kata Sandiaga.

"Jadi saya inisiatif saja memberikan pijat di pundaknya supaya menurunkan tensi sekaligus memberikan semangat. Tapi pada intinya kami berdua ya seperti itu. Saya kalau ketemu dia panggil bapak, dia panggil saya mas Sandi. Tapi biasanya kalau sudah ketemua tiga sampai empat menit kita udah kayak temen," lanjut Sandi.

Kurang puas dengan pertanyaan-pertanyaan jebakan sebelumnya, Uni Lubis kembali menanyakan soal kebiasaan Prabowo yang kerap memarahi wartawan.

"Pernah dimarahi Pak Prabowo, gak? Sama wartawan lebih dari satu kali marah. Terus kalau pidato kan... 'hueh!'" tanya Uni sambil mengepalkan tangan kanannya ke atas.

"Saya ini salah satu orang yang... saya pernah ya lihat dia marah ke saya itu gak pernah, karena tentunya ada alasan orang itu marah. Saya juga suka marah, tapi kita bagaimana mengekspresikan kan lain-lain. Pak Prabowo itu menurut saya sosok yang merepresentasi, mungkin millennial melihat sebagai sosok-sosok yang, mungkin bisa dibilang zaman old, tapi pada intinya ini generasi yang betul-betul merasakan kecintaannya pada RI," jawab Sandiaga.

Meski demikian, Sandiaga mengklaim, kaum millennial tidak semuanya menginginkan gaya kepemimpinan kekinian. Karena ada juga yang berharap sosok pemimpin seperti Prabowo Subianto.

"Jadi berbeda saja melihatnya dan semua orang punya preferensi masing-masing. Millennial sekarang ada yang suka tipe kepemimpinan yang berbeda dengan yang dulu, tapi ada juga yang suka sosok seperti Pak Prabowo, dan menurut data kami, figur itu juga menentukan," kata dia.

Pertanyaan lain soal alasan utama Sandi pensiun selamanya dari dunia bisnis, setelah masuk dunia politik, yang diutarakan Nanda. Sandiaga menjelaskan alasan terkuat adalah kekhawatiran adanya konflik kepentingan.

"Waktu saya di DKI saja saya merasakan, alangkah sulitnya menentukan pilihan, belum dengan orang-orang sekitar kita. Apalagi dengan kita. Kalau kita punya kepentingan, akhirnya akan sulit. Makanya keputusan itu bener-bener saya pikirkan di 2015. Kalau saya mau masuk politik, publik, gak bisa, saya harus tinggalkan bisnis," jawab Sandiaga.

Sandiaga lantas menceritakan kisahnya membangun bisnis mulai dari awal yang hanya mempekerjakan tiga orang sebagai perusahaan konsultan keuangan, hingga akhirnya menjadi perusahaan investasi yang mempekerjakan 30 ribu karyawan di seluruh wilayah Tanah Air.

"Tuhan sudah memberikan segalanya pada saya. Sekarang saatnya saya berkontribusi balik, caranya bagaimana? Dengan kiprahnya saya di politik dan berbagi kepada millennial, kepada anak muda, bahwa masa depan negeri ini penuh dengan potensi, optimisme," ujar dia.

Karena itu, Sandiaga menyarankan kepada generasi millennial, agar menjadi pemain, bukan sebagai penonton di negeri sendiri. Dia ingin agar anak muda turut membangun negeri ini mencari solusi masalah-masalah yang ada seperti memproduksi pangan, agar tidak mengimpor dari negeri lain.

"Negara yang kaya raya ini masa mengimpor beras?" ujar Sandiaga.

"Tapi kita tidak bisa 100 persen tidak mengimpor," kata Uni Lubis.

"Oh, gak bisa, Kita harus terbuka. Tapi kan kita punya kemampuan untuk memproduksi. Kalau kita bisa memproduksi kita gak usah mengimpor beras dan gula," kata Sandiaga.

"Jadi apa problemnya?" tanya Uni.

"Kita harus punya pemerintahan yang kuat, dengan pemimpin yang tegas, untuk memastikan sumber-sumber produksi ini bisa dikelola dengan baik. Nah, salah satunya adalah peran dari entrpreneurship. Saya ingin pengusaha kita sukses, saya ingin millennial-preneur. Millennial harus mampu menjadikan Indonesia menang," kata Sandi.

"Tetep ya ujungnya, masuk Pak Eko," sindir Uni pada Sandiaga, yang bernada kampanye hingga disambut tawa hadirin.

Menjawab pertanyaan lain yang tak kalah menarik, adalah soal rendahnya tingkat baca kalangan millennial. Menurut Sandiaga untuk meningkatkan literasi di Indonesia adalah membudayakan membaca sejak dini.

"Saya punya tiga anak, tantangan saya sendiri juga ingin membiasakan mereka membaca. Membaca mereka kan bukan lagi memakai buku, tapi iPad atau teknologi terkini. Itu yang perlu keteladanan dari pimpinan ke bawah, bahwa membaca itu important. Saya tidak akan melewatkan kunjungan saya ke daerah tanpa membaca buku. Karena kita tidak akan meningkatkan wawasan, nah, to lead is give example. Genarasi ke depan gak akan maju kalau gak membaca," kata Sandiaga.

Untuk membuktikan Sandiaga terkait kebiasaan membacanya itu, Uni pun menanyakan kepada Sandiaga, kapan buku terakhir dibaca sekaligus pengarangnya. Sandi pun berhasil menjawab dengan benar, meski sedikit gugup hingga lupa menjawab pertanyaan berikutnya. Hadirin pun tertawa.

"Ini lebih seru daripada melihat debat capres yang membaca catatan, kan?" gurau Uni.

"Oh, menurut saya itu gak seru. Saya mendorong [debat capres] ke depan gak usah dikasih kisi-kisi jawaban. Bebas aja, lebih enak, lebih natural. Karena kalau dikasih kisi-kisi, tim nyiapin, disiapin jawaban," kata Sandiaga.

"Salah ambil kertas [contekan]," celetuk Uni, yang diamini Sandiaga.

"Masih ada empat debat lagi, millennial ngomong, ke depan gak perlu lagi ada kisi-kisi jawaban. Bicara dari hati dan pikiran. Itu yang ditunggu rakyat Indonesia menurut saya," kata Sandi.

Terkait pertanyaan parlemen dan eksekutif, menurut Sandiaga, millennial harus masuk sebagai politisi di parlemen atau eksekutif melalui rekruitmen ASN, untuk memperjuangkan atau mengubah bangsa ini.

"Dan ke depan harus hati-hati, kalau kemudian apa yang menjadi tren
di sini (Indonesia Millennial Report 2019), kepala daerah, parlemen baca ini, karena ini menjadi referensi kita. Seperti apa bonus demografi kita di 2030, jangan-jangan begitu bonus demografi kita selesai, kita belum mentransformasi bangsa kita, ekonomi kita, terlambat," kata Sandiaga.

Meski sudah terjun ke dunia politik, terkadang Sandiaga masih belum percaya. Karena dunia usaha dengan politik sangat berbeda. Politik perubahannya sangat cepat.

"Di bisnis mencoba memastikan sesuatu yang lebih predictable, kalau di politik semakin unpredictable semakin menarik. Itu yang kadang-kadang saya masih harus bertransformasi," ujar dia.

Sebelum menutup diskusi ini, Sandiaga berpesan kepada millennial bahwa Indonesia akan menjadi negara yang hebat. Karena itu, generasi millennial harus menjadi pemain dan mengambil peran, khususnya di bidang ekonomi.

"Menjadi entrepreneur sukses, peluang itu banyak. Bisnis di bidang pangan, pakaian, energi, new technology, jadi terima kasih sudah diundang di sini," kata pria bernama lengkap Sandiaga Salahuddin Uno itu.

Tapi rupayanya Uni Lubis belum puas dengan pertanyaan soal debat capres pada 17 Januari lalu, di mana kubu Prabowo-Sandiaga cukup kalah telak perihal kuota kepemimpinan perempuan. Sebab di Kabinet Kerja Jokowi-Jusuf Kalla saat ini ada sembilan menteri perempuan.

"Saya mau tanya, kalau 02 menang, berapa perempuan yang akan ada di kabinet?" tanya Uni.

"Base on merit tentunya, saya ingin kader-kader terbaik, karena saya punya anak perempuan dua. Saya ingin mereka mendapat kesempatan yang sama. Saya sekarang lihat di dunia dunia usaha perempaun sudah menempati posisi tinggi, kita juga lihat di zamannya Presiden Jokowi, kita perlu apresiasi bahwa ada perempuan-perempuan yang terwakili di sana," kata Sandi.

Sandiaga berjanji jika pasangan Prabowo-Sandiaga menang pada Pilpres 2019, akan ada lebih banyak lagi jumlah keterwakilan perempuan dari kabinet sekarang ini.

"Saya jamin di bawah Pabowo-Sandi, kita harus meningkatkan peran perempuan dan harus lebih banyak dari sekarang. Dicatat ya, harus lebih banyak output, jangan dia ditunjuk karena kedekatannya dengan partai politik. Yang ada sekarang ini saya lihat bagus-bagus semua, saya kenal mereka, kita ubah dunia, karena kita punya perempuan-perempuan yang akan mengubah Indonesia," tutup Sandiaga.

Sebelum meninggalkan lokasi acara, Founder & CEO IDN Media Winston Utomo menyerahkan secara simbolis laporan hasil survei tentang millennial, Indonesia Millennial Report 2019, kepada Sandiaga.

5. Indonesia Millennial Summit 2019 menghadirkan lebih dari 50 narasumber

Ketika Sandiaga 'Dijebak' Jurnalis Senior Bin Galak di IMS 2019IDN Times/Ashari Arief

IDN Times menggelar Indonesia Millennial Summit 2019. Acara bertema "Shaping Indonesia's Future" ini berlangsung di Grand Ballroom Hotel Kempinski Jakarta pada 19 Januari 2019.

IMS 2019 menghadirkan lebih dari 50 pembicara kompeten di berbagai bidang, dari politik, ekonomi, bisnis, olahraga, budaya, lintas agama, sosial, lingkungan sampai kepemimpinan millennial.

Ajang millennial terbesar di Tanah Air ini dihadiri 1.500-an pemimpin milenial. Dalam IMS 2019, IDN Times juga meluncurkan Indonesia Millennial Report 2019.

Survei ini dilakukan IDN Research Institute bekerja sama dengan Alvara Research Center.Melalui survei yang melibatkan 1.400-an responden di 12 kota ini, IDN Times menggali aspirasi dan DNA milenial Indonesia.

Survei ini dilakukan pada 20 Agustus-6 September 2018 dengan margin of error 2,62 persen. Simak hasilnya di IMS 2019, dan ikuti perkembangannya di situs kami, IDN Times.

https://www.youtube.com/embed/pEhI4PQ2Qak

Baca Juga: Heboh Millennial di IMS 2019, Ridwan Kamil Jadi Magnet di Ujung Acara

Topik:

  • Rochmanudin
  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya