Kisah Mahasiswa S2 Jadi Relawan Penjemput Jenazah COVID-19 di Kediri

Rantao bergabung dengan Brigade Penolong

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 menggugah masyarakat untuk mengulurkan tangan atas nama kemanusiaan. Seperti Rantao Sutani, seorang relawan yang tergabung dalam tim Brigade Penolong.

Brigade Penolong adalah anggota Pramuka Kota Kediri, Jawa Timur, sebagai relawan kemanusiaan untuk menangani pandemik. Mereka yang tergabung dalam Brigade Penolong membuang rasa khawatir terpapar virus corona, dan lebih mengutamakan rasa kemanusiaan demi membantu sesama.

Rantao awalnya ditugaskan di ruang isolasi mandiri terpusat di gedung bekas Balai Latihan Kerja (BLK) Kota Kediri. Berawal dari penunjukan tugas dari Kwartir Cabang Kota Kediri, ia bersama kedua rekannya kini mendapat tugas menjemput jenazah COVID-19 sejak Juni 2021.

Bagaimana kisah Ranto sebagai relawan pandemik COVID-19?

Baca Juga: Cerita Ika Dewi, Srikandi Relawan COVID yang Rela Jadi Sopir Ambulans

1. Menjadi relawan Brigade Penolong atas panggilan rasa kemanusiaan

Kisah Mahasiswa S2 Jadi Relawan Penjemput Jenazah COVID-19 di KediriIlustrasi nakes pemakaman jenazah COVID-19 (IDN Times/Aldila Muharma-Fiqih Damarjati)

Seperti dilansir ANTARA, Senin, 23 Agustus 2021, Rantao mengajukan diri menjadi relawan Brigade Penolong. Selama bergabung di Brigade Penolong, ia mengaku banyak ilmu yang dipelajari sehingga diharapkan bisa membantu sesama dalam situasi pandemik.

Berawal dari rasa simpati, Rantao memutuskan mendaftarkan diri menjadi relawan. Harapannya bisa memberikan tenaganya untuk membantu bagi yang membutuhkan. Rasa kemanusiaan adalah yang penting baginya. Niatan itu disambut suka cita oleh petugas kesehatan di Kota Kediri, karena tenaga yang membantu semakin bertambah.

Rantao merasakan beban yang diemban petugas kesehatan di Kota Kediri semakin berat, karena jumlah kasus positif yang cukup tinggi, yang juga diikuti dengan banyaknya kasus kematian karena COVID-19.

Rasa kemanusiaan jadi alasan mahasiswa S2 ilmu hukum di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini menjadi relawan Brigade Penolong. Pada saat bersamaan ia sudah selesai seminar proposal tesis.

Rekan Rantao juga sudah lebih dulu menjadi relawan Brigade Penolong. Kini, dengan sumbangsih tenaganya, jumlah relawan juga semakin bertambah, sehingga petugas yang jaga pun bisa bergantian.

2. Mengabaikan rasa takut demi tugas kemanusiaan

Kisah Mahasiswa S2 Jadi Relawan Penjemput Jenazah COVID-19 di KediriIlustrasi ambulans (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Mengendarai mobil ambulans hal baru bagi Rantao, ia memberanikan diri terbiasa bersama jenazah. Dengan mobil ambulans, jenazah dibawa dari rumah sakit ke rumah duka.

Di lain hal, tak jarang Rantao juga merasa trenyuh melihat langsung duka keluarga dari jenazah yang diantar.

Beberapa kali rasa takut sempat membayangi Rantao saat bertugas. Ancaman terpapar COVID-19 di depan mata. Sempat terpikir juga bagaimana jika keluarganya terjangkit virus corona. Namun rasa takut itu diabaikannya demi tugas kemanusiaan.

"Rasa takut sempat ada, namun semuanya tertutup dengan rasa haru ketika sudah sampai rumah duka. Adanya tangis sedih keluarga mengiringi kepergian jenazah. Di situ rasa takut kami terkubur," ujar Rantao.

3. Brigade Penolong juga dilibatkan dalam kegiatan kemanusiaan lainnya

Kisah Mahasiswa S2 Jadi Relawan Penjemput Jenazah COVID-19 di KediriIlustrasi relawan tenaga kesehatan (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Kediri Marsudi Nugroho mengatakan Brigade Penolong sering dilibatkan dalam kondisi kegawatdaruratan.

Brigade Penolong beranggotakan Pramuka Penegak dan Pandega yang dilatih khusus di bidang pencarian dan pertolongan (SAR). Mereka sudah dilatih beragam keterampilan, sehingga ketika ada yang membutuhkan langsung bergerak.

Saat kasus positif COVID-19 meningkat, Brigade Penolong menjadi tenaga tambahan bagi petugas tenaga medis di Kota Kediri. Mereka dengan suka rela membantu menjemput jenazah warga dari rumah mereka, khususnya warga yang meninggal dunia saat isolasi mandiri.

Selain sering dimintai tolong Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk mengambil jenazah dari rumah warga yang isoman, Brigade Penolong ini juga diperbantukan untuk pembagian bantuan pada Program Pendidikan Berbagi dari Dinas Pendidikan Kota Kediri.

Sementara, Kepala Pelaksana BPBD Kota Kediri Indun Munawaroh mengakui sebelum pandemik COVID-19, kerja sama antara Brigade Penolong dengan BPBD Kota Kediri memang sudah terjalin.

Bukan hanya untuk mengambil jenazah warga yang isolasi mandiri, Brigade Penolong juga dilibatkan untuk membantu penyemprotan cairan disinfektan.

Dalam kondisi apapun, kata Indun, memang sudah ada keterlibatan dari para relawan, terutama Brigade Penolong, baik yang bersiaga di BLK dan penyemprotan disinfektan yang sampai saat ini masih dilakukan.

Selama dua pekan terakhir di Kota Kediri, intensitas penjemputan jenazah COVID-19 menurun, dibandingkan sebelumnya yang sempat mencapai tujuh kali penjemputan dalam sehari.

Indun menyebut, tujuh kali penjemputan itu adalah rekor yang cukup tinggi dalam sehari di Kota Kediri, mengingat pada hari lain penjemputan tergolong fluktuatif, satu atau dua kali penjemputan.

Kendati angka tersebut naik turun, petugas juga tetap siaga. Jika ada panggilan, petugas juga langsung bergerak ke lokasi.

Indun berharap kasus COVID-19, terutama di Kota Kediri menurun, terlebih lagi warga yang meninggal dunia. Untuk itu, ia juga menekankan agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan, dengan selalu rajin mencuci tangan, menjaga jarak, serta selalu memakai masker.

Menurut Indun, dalam dua pekan terakhir kematian akibat COVID-19 di Kota Kediri sudah mulai menurun, hanya tiga kali penjemputan dalam sehari.

4. Pemkot Kediri apresiasi relawan

Kisah Mahasiswa S2 Jadi Relawan Penjemput Jenazah COVID-19 di KediriIlustrasi tenaga nakes memeriksa pasien (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Banyaknya relawan yang ikut serta membantu Pemkot Kediri dalam menangani COVID-19 mendapat apresiasi dari Wali Kota Abdullah Abu Bakar. Dia bersyukur banyak kelompok masyarakat yang tetap peduli di kala pandemik COVID-19 seperti sekarang ini.

Abu, sapaan akrabnya, mengungkapkan saat kondisi seperti ini segalanya tidak pasti, kehadiran para relawan tentunya sangat membantu pemerintah daerah dalam menangani beragam hal.

"Saya sangat berterima kasih dan bersyukur. Di kala kondisi tidak pasti, berjibaku dengan hal yang tidak bisa kita sangka, para relawan ini dengan sigap membantu. Semoga rasa kemanusiaan ini terus bertumbuh dan pandemi ini segera berakhir," kata dia.

Abbu sebelumnya juga sudah berencana melibatkan anggota Pramuka untuk membantu pendistribusian bantuan makanan kepada warga yang melakukan isolasi mandiri karena COVID-19.

Peran Pramuka selama ini, menurut Abu, sangat membantu, khususnya selama masa pandemik COVID-19. Selain menjadi relawan, Pramuka juga mendukung program pemerintah dengan ikut vaksinasi COVID-19. Anggota Pramuka juga tak segan melakukan kegiatan donor darah dan beragam kegiatan kemanusiaan lainnya.

Menurut Abu, selama masa pandemik semua pihak harus punya perasaan yang sama, yakni saling membantu. Di Kota Kediri, katanya, saat ini berbagai pihak bergotong royong membantu masyarakat yang membutuhkan. Misalnya, dinas-dinas serta PKK Kota Kediri juga saling membantu.

Sementara hingga Minggu (22/8/2021) di Kota Kediri terdapat 3.757 orang terkonfirmasi positif COVID-19. Ada 354 warga yang masih dirawat, 3.054 orang dinyatakan sembuh, dan 349 lainnya meninggal dunia.

Baca Juga: Kisah Relawan Wafat karena COVID-19 Saat Tracing Kontak Erat Pasien

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya