Segmen Sesar Baru di Pasaman Teridentifikasi, Gempa Kuat Mengancam

Segmen sesar baru diberi nama Talamau

Jakarta, IDN Times - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendorong penyesuaian tata ruang oleh pemerintah daerah di Sumatra Barat, pasca-ditemukannya segmen sesar baru oleh BMKG di kawasan Gunung Talamau, Kabupaten Pasaman Barat.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan sesar baru yang teridentifikasi setelah gempa bumi di Sumbar tersebut, perlu menjadi perhatian bersama.

Baca Juga: BMKG Temukan Sesar Baru Usai Gempa M 6,1 Pasaman Barat

1. Kawasan yang dilewati jalur sesar perlu diwaspadai karena berpotensi gempa kuat

Segmen Sesar Baru di Pasaman Teridentifikasi, Gempa Kuat MengancamIlustrasi gempa (IDN Times/Arief Rahmat)

Dwikorita mengatakan dengan ditemukannya segmen sesar baru, akan menjadi penanda pola patahan tektonik yang baru. Kawasan yang dilewati jalur sesar tersebut perlu diwaspadai, karena pada masa mendatang kejadian gempa kuat dapat terulang kembali.

"Selama ini dianggap sebagai zona yang relatif aman, karena memang belum pernah terjadi gempa kuat. Namun kemarin, pusat gempa justru berada di situ. Ini perlu diwaspadai dan ke depan harus dimitigasi," ujar dia.

Dwikorita menjelaskan kawasan segmen sesar baru Pasaman itu memiliki potensi dampak gempa, dengan intensitas guncangan cukup kuat, dapat mencapai skala intensitas VII-VIII MMI.

Pada skala intensitas tersebut, kata dia, gempa dapat merobohkan struktur bangunan atau rumah dengan tingkat kerusakan sedang hingga berat, sehingga apabila tidak diantisipasi dapat berakibat fatal bagi warga.

Dengan makin bertambahnya segmen patahan aktif yang ditemukan di wilayah Sumatra Barat ini, maka sumber-sumber gempa yang perlu diwaspadai dan dimitigasi tidak hanya di Zona Megathtust dan Patahan Mentawai yang berada di laut saja, namun juga segmen-segmen sesar aktif di darat dengan pusat gempa yang umumnya dangkal.

Adapun soal tata ruang di kawasan jalur sesar di darat, lanjut Dwikorita, dapat dirancang sedemikian rupa agar bangunan memiliki pola rancang bangun tahan gempa.

 

2. Segmen sesar baru diberi nama Talamau

Segmen Sesar Baru di Pasaman Teridentifikasi, Gempa Kuat MengancamIlustrasi sesar naik atau thrust fault. (National Park Service)

Sementara, Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono, mengatakan temuan sesar baru di Pasaman itu merujuk hasil monitoring dan kajian mendalam BMKG terhadap kondisi seismisitas pasca-gempa di Pasaman, Sumatra Barat, yang merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya.

Berdasarkan peta sesar aktif di Sumatra Barat di bagian utara, sebelumnya hanya terdapat patahan di Angkola dan Sianok. Tetapi, melalui kajian yang lebih mendalam, kini ditemukan segmen sesar baru.

"Untuk sementara segmen sesar baru ini diberi nama Talamau," kata dia.

Menurut Rahmat, segmen sesar Talamau tersebut dapat berpotensi memicu gempa dengan magnitudo 6,2.

3. Waspada potensi banjir bandang

Segmen Sesar Baru di Pasaman Teridentifikasi, Gempa Kuat MengancamIlustrasi banjir bandang (IDN Times/Arief Rahmat)

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BMKG Dwikorita, mengingatkan perlunya kewaspadaan masyarakat yang tinggal di tepi sungai yang mengalir dari Gunung Talamau. Alasannya, terdapat potensi banjir dan banjir bandang yang dapat membahayakan masyarakat di sekitar tepi sungai dengan radius 200 meter.

Dari pengamatan tim BMKG, Dwikorita mengatakan, adanya material longsoran dari hulu sungai di sepanjang daerah aliran sungai Gunung Talamau, yang dapat hanyut ke hilir. Material tersebut dapat terbawa aliran sungai yang debitnya bisa meningkat saat terjadi hujan deras atau hujan berdurasi lama.

"Warga yang tinggal di tepi sungai berhulu dari puncak Gunung Talamau dengan radius 200 meter dari tepi sungai, dimohon menyingkir terlebih dahulu jika terjadi hujan deras dari arah hulu," kata dia.

Menurut Dwikorita, material dari puncak dapat terbawa ke bawah sebagai banjir atau banjir bandang dan menerjang permukiman warga yang tinggal di radius tidak aman, yaitu kurang dari 200 meter dari tepi sungai.

Dia mengingatkan warga agar waspada saat akan terjadi hujan deras di hulu. Salah satu tanda awal yang dapat diamati adalah keadaan langit.

"Kalau arah hulu terlihat mendung gelap, tidak terlihat puncak gunungnya, maka segera akan terjadi hujan, sehingga masyarakat diimbau agar tidak berada di tepi sungai," kata Dwikorita.

Baca Juga: Imbas Gempa Pasaman Sumbar: 12 Orang Tewas, 52 Luka Berat dan 4 Hilang

4. Gempa melemah menuju stabil

Segmen Sesar Baru di Pasaman Teridentifikasi, Gempa Kuat MengancamIlustrasi Gempa (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara itu, seiring dengan gempa susulan yang menunjukkan tren menurun di Sumatra Barat, Dwikorita menyarankan, warga kembali ke rumahnya masing-masing. Syaratnya, rumah warga masih layak huni, tidak rusak parah dan strukturnya stabil.

Apabila rumahnya kokoh dan tidak berada di tepi sungai atau dekat lereng, lanjut Dwikorita, sebaiknya warga kembali ke rumahnya masing-masing.

Dengan kembalinya warga ke rumah masing-masing saat aktivitas gempa susulan melemah, kata dia, maka akan mengurangi potensi kerumunan warga di tenda dan lokasi pengungsian. Warga yang berada dalam kerumunan dapat berpotensi meningkatkan penularan COVID-19 di tengah pandemik.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya